"Zidan cuma pengen dimengerti, sesulit itu kah?"
Dan semuanya jadi rumit karena Zidan.
Kenapa?
Kenapa semuanya terjadi hanya karena Zidan ingin dimengerti? Seegois itu kah Zidan?
Karenanya, seseorang harus berkorban dan dikorbankan untuk ini.
Story...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"tugasnya si Haikal udah kelar?"
Al mendongak menatap Hendery yang baru saja dari perpustakaan, dia abis ngajarin si Yoga. Karena Hendery bukanlah Al yang udah hafal semua materi diluar kepala, dia masih rada bego dan suka lupa sama materinya sendiri.
Al mengangguk. "Udah, baru aja."
Hendery menatap Al yang sedang sibuk dengan makanannya. "Tadi si Haikal manggil lo Zidan? Kenapa?"
Al kembali mendongak. "Hm... Dia emang manggil gue Zidan kok, lagian nama Zidan kan bagus."
"Lo tau alasan dia apa?"
Al mengangguk. "Gue mirip sama mendiang kakaknya yang namanya Zidan."
"Lo tumben makannya banyak di kantin, biasanya kan lo sembunyi-sembunyi di taman. Udah gak takut image lo?"
Ucapan Hendery hanya Al jawab dengan hendikan bahunya, pemuda itu kembali fokus pada makanannya. "Kata Haikal, kalo laper gausah jaim. Yaudah gue makan, lagipun muka gue tetep ganteng kan kalo chubby?"
Hendery mendengus geli, temannya yang satu ini sangat percaya diri sekali rupanya.
Berfikir sejenak, Hendery kembali bertanya pada Al. "Tapi apa lo tau maksud dari Haikal yang lo mirip kakaknya."
Al mengangguk. "dia pernah cerita kalo kakaknya itu menghilang, yaudah gue bilang kalo Haikal boleh anggep gue sebagai kakaknya si Zidan Zidan itu. Muka dia tuh kayak kalut banget, gue jadi ngerasa kasian sama dia. Dan anehnya itu, masa Bang Satria juga akrab sama kakak pertamanya Haikal, Syahri namanya. Waktu itu mereka pernah ketemu di rumah sakit gitu. Entah kebetulan apa gimana, takdir emang selalu misterius."
"Dan... Sejak kapan lo jadi banyak omong gini Al?"
Al terdiam karena ucapan Hendery, dirinya juga bingung kenapa itu. Sementara oknum bernama Hendery ini menatap penasaran ke arah Al. Al menggeleng. "Gue... Reflek aja gitu. Entah kenapa, ngobrol tentang haikal itu seru."
Hendery mendengus. "Lo kayak bukan Al tau! Cepet ngaku, siapa lo! Atau gue jampi-jampi?!"
Al tergelak ketika Hendery bangkit dari duduknya dan berpose ala mbah dukun, emang cuma Hendery yang bisa begini.
"Heh! Istighfar!"
Hendery kembali duduk. "Eh tapi serius, gue mau tanya nih. Soalnya lo kayak tau sesuatu gitu tentang keluarganya Haikal."
"Dan kenapa lo tiba-tiba jadi deket sama Haikal?" Tanya Al langsung, karena Al sedikit menyadari perubahan nama panggilan Hendery pada setiap kata yang diucapkan oleh Haikal. Al yakin, Hendery memperkenalkan namanya sebagai Aheng, tapi kenapa Haikal memanggilnya dengan nama Dery? Hendery bilang, hanya Al yang memanggilnya seperti itu, tapi...
Tidak. Al tidak cemburu atau merasa jealous, dia hanya heran saja.