1;Awal harus baik

687 58 2
                                    

Okeyyy!!!

Kajja! Let's get it

Happy reading and enjoy the read!

🐣🐣🐣

Pemuda itu turun seraya mendekap erat buku-bukunya. Ia menundukkan kepalanya ketika melihat pandangan orang orang yang berada di ruang tengah teralihkan padanya. Ia segera menuju pintu utama.

"Aku berangkat."

Mendengar suara pintu yang tertutup membuat seseorang yang sedang mengerjakan sesuatu di laptopnya menghela nafas. Sudah bertahun-tahun lamanya, namun tak ada yang berubah.

Memikirkannya, ia jadi pusing sendiri.

"Bang Syahri kenapa?"

Syahri menoleh pada adik bungsunya, Haikal namanya. Anak menggemaskan kedua yang ada di rumah ini, siapa yang pertama? Oh! Sudah pasti itu adalah Syahri sendiri.

Yeah, Syahri selalu mengklaim bahwa dirinya lah uang paling imut diantara mereka. Walaupun banyak yang menyangkal karena usia Syahri yang tertua diantara mereka, toh mereka bisa apa? Yang ada nanti mereka dikutuk jadi batu hanya karena Syahri tak terima.

"Hm? Nggak apa-apa kok Haikal. Sarapan gih, abis itu sekolah."

"Siap!"

.
.
.

Pemuda dengan name tag 'Zidan Joshua itu duduk di halte sambil membaca buku yang tadi ia bawa. Zidan yang sedang membaca seraya mendengarkan musik lewat airpods miliknya pun mulai terusik karena halte yang mulai ramai, Zidan bisa melihat dari kejauhan bahwa bus yang membawanya menuju sekolah telah mendekat. Zidan memasukkan buku itu ke dalam tas dan segera masuk ke dalam bus.

Zidan menatap sebungkus roti dan segelas air mineral di tangannya. Dia sebenarnya tak nafsu untuk makan, mood nya benar-benar rusak hari ini. Namun apa dayanya? Ia sudah terlanjur membelinya, mubazir jika dia membuangnya.

Zidan telah menghabiskan setengah dari rotinya. Ia merasa tidak bisa makan lagi, sungguh. Makanan yang ditelannya terasa sangat hambar.

Zidan membuka sebuah botol kecil teransparan yang masukan di sakunya tadi pagi, ia mengambil beberapa obat putih dan menelannya.

Sungguh, Zidan benar-benar tidak menyukai obat. Namun ia harus meminumnya. Karena ia hanya bertahan pada harapannya saja, ia tak mempunyai siapa-siapa lagi.

"Apa Zidan bakal kuat?"

Zidan terlonjak kaget ketika merasa tepukan di bahunya, Pemuda itu mendongak melihat siapa yang menepuk pundaknya seraya memasukkan kembali obat-obatan miliknya ke dalam tas.

Pemuda berparas tampan itu tersenyum lalu duduk di sebelah Zidan. "Pagi banget Dan, oh iya! Lo kan mau ke perpus ya?"

Zidan mengangguk. "Iya Der, buat tes olimpiade lusa."

Hendery memasang wajah terkejutnya. "Lah? Tes olim nya lusa? Berarti barengan dong sama tes anak Paskibra sama Padus, pada hari ini juga katanya."

I'm Home || Kim JungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang