"Lo gak mau ikut lagi?"
Alika yang sedang menonton di ruang keluarga dirumah Dava menggelengkan kepala. Tanpa mengalihkan tatapannya kepada Dava yang sedang berdiri di sampingnya, ia berucap, "Tempat kerja lo ngebosenin, gak ada asyik-asyiknya."
"Selera bocah emang beda," sindir Dava
Baru saja mau melemparkan bantal sofa kepada sepupunya, pria itu sudah berjalan lebih dulu menuju pintu utama. Membuat Alika mendengus kesal di tempatnya.
Sementara Dava, pria itu sudah menjalankan mobilnya untuk menuju ke rumah sakit. Ia menjalankan mobil itu dengan kecepatan sedang.
Sekitar sepuluh menit, Dava sudah sampai di parkiran khusus dokter. Setelah memarkirkan mobilnya, ia pun turun. Kemudian, berjalan memasuki rumah sakit, dengan tas kerja yang ia bawa di tangan kirinya, juga jas putih khas seorang dokter yang dilampirkan di lengan kirinya.
Sampai di ruangan, Dava menaruh tas kerjanya dan menggantung jas putihnya. Lalu, ia mendudukkan bokongnya di kursinya.
"Dok!" Aldi masuk tanpa mengetuk pintu
"Jadwal malam ini cuma ada dua. Pertama, jam tujuh dan kedua, jam sembilan," ucap Aldi
Dava menganggukkan kepala. "Terimakasih, kamu boleh kembali!"
"Baik, dok. Saya permisi!"
Belum sempat Aldi membuka pintu, suara Dava yang memanggilnya membuatnya membalikkan badan.
"Ada apa, dok?" tanya Aldi
"Cuma mau bilang makasih lagi. Warung bakso yang kamu pilihkan benar-benar menyediakan bakso yang enak," jawab Dava
Aldi tersenyum. "Benar, kan? Sebenarnya, itu tempat favorit istri saya dulu, dan setelah nikah dia ngajak saya makan disana. Ternyata, enak banget. Jadi, saya setiap mau makan bakso, di sana deh."
"Gimana, kalau besok pulang kerja kita makan disana? Saya yang traktir," ajak Dava
"Wah, mau banget saya, dok. Tapi, dalam rangka apa nih, dokter Dava mau traktir saya?" Aldi mengulum senyumnya
"Kamu ini, orang mau traktir pakai ditanya juga. Udah, sana! Saya mau bersemedi."
Aldi tertawa mendengar ucapan Dava. Ia akhirnya kembali kepada tujuannya yang ingin keluar dari ruangan itu.
Namun, saat membuka pintu Aldi sangat terkejut karena ada seorang gadis yang langsung muncul di hadapannya bak kuntilanak.
"Mau apa lagi?" tanya Aldi
"Ketemu dokter ganteng, lah."
"Gak ada ketemu-ketemu! Dokter Dava sibuk."
Qila berdecak kesal. "Bapak ini cemburu ya?"
Aldi melotot tak terima. "Cemburu matamu! Saya ini sudah punya istri, dan kalaupun saya masih lajang, saya juga bakal milih-milih buat cemburu sama orang."
"Kalau gak cemburu, ya udah jangan halangi jalan saya untuk ketemu dokter ganteng."
"Saya ini asistennya, jadi saya berhak lakukan itu sama kamu. Toh, kamu ketemu dia gak ada kepentingan."
Dava yang duduk di kursinya hanya memandangi punggung Aldi yang berada di ambang pintu. Awalnya, ia ingin beranjak mendekat untuk melihat siapa orang yang menjadi lawan bicara asistennya itu. Tapi, saat kalimat dokter ganteng masuk di indra pendengarannya, ia mengurungkan niat, dan membiarkan Aldi yang mengurus gadis aneh itu.
"Minggir, dong, Pak!"
Aldi melipat kedua tangannya di depan dadanya. "Kalau saya gak mau, gimana?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Cinta
Teen FictionMenjadi seorang dokter spesialis bedah, jelas menjadi keinginan Dava. Tapi, bertemu dengan pasien aneh, dan super nyebelin jelas tidak masuk dalam daftar keinginannya. Namun, sepertinya Tuhan sedang menguji kesabaran Dava. Setelah kejadian, dimana d...