"Nyesel gue ikut ke sini." Alika menggerutu.
Saat ini, dia sedang berada di dalam ruangan Dava sendiri, karena sepupunya itu sedang menjalankan operasi. Sebenarnya, tadi Dava sudah melarangnya untuk ikut karena ia hanya akan merasa bosan, tapi Alika mengira itu hanya alibi Dava. Ternyata benar, sekarang hanya rasa bosan yang menghampirinya.
Alika beranjak dari kursi kebesaran Dava, ia berjalan keluar dari ruangan. Kemudian, ia membawa kakinya untuk keliling rumah sakit, agar rasa bosannya sedikit hilang.
Ini kali pertama Alika ikut dengan Dava ke rumah sakit, dan hal itu membuatnya menjadi sorotan. Seperti sekarang, ia di tatap sinis oleh para suster bahkan ada juga dokter wanita yang menatap dirinya dengan tatapan tidak suka. Awalnya Alika bingung, kenapa mereka seakan tidak menyukainya, padahal ini kali pertama Alika datang, namun sekejap ia tersadar karena ia datang bersama Dava seorang dokter tampan, ditambah lagi dirinya yang ikut masuk ke dalam ruangan Dava. Pasti orang-orang itu sudah berpikir kalau Alika adalah kekasih Dava.
Sebenarnya, Alika sudah tak tahan dengan tatapan mereka semua, dan ingin rasanya kembali masuk ke dalam ruangan Dava untuk mengurung diri. Tapi, di lain sisi dirinya benar-benar tidak dapat menahan rasa bosannya. Jadi, sekarang yang Alika lakukan hanyalah bersikap bodo amat.
Saat berjalan di sebuah lorong, kedua mata Alika menangkap seorang pria yang sangat ia kenali, senyumnya terbit begitu saja. Dengan cepat, Alika melangkah menghampiri pria berpakaian hijau itu.
"Bang!"
Dava yang baru keluar dari ruang operasi bersama Aldi menoleh. Di sana ia mendapati Alika yang berjalan mendekatinya.
"Bosen, kan pasti?" tanya Dava saat Alika sudah berdiri di hadapannya
Alika mengangguk. "Banget," jawabnya
"Kan, udah gue bilang gak usah ikut. Tapi dasarnya lo anak keras kepala, sih."
Aldi yang merasa terabaikan berdeham.
Mendengar itu, Dava terkekeh karena sadar sudah mengabaikan asistennya. "Al, kenalin ini asisten gue di rumah sakit," ucap Dava memperkenalkan Aldi kepada Alika
Aldi mengulurkan tangannya. "Aldi," ucapnya
Dengan senang, Alika membalas uluran tangan itu. "Alika," ucap Al memperkenalkan dirinya
"Pacar Dava, ya?" tanya Aldi
"Bukan! Gue sepupunya Bang Dava," jawab Alika
Dava menegur ucapan Alika. "Heh! Kalau ngomong sama orang yang sopan!"
"Gak papa, dok. Biar lebih santai, kita juga kalau diluar pekerjaan ngomongnya santai," ujar Aldi
"Tuh denger! Orang dia aja gak papa, kok malah lo yang sewot," sindir Alika
"Nanti, jangan naik mobil gue!"
"Terus, gue pulang naik apaan?"
"Odong-odong." Setelah mengatakan itu, Dava langsung mengambil langkah meninggalkan Alika.
Sementara Aldi menahan tawanya, baru kali ini ia tau sisi lain dari Dava. Ternyata, pria itu jauh lebih asik dari yang ia kira. Karena mereka akan melakukan operasi lagi, jadi dengan segera Aldi menyusul Dava.
Saat ini, sudah pukul setengah sepuluh, dan Dava baru saja keluar dari ruang operasi. Ini, operasi ke tiganya. Ia berjalan menuju ruangannya bersama Aldi tentunya.
Dava langsung membuka pintu ruangannya, dan mendapati Alika yang sudah tertidur dengan posisi duduk dan berbantalan tangan di atas meja. Melihat itu, membuat Dava merasa kasihan. Ia beralih membuka pakaian hijaunya, matanya menyapu kemeja yang ia pakai, saat dirasa bersih barulah ia mengangkat tubuh Alika dengan hati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Cinta
Teen FictionMenjadi seorang dokter spesialis bedah, jelas menjadi keinginan Dava. Tapi, bertemu dengan pasien aneh, dan super nyebelin jelas tidak masuk dalam daftar keinginannya. Namun, sepertinya Tuhan sedang menguji kesabaran Dava. Setelah kejadian, dimana d...