DC-3

132 13 7
                                    

Hari ini Dava dapat jadwal masuk malam, artinya jam lima nanti dirinya baru ke rumah sakit. Jadi, Dava memilih untuk memanjakan mobilnya yang selalu mengantarnya kemanapun. Ditangan kanannya ada sebuah baskom yang berisi air sabun, sedangkan di tangan kirinya memutar lap yang ia bawa.

Dava berjalan santai menuju halaman rumahnya, yang dimana sudah ada mobil kesayangannya terparkir. Ia menaruh baskom di samping mobil, dan mencelupkan lap tadi ke dalam baskom tersebut. Lalu, ia berjalan menuju keran air yang sudah dipasangi selang untuk memudahkan dirinya memandikan si roda empat.

Setelah itu, Dava kembali berjalan di samping mobilnya, ia mengambil ujung selang yang sudah mengeluarkan air, dan mulai memandikan mobilnya. Setelah semua basah, Dava mengambil baskom yang berisi air sabun, ia mengambil lap yang sudah terendam dan langsung membersihkan badan mobil.

"Pagi Pak Dokter!" Dava yang kini tengah membersihkan bagian ban mobil mendongak. Lalu, ia kembali melanjutkan kegiatannya, tak berminat membalas sapaan orang tersebut.

"Bang!"

Dava berdecak. "Apaan?" tanyanya tanpa menoleh.

"Tante gue ada gak?"

"Cek aja sendiri!"

Alika berdecih mendengar jawaban dari sepupunya itu. Bagi Alika, Dava adalah pria yang super nyebelin, bahkan ia selalu menyangkal ucapan teman-temannya yang memuji Dava sebagai dokter baik. Karena kesal, Alika memilih untuk masuk ke dalam rumah meninggalkan Dava.

Sementara Dava sudah mengeluarkan tawanya saat Alika sudah masuk. Dia sengaja membuat sepupunya itu kesal, walau begitu Dava tetap sayang dengan Alika, karena ia sudah menganggap Alika sebagai adik kandungnya.

Kini, mobil Dava sudah sangat bersih dan mengkilat. Dava pun mengambil langkah masuk ke dalam rumah, untuk membersihkan tubuhnya. Langkah Dava terhenti di depan tangga, saat matanya tak sengaja melihat dua orang yang sedang asik di dapur. Akhirnya, ia membawa sepasang kakinya memasuki dapur.

"Ekhem!" Deheman Dava membuat Ros dan Alika menghentikan tawa mereka, dan menoleh kepada pria yang berdiri di ambang pintu masuk dapur.

"Abaikan!" kata Alika yang diangguki Ros. Mereka pun kembali pada adonan kue yang ada di depan mereka.

Dava yang diabaikan oleh dua wanita itu tak tinggal diam. Ia berjalan mendekat, dan tangannya langsung mengambil adonan kue bentuk bintang milik Alika yang berada di atas nampan, dan langsung mengubah bentuknya.

Melihat itu, jelas membuat Alika menjadi kesal. Ia membalas perbuatan Dava dengan melempar krim untuk hiasan kue, ke wajah Dava, alhasil wajah tampan itu tertutupi oleh krim berwarna putih.

Kedua mata Dava terpejam, dan kedua telapak tangannya mengepal kuat. Emosinya tersentil, tapi saat ingin memarahi Alika, Dava tersadar kalau yang mulai pertengkaran lebih dulu itu dirinya. Sudah ia pastikan, kalau dirinya lah yang akan dapat amukan oleh Ros jika ia memarahi Alika. Jadi, Dava memilih diam saja dan langsung meninggalkan Alika yang sudah tertawa keras bersama Ros.

Sampainya di dalam kamar, Dava langsung berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan juga wajah tampannya. Di dalam kamar mandi, Dava tak henti menggerutu karena kulit wajahnya yang berminyak.

Sekitar dua puluh menit, Dava keluar dari dalam kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk putih yang menutup bagian bawah pusarnya hingga paha. Ia berjalan ke arah lemari pakaiannya, lalu, mengambil kaos berwarna navy dan celana pendek selutut berwarna hitam. Setelah selesai, ia kembali turun untuk menemui dua orang wanita yang tadi sudah membuat emosinya tersentil.

Sekarang, Dava sudah berada di ruang keluarga. Tapi, hanya ada Ros yang duduk sendiri sembari menonton.

"Loh, si kedelai hitam mana, Ma?" tanya Dava

"Kedelai hitam?" tanya Ros balik

Dava terkekeh. "Alika," jawabnya

"Kok kedelai hitam? Orang dia putih."

"Karena namanya mirip sama iklan kecap."

Ros menggelengkan kepala. Tak habis pikir dengan putranya yang menyamakan sepupunya sendiri dengan kedelai hitam. "Dia udah pulang," kata Ros

"Tumben baliknya cepet, biasanya kalau tau Dava masih dirumah dia bakal tinggal lama."

"Katanya, ada tugas mendadak gitu dari dosennya."

Dava hanya mengangguk. Kemudian ia ikut fokus dengan layar televisi, sembari memakan kue hasil buatan Ros dan Alika tadi.

"YUHUU!!! ALIKA CANTIK KEMBALI ...."

Dengan refleks Dava dan Ros menutup telinga mendengar suara melengking dari arah ruang tamu. Tak lama, muncullah sosok si kedelai hitam tidak berkualitas.

"Berisik!" ucap Dava ketus

"Loh, kok balik lagi? Katanya ada tugas," tanya Ros

Alika yang sudah duduk di sofa single yang ada di ruang keluarga menjawab. "Udah, Tan."

"Itu ngerjain tugas apa pipis, cepet banget," sindir Dava

"Di karenakan gue pinter, gak kayak lu dulu kalau kerja tugas berjam-jam baru selesai, karena otak lu dangkal," balas Alika

"Enak aja! Gue lama karena gue ngerjainnya dengan teliti, gak kayak lu asal jawab."

Ros yang berada di tengah-tengah mereka hanya bisa menghela napas. Selalu seperti ini kalau keduanya bertemu, itu baru dengan sepupu bagaimana jadinya kalau Dava punya adik? Bisa mati di tempat Ros karena setiap hari mendengar mereka adu mulut.

Bugh!

Alika membelalakkan matanya dengan rahang bawah terbuka, begitu juga dengan Dava. Sementara Ros, terkejut saat sebuah bantal sofa menghantam wajahnya, Ros memejamkan mata dan menarik nafas. Melihat Ros seperti itu membuat Alika dan Dava langsung lari ke arah tangga untuk naik ke lantai atas.

"ALIKAA!!!" Suara melengking milik Ros menggema di dalam rumah. Alika dan Dava yang berada di anak tangga hanya bisa menutup telinga mereka, karena suara Ros sangat menusuk.

Setelah suara Ros tidak terdengar, barulah Alika membalas. "MAAF, TAN. AL GAK SENGAJA," ucap Alika teriak

Keduanya kini, sudah berada di dalam kamar Dava. Saat pintu kamar tertutup, Dava langsung mengeluarkan tawanya yang sedari tadi ia tahan. Sama halnya dengan Alika, alih-alih merasa bersalah Alika malah terbahak di atas tempat tidur Dava saat mengingat wajah kesal Ros.

"Habis ini, di panggang idup-idup lo sama mak gue," ucap Dava di tengah tawanya

"Gue gak sengaja, sumpah. Niat hati pengen lempar muka lo, eh ... malah yang kena muka Tante Ros."

Mereka berdua kembali tertawa.

Alika meredakan tawanya lebih dulu. Ia mengubah posisinya, menjadi duduk. "Bang Dav!" panggilnya

Mendengar namanya dipanggil, membuat Dava menghentikan tawanya secara teratur.

"Apa?" tanya Dava

"Bosen, nih. Jalan, yuk!"

"Gak ah, gue mau nikmati waktu buat istirahat."

"Ya udah, ntar sore. Gimana?"

"Gue masuk malam bego."

Alika berdecak kesal. Dava selalu saja tidak bisa diajak jalan, padahal ia sangat ingin. Andai saja di keluarga mereka ada yang sepantaran dengannya, sudah ia pastikan kalau tidak akan pernah repot-repot ke rumah Dava untuk mencari kesenangan. Tapi sayang, di keluarga mereka hanya dirinya dan Dava yang sudah beranjak dewasa.

"Ya udah, nanti gue mau ikut lo ke rumah sakit."

°°°°°°

Dokter CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang