SPL • Haechan vs Jeno •

2K 393 81
                                    

SPL • Haechan vs Jeno •


#Jadi selamat menikmati bacaanku yang penuh dengan kebucinan 🙏

[•1•]

Salju yang turun di sepanjang wilayah Korea Selatan selama musim dingin dengan suhu udara terendah biasanya terjadi di bulan Januari dan Februari, ketika salju turun. Suhu akan turun drastis mencapai nol derajat Celsius ketika malam hari.

Jaemin menatap ponselnya yang menunjukkan suhu udara musim dingin saat ini -18 derajat Celcius. Dia melirik Renjun yang sedari tadi mengeluarkan uap dingin dari sela bibirnya. “Kenapa kau tidak memakai masker mu ...” Jaemin menghentikan langkahnya dan langkah Renjun. “Kau bisa demam jika terus menghirup udara dingin.” Dia memakaikan masker Renjun menutup setengah wajah pemuda mungil ini, dengan lembut.

Renjun tertegun menatap Jaemin yang begitu memperlakukan dirinya dengan lembut. Lalu, Jaemin menggenggam tangan Renjun. Dan keduanya kembali berjalan dengan Jaemin yang menggenggam tangan Renjun.

Renjun tersenyum dibalik masker menatap tangannya yang digenggam Jaemin.

Jantung Renjun berdegup merdu menyanyikan melodi lagu paling indah. Pipinya bersemu merah tercetak jelas di bawah suhu yang begitu dingin.

Keduanya menjadi hening dengan perasaan masing-masing yang seakan menerbangkan keduanya ke langit. Hingga kini keduanya duduk di halte bus masih dengan Jaemin yang tidak melepaskan genggamannya.

Tidak lama bus yang keduanya tunggu tiba. Jaemin meminta Renjun untuk naik lebih dulu dengan dirinya yang menjaga Renjun dari sentuhan penumpang lain.

Renjun bernafas lega duduk di kursi penumpang paling belakang dekat pemanas suhu yang terasa menghangatkannya. Yang selalu disediakan di tempat umum seperti transportasi publik, museum, hotel, restoran, dan berbagai tempat umum lainnya dikala musim dingin.

Renjun jadi mengingat ulang momen di mana dia pertama kali menemukan sosok Jaemin. Dia tersenyum menatap keluar jendela.

Jaemin tersenyum dibalik masker mengingat malam itu. Malam itu dia yang begitu menikmati suara Renjun saat berada di halte yang tadi mereka duduki. Jaemin menoleh, menatap wajah Renjun dari samping. Dia juga ingat sekarang. Renjun adalah pemuda mungil yang bekerja sebagai kurir pengantar makanan.

“Renjunie saranghae ...” ucapnya sangat pelan tidak didengar Renjun yang sedang memikirkannya juga.

Renjun meniup kaca bus dan menuliskan sesuatu di kaca itu dengan uap dari nafasnya. Dia menulis menggunakan bahasa aslinya, Mandarin.

我爱你
Wǒ ài nǐ

Jaemin hanya menatap tulisan itu, tidak mengerti artinya yang membuat ia penasaran diam-diam memotretnya.

Lama keduanya hening, bus berhenti di halte kedua tujuan keduanya ingin beli wallpaper dinding. Seperti sebelumnya, Jaemin meminta Renjun turun lebih dulu diikuti dirinya dari belakang.

“HAECHAN!!!” teriak Renjun mendapati Haechan yang sedang mengomel dengan Jeno.

Haechan senang mendapati Renjun. Dia berlari ala slow motion mendekati Renjun dengan kedua lengan direntangkan. Namun, belum Haechan memeluk Renjun. Jaemin sudah lebih dulu menarik Renjun ke dalam pelukannya, membuat Haechan hampir nyunsep ke tong sampah jika saja Jeno tidak menarik bajunya.

“Yak! Jeno lepaskan!” protes Haechan. Sesuai keinginan Haechan, Jeno melepas Haechan sehingga Haechan masuk ke dalam tong sampah.

Dengan ekspresi tidak bersalah. Memasang wajah paling polos, Jeno malah menyapa Renjun dan Jaemin yang melongo melihat ini.

“LEE JENO!!!” teriak Haechan dengan kaki yang menendang-nendang tong sampah karena posisi kepalanya berada di dalam tong.

Renjun dengan panik membantu Haechan keluar dari tong sampah yang untungnya bersih dari sampah-sampah yang sudah diangkut oleh mobil sampah. “Haechan-ssi.. kau tidak apa-apa?” Renjun menatap Haechan yang memasang wajah merah padam.

“LEE JENOOO !!!” Haechan berteriak lagi dengan keras. Kedua tangannya terkepal di udara seolah-olah ada bola api yang mengelilingi tubuhnya.

[•2•]

Keempat pemuda ini duduk di dalam restoran hangat yang menyediakan bulbogi jeongol atau bulbogi yang diletakkan di hot pot. Bulbogi ini menjadi tempat Haechan dan Renjun sejak kecil jika musim dingin selalu datang kemari. Terlebih, bulbogi yang dibuat paman Han sangat enak.

Haechan masih kesal dengan Jeno yang membuat dirinya harus mandi dua kali di musim dingin. Dan lagi, Haechan terpaksa memakai baju milik paman Han yang begitu kebesaran ditubuhnya.

Jaemin menatap tidak suka pada Haechan yang seperti anak kecil merengek dipelukan Renjun. Ia jadi ingin menendang pantat Haechan seperti tadi pagi. “Renjun-ssi, aku sarankan untuk tidak terlalu dekat dengan kedua pemuda ini.” Tunjuk Haechan pada Jeno dan Jaemin.

Renjun mengangguk setuju. Membuat kedua pria di hadapan mereka mendengus. “Mereka menyebalkan, bukan?”

“Jaemin lebih menyebalkan” bisik Renjun pada Haechan.

Haechan mendengus setuju. “Bagaimana bisa kau keluar dengan makhluk introvert seperti Jaemin?” bisik Haechan lagi.

“Dia memaksaku terus menerus sambil merengek ini itu membuat telingaku panas.” Balas Renjun, berbisik.

Baik Jeno dan Jaemin saling memandang lalu keduanya menggebrak meja.

Bak!

“YAK! APA YANG SEDANG KALIAN BICARAKAN!” kesal kedua pemuda yang sama-sama memiliki sifat suka menyendiri itu namun, Jeno tidak separah Jaemin.

Renjun dan Haechan tersentak kaget membuat keduanya refleks saling berpelukan. “Jaemin-ah, mengapa kau harus berteriak?”

“Jeno-ya! Apa mulutmu tidak pernah diajari bicara dengan nada pelan?!”

[•3•]

Renjun cemberut sepanjang perjalanan karena kejadian beberapa menit yang lalu. Dia marah pada Jaemin yang dengan tega meninggalkan dirinya di rumah makan paman Han. Karena Renjun yang membantu Haechan bertengkar dengan Jeno.

Dan sekarang, Renjun dengan mood buruknya hanya mengikuti langkah Jaemin masuk ke setiap toko penjual wallpaper dinding.

Renjun memilih untuk nongkrong di depan pintu masuk toko. Dia menatap bulir salju yang turun dari langit jatuh menyentuh kulit bumi. Tidak lama kemudian Jaemin keluar dari toko itu membawa apa yang dari kemarin-kemarin ia inginkan. Dia baru saja membeli beberapa gulung wallpaper dinding untuk kamarnya bersama Renjun.

Jaemin menatap punggung Renjun yang membelakanginya dengan posisi jongkok, wajah mendongak menatap langit.

Jaemin bukannya merasa bersalah dia malah memikirkan bagaimana caranya menjauhkan Renjun dari pengaruh buruk Haechan. Jaemin seakan memiliki naluri ibu Renjun yang tidak suka putranya dekat-dekat dengan Haechan.




TBC?

ORBIT [JAEMREN] TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang