SPL • Persiapan Tinggal Di Asrama •

2.6K 483 12
                                    

SPL • Persiapan Tinggal Di Asrama •




#Hai semua, apa kabar?
[•1•]

Renjun sangat kesal karena ibunya tidak mau menerima uang dari gajian Renjun. Liu, ibunya malah memberikan dia uang setengah dari tabungan ibunya. Renjun sudah menolak tapi sang ibu bersikukuh untuk memberikan setengah tabungannya pada Renjun. Dia kini malah membawa Renjun ke pasar tradisional soal Namdaemun untuk membeli alat tulis, baju-baju yang dijual murah di pasar ini.

Dia tidak ingin Renjun memakai pakaian yang sama setiap hari saat ia sampai di asrama. Dia tidak ingin putra tunggalnya dibicarakan banyak orang memakai baju yang itu-itu saja. Terlebih Renjun akan bersekolah di sekolah ternama. SKHIHS.

South Korea Hak-Kun Internasional High School atau yang disingkat SKHIHS merupakan sekolah bertaraf internasional dengan kualitas pengajaran terbaik di dunia. Sekolah ini bertumpu pada tiga hal terpenting yaitu; visi global, pembelajaran tentang kehidupan bermasyarakat, dan pembelajaran yang dipersonalisasi. Sekolah ini terletak di pusat kota Seoul. Dengan menawarkan kurikulum berbasis Amerika kualitas tinggi serta persiapan menuju universitas terbaik dengan Bahasa Inggris sebagai pengantarnya.

Ada banyak pelajar SMA yang begitu giat untuk dapat bersekolah di sekolah itu. Perebutan nilai pun menjadi tantangan terbesar di kelas.

Namun, dari sekian banyak pelajar yang bersusah payah untuk dapat melanjutkan pendidikan di sekolah tersebut, hanya beberapa orang saja yang dapat berhasil. Karena test untuk memenuhi syarat terima di sekolah tersebut sangat tinggi. Dari test menggunakan bahasa Inggris, hingga test matematika yang paling banyak dibenci pelajar. Dan beruntungnya Renjun diterima sekaligus mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di SKHIHS.

Renjun pasrah. Dia membebaskan ibunya untuk membelikan ini-itu pada Renjun. Percuma saja dia protes karena ibunya lebih keras kepala dari dirinya.

Liu menatap alat lukis yang berada di toko sebelah dia membeli pakaian untuk Renjun. Dia melirik lembut putra kesayangannya yang sibuk melihat-lihat ke arah lain. Ia mendekati toko itu dengan melihat-lihat alat lukis.

“Ada yang kau ingin beli?” tanya Si Pedagang.

“Aku ingin kau mengeluarkan alat lukis paling bagus. Aku ingin menghadiahkan itu pada putraku yang sangat kusayangi.”

“Baik, tunggu sebentar!”

Tak lama pedagang itu membawa alat lukis lengkap diperlihatkan kepada Liu. “Apakah ini yang terbaik?” tanya Liu.

“Tentu, aku bisa menjamin.”

“Kalau begitu berapa harganya?”

[•2•]

Renjun termenung menatap alat lukis di kasurnya dengan air muka yang begitu terharu. Dia menyentuh alat lukis itu dengan perlahan air matanya menetes. “Eomma mengapa kau harus serepot ini untuk diriku?” dia menangis tergugu sambil mengusap air matanya, menyentuh alat lukis yang telah ibunya hadiahkan untuk dirinya.

“Kau sudah merapikan pakaianmu?”

Renjun tersentak pelan. Dia buru-buru menghapus air matanya gusar agar tidak ketahuan ibunya bahwa dia kembali menangis. “Sudah, tinggal dimasukkan ke dalam koper.”

Liu tersenyum lembut masuk ke kamar Renjun. Dia melirik koper di samping pintu lalu menyeretnya mendekati lipatan rapi pakaian yang akan Renjun bawa untuk tinggal di asrama. Dia memasukkan semua pakaian itu ke dalam koper dan juga beberapa sepatu yang sudah ia belikan untuk Renjun.

“Putraku akan menjadi orang sukses di masa depan jadi jangan sia-siakan kesempatan ini. Jika ada apa-apa selama kau bersekolah di sana, cepat telepon eomma. Dan iya.. eomma akan mengirimkan uang bulanan mu. Ingat ini, jangan telat makan, banyak-banyak berolahraga, dan beristirahat, jaga kesehatanmu selalu. Kau dengar Huang Renjun?!” Liu menahan tangisnya dengan terus banyak bicara yang membuat Renjun tidak kuasa menangis berhambur ke pelukannya.

Eomma.. jaga dirimu baik-baik selama aku tidak ada di rumah. Aku akan sangat merindukan omelan dan masakanmu.”

Liu yang sudah tidak tahan berpura-pura tegar akhirnya menumpahkan air mata kesedihan karena besok putranya akan pergi dari rumah ini untuk mengejar cita-cita.

[•3•]

Na Jaemin memasukkan pakaiannya ke dalam koper dengan diperhatikan Kim Junmyeon, kakak sepupunya. “Kau yakin akan bersekolah di SKHIHS?”

Jaemin tidak menjawab. Dia meresleting koper lalu keluar dari kamar dengan melewati Suho begitu saja. “Kau ini sudah dewasa mengapa kekanak-kanakan seperti ini? Ayolah Jaemin.. ayahmu hanya ingin kau menjadi penerusnya dengan menyekolahkanmu di Amerika tetapi—SMA SKHIHS yang malah kau pilih.”

“Mau itu bersekolah di Amerika atau SKHIHS itu tidak ada bedanya hyung! Keduanya sama-sama tempat menggali ilmu. Yang membedakan hanya niatan dan keseriusan dalam belajar. Kau bilang tadi apa? Aku sudah dewasa? Tentu, karena aku sudah dewasa aku berhak memilih tujuan hidupku sendiri. Kau ataupun Ayah tidak bisa menghalangi jalan hidupku.” Tegas Jaemin kembali ke kamarnya dengan membawa kamera kesayangan.

Dia memasukkan kamera kesayangannya ke dalam tas yang berbeda. Yang diisi oleh banyaknya lensa kamera. “Lebih baik kau pulang dan urus istrimu yang sedang hamil dari pada kau di sini mengurusi diriku.”

“Kau mengusirku!” Suho menggeram. Dia melotot tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar dan terima. Keponakannya yang baru berusia 16 tahun sudah berani memerintah dirinya dan mengusirnya secara langsung.

“Iya. Aku mengusirmu.”

Suho menghela nafas kasar. Dia meninju  udara dengan wajah yang sudah merah marah. “Kau ini, sialan!” dia mengumpat-pergi dari kamar Jaemin.

Jaemin sendiri bersikap santai dengan menutup pintu kamarnya. “Melelahkan ....” ucapnya membaringkan tubuh di kasur.



TBC?




ORBIT [JAEMREN] TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang