Hanya suara dentingan piring yang menyelimuti ruang makan, ketiganya tak ada yang berniat untuk membuka suara karena ingin menikmati makan malam ini. Setelah selesai, barulah satu diantara mereka memulai pembicaraan.
"Dav!" panggil Aditya
Dava yang tengah minum hanya bisa berdeham.
"Kapan nikah?"
Pertanyaan itu sukses membuat Dava tersedak. "Ayah mau bunuh Dava?" tanyanya kesal
"Enggak, ayah cuma mau kamu nikah," jawab Aditya
"Tunggu aja!"
Aditya berdecak. "Udah bosen ayah dengernya."
"Ayah bosen? Sama, Dava juga." Setelahnya, Dava bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah tangga untuk menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
Sampai di dalam kamar, Dava mendudukkan bokongnya di pinggiran kasur, tangannya mengambil ponsel yang berada di atas nakas.
Ia membuka aplikasi Instagram, WhatsApp, dan Line untuk memastikan apakah ada pesan penting. Ia kembali menutup semua aplikasi, setelah mengecek semuanya. Lalu, ia kembali menaruh benda itu di atas nakas.
Dava beranjak dari duduknya, dan berjalan ke arah jendela yang ada di kamarnya. Tangannya bergerak untuk membuka jendela itu, ia membiarkan udara malam menyentuh kulit wajahnya.
Tatapan yang tadinya sibuk menyapu sekitar perumahan, kini berganti menjadi tatapan sendu. Dava beralih menatap ke depan dengan pandangan kosong. Pikirannya berkelana, ia memikirkan semua ucapan orang sekitarnya yang selalu menyuruh dirinya untuk segera menikah. Padahal, bagi Dava usia segitu belum termasuk tua. Di Korea saja ada yang berumur tiga puluh lima tahun, tapi masih lajang, dan mereka tidak terlalu mempermasalahkan. Kenapa sangat berbeda dengan di Indonesia.
Sebenarnya, jika Dava mau dia bisa saja langsung memilih satu wanita secara acak dan mengajaknya untuk menikah, sudah jelas dirinya tidak akan ditolak. Tapi kembali lagi, Dava mau hanya sekali menjatuhkan pilihan kepada wanita yang benar-benar tepat.
Lamunan Dava buyar, saat mendengar ponselnya berdering menandakan ada yang menelponnya. Dava membalikkan badan, dan berjalan ke arah nakas. Tangannya mengambil benda itu, disana tertera nama seorang suster.
"Kenapa, sus?" tanya Dava saat ia sudah menggeser tombol hijau pada layar.
"Dokter Dava bisa ke rumah sakit sekarang?"
"Ada apa?"
"Sebentar lagi, ada jadwal operasi, dok. Tapi, dokter Rara masih nangis karena tadi operasinya gagal, takutnya nanti dokter Rara jadi gak fokus."
"Baik, sus. Saya segera kesana."
Dengan cepat, Dava mengganti celananya karena tadi ia hanya mengenakan celana diatas lutut. Setelah itu, ia menutup jendela kamarnya, lalu, mengambil kunci mobil yang ada di atas meja, kemudian ia berjalan keluar kamar dan menuruni anak tangga.
"Mau kemana?" tanya Ros saat melihat Dava yang ingin melewati ruang keluarga.
"Rumah sakit. Dava pamit dulu," jawab Dava yang langsung berlari menuju pintu utama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Cinta
Novela JuvenilMenjadi seorang dokter spesialis bedah, jelas menjadi keinginan Dava. Tapi, bertemu dengan pasien aneh, dan super nyebelin jelas tidak masuk dalam daftar keinginannya. Namun, sepertinya Tuhan sedang menguji kesabaran Dava. Setelah kejadian, dimana d...