SPL • Renjun Dengan Segala Bentuk Kesabaran 1 •

2.3K 434 33
                                    

SPL • Renjun Dengan Segala Bentuk Kesabaran 1 •



#Jadikan dirimu baik lebih dulu sebelum meminta orang lain untuk bercermin 👍

#Sedikit mau kasih tahu nih, apabila ada EYD, KKBI, atau PUEBI yang masih acak kadut aku minta maaf 🙏 Aku terlalu malas untuk revisi sebelum ceritanya ending. Aku tuh maunya cerita sudah ending/lengkap baru aku revisi ceritanya dibuat secantik mungkin. Sudah itu saja🙏


[•1•]


Karena musim salju, anak-anak sekelas Renjun dipindahkan ke jadwal latihan mereka di ruangan khusus untuk olahraga.

Si mungil Renjun memakai baju olah raga biru muda dengan celana dan atasan pendek. Itu membuat kulit putihnya yang terawat baik jadi terekspos. Banyak gadis cemburu dengan kulit putih dan lembut Renjun.

“Renjun-ssi .. perawatan dokter mana yang kamu gunakan untuk memiliki kulit seperti ini?”

Renjun bingung ketika gadis-gadis itu bertanya kepadanya tentang perawatannya. Selama ini, Renjun tidak pernah menyentuh rumah kecantikan untuk merawat tubuhnya. Dia hanya rajin mandi. “Aku tidak pernah merawat tubuhku ke dokter mana pun, ada apa?”

Jangankan pergi ke rumah kecantikan, dia bahkan tidak bisa membeli perawatan kulit karena ekonomi keluarga yang sangat-sangat kecil. Renjun hanya menggunakan sabun dan body lotion untuk melindungi kulitnya dari bau keringat dan paparan sinar matahari. Dia sama sekali tidak terbiasa dengan hal-hal seperti suntikan vitamin tubuh dan operasi plastik.

Gadis-gadis itu tercengang. Mereka membandingkan diri mereka dengan Renjun. “Aku tidak mau pacaran denganmu Renjun, aku takut, aku akan frustrasi punya pacar yang lebih cantik dariku.” Kata seorang gadis yang merasa kecewa dengan dirinya sendiri.

Renjun tersenyum bingung mendengarkan.

“Ada apa dengan gadis-gadis ini!” Renjun berpikir dalam hati.

Tidak lama setelah itu, Jaemin dan Jeno memasuki ruangan yang langsung disorot oleh tatapan mata para gadis. Mereka menelan ludah mereka sendiri sambil melihat ke atas dan ke bawah pada Jeno, yang memiliki otot yang sangat tegas. Begitu juga dengan Jaemin yang sangat keren dengan tampilan kaos sport dengan menggunakan bandana yang menjepit poni rambutnya.

Jaemin melirik Renjun yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Renjun menoleh mendapati Jaemin meliriknya dengan intens. Sejujurnya, Renjun tidak bisa mengatasi tatapan Jaemin yang menurutnya seperti dia memiliki mantra penghancur kesadaran. Jaemin harus diwaspadai. Itulah yang membuat Renjun kesal jika Jaemin dekat dengannya, apalagi menyentuhnya seperti yang terjadi beberapa hari lalu.





Flashback On ...


Renjun baru saja selesai memasak ramyeon untuk dirinya dan Jaemin. Dia memanggil Jaemin untuk membawa ramyeon nya sendiri.

“Jaemin-ssi .. ya! Itu milikku! ”Ucap Renjun mengambil mangkuk ramyeon miliknya yang telah diberi potongan sosis.

Dia mendengus sinis sambil berjalan keluar dari dapur ke balkon kamar tidur. Jaemin mengikuti dari belakang dengan semangkuk ramyeon dan segelas kopi Amerika dingin. "Di musim dingin seperti ini kamu ingin minum es Jaemin?" Renjun memandangi kelakuan aneh Jaemin yang baru dikenalnya dua hari ini, yang sangat mengganggu.

"Kenapa? Aku suka minum ice americano setiap hari dan di setiap musim”

Renjun memilih tak ingin memperpanjang perdebatan. Dia melahap ramyeon nya ditemani secangkir besar teh berisi es batu menggunakan air hangat. Siapa yang aneh di sini sebenarnya?

"Loonjonie .. beritahu aku bagaimana kamu bisa diterima di sekolah ini?" Renjun mendengus. Dia mendengus jijik, bukan karena pertanyaan Jaemin, tapi karena pemuda yang duduk di seberangnya menyebut dirinya - Loonjonie - dengan nada kekanak-kanakan. Renjun menghela nafas berat sambil menyimpan garpunya di mangkuk.

“Namaku Renjun. Jaemin. Renjun! Mengapa kamu memanggil aku seperti itu? "

Jaemin mendongak, dia menatap Renjun dengan wajah polos dan tatapan seperti kucing. Sangat polos. "Terus?"

“Jawab saja kenapa! Tentu saja aku tidak suka!” Renjun menggerutu dalam hati.

Gigi Renjun bergemeletuk kesal. "Jadi, beri tahu aku Loonjonie .."

"Renjun Jaemin Renjun!" Renjun sangat marah. Darahnya mendidih dan siap meledak jika Jaemin tidak menghentikan panggilannya.

"Oh .. oke, Injoonie .." Jaemin menyeringai polos di depan Renjun yang siap mengubur hidup-hidup dirinya jika tidak ada hukum di dunia ini.

Renjun mengepalkan tangannya di udara sambil menggeram. Wajahnya yang marah terlihat manis dan seperti orang bodoh bagi Jaemin.

"Arggghhh eomma bantu aku !!!" Dia bangkit dari kursinya, membawa ramyeon dan cangkir tehnya ke dalam kamar. Dia sudah kehilangan kesabaran menghadapi sifat kekanak-kanakan Jaemin yang benar-benar menguji batas kesabaran Renjun.

Renjun menggeser kursi di dapur dan duduk di sana melahap ramyeon nya dengan emosi yang berfluktuasi.

Sementara Jaemin polos seperti bayi yang baru lahir, terus makan sambil menatap kepingan salju yang jatuh dari langit menutupi bumi.

[•2•]

Suara ayam berkokok membuat Renjun bangun dengan malas dari tidurnya. Dia mendengus kesal mendengar suara ayam dari boneka ayam, yang sekarang ditekan Jaemin dengan maksud membangunkan Renjun.

Renjun menyentuh bantal yang dipeluknya dengan menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya. “Diam Jaemin. Ini hari libur ..” protes Renjun dengan suara yang dalam karena dia masih mengantuk.

“Injoonie, ayo bangun! Ayo, ayo, ayo, kamu harus membantu aku pagi ini! “Jaemin yang bertingkah seperti masih berusia 5 tahun menggoyang-goyangkan punggung Renjun. Dia bertingkah imut dengan menarik-narik selimut yang begitu erat menutupi tubuh mungil itu.

"Ayo, ayo, ayo Loonjonie bangun ..! Kamu bilang mau beli wallpaper untuk kamar ini ayo beli .. ya !! Injoonie bangun !!!" Jaemin kesal karena Renjun tidak kunjung bangun.

Ia menaiki lima baris anak tangga dan duduk di ranjang Renjun yang memang berada di atas ranjangnya. Dia menarik selimut Renjun dengan kesal.

Renjun sendiri mendengus, mengutuk dalam hatinya bahwa Jaemin mengganggu liburannya. Ia tetap mempertahankan selimut yang menutupi tubuh mungil dengan wajah cantik bak keturunan cina-surga.

Keduanya pun terjadi tarik-menarik  selimut yang membuat Jaemin tidak kehilangan akal. Dia tersenyum jail sambil berbaring di samping Renjun.

“Ayooo Renjunie bangun - ya! Ayo keluar dan beli wallpaper untuk kamar ini. "Jaemin memeluk pinggang Renjun dengan gemas.

Renjun tersentak kaget dan menepis lengan Jaemin yang ada di pinggangnya. “Iya! Jaemin-ssi .. apa kau masih bayi? Kenapa tidak beli saja secara online!” Protes Renjun yang masih mendapat pelukan erat dari Jaemin.

Jaemin pun tak mau lepas dari pelukan Renjun dengan wajah bersandar di bahu Renjun. Dia mengendus aroma Renjun yang masih tercium seperti sabun kemarin karena dia belum mandi. “Jaemin ya! Ini geli .. hentikan!"

Renjun bergidik geli mendorong tubuh Jaemin menjauh darinya dengan dua kaki yang dibuatnya untuk menahan punggung Jaemin agar tidak mendekatinya. Rasanya sangat aneh bagi Renjun yang normal. Dia mengambil ponselnya dan kemudian berdiri dari tempat tidur menuruni tangga menuju kamar mandi.

Jaemin tertawa keras karena suatu alasan dia menganggap Renjun sangat lucu. Dia juga turun dari tempat tidur dan berjalan ke lemari untuk mengambil jaket.


Flashback Off...





Renjun bergidik ngeri memikirkan apa yang terjadi. Dia menepis semua momen yang mengganggu tentang Jaemin dengan semua perilakunya yang aneh.

Tiba-tiba speaker sekolah menyala. Seseorang berbicara di speaker sekolah seperti penyiar radio. Renjun mendengarnya dengan sangat baik.

“Apakah itu klub radio di sekolah?” Renjun bertanya pada gadis di sampingnya.

“Iya, setiap Rabu dan Kamis. Tim dari klub radio sekolah akan mulai menyiarkan banyak berita dari berita hangat siswa hingga berita sosial budaya. Aku juga mendengar bahwa klub ini terbuka untuk semua orang. Apa kamu tertarik, kamu mau bergabung? “gadis itu bertanya setelah menjelaskan klub radio sekolah dengan benar kepada Renjun.

[• 3 •]

Jaemin melihat sekeliling kantin dari sudut ke sudut tetapi tidak dapat menemukan Renjun. Matanya terus berkeliling mencari sosok kecil itu.

“Ada apa, Na Jaemin?” Tanya Yeri mengikuti tatapan mata Jaemin ke sana kemari.

“Tidak ada, di mana Jeno?” Tanya Jaemin, mengubah topik pembicaraan.

Yeri menggeleng tidak tahu. Sejak istirahat Jeno belum terlihat sama sekali. Yeri juga mencari Jeno tapi tidak bisa menemukan pemuda itu.

“Baiklah, lanjutkan makanmu.”

Sementara itu, dua pemuda dengan tinggi badan yang sangat berbeda berdiri di depan ruang klub radio sekolah. Dia adalah Jeno dan Renjun.

“Mengapa kamu ingin masuk ke klub ini?” Jeno bertanya mencoba bergaul dengan anak laki-laki di sampingnya, yang akan menjadi rekannya untuk bergabung dengan klub ini.

“Aku hanya ingin mengikuti kegiatan di sini. Terus kenapa?”

“Tidak ada. Hanya saja banyak siswa yang kurang berminat pada klub ini. Mereka lebih suka bergabung dengan klub paduan suara, band, atau kebanyakan mereka pergi ke klub menari.”

“Bagus, kalau begitu aku tidak perlu berebut dengan mereka.” Kata Renjun dengan senyum ramah.

Mereka berdua pun masuk ke klub radio bersama Jeno, yang sudah lama bergabung di klub, memperkenalkan bergabungnya Renjun di klub ini kepada teman-temannya.

“Selamat sore, perkenalkan nama saya Huang Renjun. Salam untuk kalian semua.” Renjun dengan sopan memperkenalkan dirinya.

Seorang gadis dengan rambut pendek sebahu dengan potongan bowl – mengulurkan tangan perkenalan pada Renjun.

“Lalisa Manoban, kuharap kau betah di sini.” Renjun meraih ulur tangan itu dengan sopan. Diikuti dengan perkenalan anggota lain yang mulai menanyakan beberapa pertanyaan penasaran tentang keinginan Renjun untuk masuk ke klub radio sekolah.





Tbc?
























ORBIT [JAEMREN] TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang