"Zidan cuma pengen dimengerti, sesulit itu kah?"
Dan semuanya jadi rumit karena Zidan.
Kenapa?
Kenapa semuanya terjadi hanya karena Zidan ingin dimengerti? Seegois itu kah Zidan?
Karenanya, seseorang harus berkorban dan dikorbankan untuk ini.
Story...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Gimana kondisi Zidan?"
Satria melipat kakinya. "Kondisinya semakin memburuk dari waktu ke waktu."
Syahri tercekat, ia tidak menyangka kalau semua akan terjadi begitu tragis. Haikal menatap Satria sendu.
"Abang Dokter, boleh kalo Haikal temenin bang Zidan? Sekali aja bang." Satria menggeleng, membuat Haikal menunduk ia berusaha menahan air matanya. Harusnya dari dulu ia menentang para kakaknya, kenapa ia takut hanya karena ketahuan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan Zidan?
Satria membuka dokumen yang dibawanya lalu memberikannya ke Syahri, ia juga memberikan sebuah pulpen. Syahri yang bingung langsung membaca isi dokumen itu.
"Itu surat sah adopsi, saya ingin mengadopsi Zidan."
Syahri menoleh cepat, lalu ia menggeleng. Haechan meremas kemeja Syahri, air matanya sudah tak dapat ditahan.
"Nggak, saya nggak akan memberikan Zidan."
Satria menghendikkan bahunya santai. "Saya merasa saya tidak bisa menutupi akan dimana pemakaman Zidan dilaksanakan, jadi saya ingin meminta Zidan agar saya mendapatkan hak itu. Kalau anda tidak ingin menandatangani itu, biarkan salah satu adik anda yang menandatangani nya."
"Saya tidak mengancam, saya hanya ingin melindungi Zidan."
"Apa maksud anda dengan dimana pemakaman Zidan dilaksanakan!?"
Satria terkekeh. "Saya sudah mempersiapkan kemungkinan terburuknya, kalau-kalau Zidan tidak akan kembali lagi."
Syahri semakin geram, dia nggak tau apa-apa. Dia nggak tau dimana Zidan dirawat, dimana Zidan sekarang dan seenaknya Satria minta Zidan gitu aja. Nehi! Pokoknya enggak!
"Saya tidak akan menandatangani apapun."
Satria berdehem. "Baik, jika anda tidak ingin menandatanganinya, bagaimana jika yang dibelakang anda?"
Belum sempat Syahri mengerti maksud Satria, dokumennya diambil begitu saja. Tegar menandatangani surat adopsi atas nama Zidan itu lalu memberikannya kembali kepada Satria.
Satria tentu saja menerimanya dengan lapang hati. "Terimakasih atas izinnya." Ucap Satria lalu segera pergi.
Syahri berdiri dari duduknya.
Plak!
"Bang!!" Seru Haikal, tolonglah. Haikal masih kecil, abang-abangnya mendingan kalo mau nampar orang jangan asal tampar, mata Haikal nggak suci lagi nanti.
Syahri mengambil kertas disakunya kemudian memberikannya kepada Tegar.
"Liat gar!! Liat apa yang lo lakuin ke dia belakangan ini!!! Liat! Ini semua karena perbuatan lo!"