SPL • Jaemin Dengan Segala Sifat Menyebalkan •
#Mungkin hari ini, esok, atau nanti – judul lagu
#Hai sobat, hanya ingin mengingatkan untuk selalu jaga kesehatan ok!
[•1•]
Jaemin tersenyum perlahan sambil mendekati Renjun membuat semua orang di ruang klub radio terkejut dengan kehadirannya.
"PABO!" Teriak Jaemin sambil mengutuk kesal pada Renjun yang kebingungan.
Baik Jeno maupun Lisa dikejutkan oleh kedatangan Jaemin yang tiba-tiba. Semua orang di ruangan itu bertanya-tanya dengan kehadiran Jaemin.
Renjun terdiam di tempatnya menatap Jaemin yang sedang berjalan ke arahnya. "Apa yang kamu lakukan di sini Jaemin-ah?"
Jaemin tersenyum tipis, menarik lengan kursi sehingga kini Renjun berada di bawahnya dengan Jaemin membungkuk, mengunci tubuh mungil Renjun yang sedang duduk di kursi.
Dia mendekatkan wajahnya ke wajah Renjun dengan menatap miring. Menatap bibir Renjun yang sangat menggoda.
Jeno memejamkan mata dengan Lisa melotot tak percaya membayangkan hal-hal kotor di benaknya.
“Jaemin yak! Apa yang ingin kamu lakukan pada Renjun!”
Wajah Jaemin semakin mendekat dan membuat Jeno gugup begitu pun anggota radio lainnya di ruangan itu.
Renjun sangat ketakutan mencoba menemukan cela agar dia bisa melarikan diri sampai—
Deg!
Jaemin menepuk pipinya kesal sambil menggelengkan wajahnya. Dia membuang pikiran buruk yang tiba-tiba melintas di otaknya.
Dia menundukkan kepalanya dengan bahu mengendur. Jaemin berbalik, dia tidak ingin masuk ke ruang radio. Baru beberapa langkah menjauh dari pintu ruang radio sekolah, sosok Mark tiba-tiba muncul.
Jaemin mendongak, menatap Mark dengan ekspresi tidak ramah. "Hai Jaemin," kata Mark sambil menepuk pundaknya dan melewati Jaemin, masuk ke ruang radio.
Jaemin menoleh, menatap pintu ruang radio yang kembali tertutup. Dia buru-buru melangkah masuk ke ruang radio dan—
Jaemin kesal melihat Renjun yang sedang menikmati camilan dari Mark. Dia duduk di sebelah Mark, yang membuat darah Jaemin mendidih sampai ke ubun-ubun.
“Jaemin-ssi .. kamu di sini? Masuklah! ”Ucap Jeno sangat senang dengan kehadiran Jaemin.
Senyuman palsu Jaemin menyapa semua orang yang ada di ruangan dengan gerakan sedikit membungkuk dalam waktu 5 detik lalu menegakkan kembali.
Di ruangan ini ada Chenle, Jisung, Lisa, Yeri, Jeno, dan Mark.
Jaemin kembali menatap Renjun yang sedang bercanda dengan Mark mengabaikan kehadirannya. Dengan kesal Jaemin mengambil tempat duduk di tengah Renjun dan Mark, hal itu tidak luput dari pandangan Chenle.
"Ya, ya! Jaemin sedang apa kau?" Renjun kesal sambil menatap camilan yang diambil Jaemin.
"Tidak apa-apa, aku masih punya banyak jajanan untukmu Renjun." Kata Mark mengambil camilan lagi di kantong plastik dari toserba. Dia memberi Renjun keripik kentang yang langsung direbut Jaemin.
Itu membuat dahi semua orang di ruangan, mengerut. "Kamu, apa yang kamu lakukan Jaemin-ssi?" tanya Lisa dengan heran.
Chenle menyeringai penuh minat pada tontonan gratis di depannya. Dia menyenggol siku Jisung yang duduk di sampingnya, sementara sudut matanya memberi kode Jisung untuk memperhatikan kelakuan aneh Jaemin.
Jisung memandang Jaemin dengan ekspresi santai. Dia dan Chenle langsung tertawa, membuat semua orang di ruangan itu menarik perhatian mereka dari melihat tingkah aneh Jaemin kepada Jisung dan Chenle. "Mengapa kamu tertawa?" tanya Yeri bingung. Dia menyipitkan mata menatap Jisung dan Chenle dengan curiga.
"Tidak ada" jawab Jisung dan Chenle bersama.
"Jaemin kenapa kamu tiba-tiba datang ke sini?" Jeno bertanya pada Jaemin dengan rasa ingin tahu. Tentu saja, dia merasa aneh jika Jaemin yang introvert datang ke tempat seperti ini. Karena sejak kecil Jaemin lebih suka tinggal di tempat yang sunyi dan gelap. Dia suka ketenangan tidak seperti di klub radio sekolah yang penuh dengan musik dan anggota lain yang suka mengobrol hingga berteriak keras.
Renjun menatap Jaemin dengan menyilangkan lengan di dada. "Tidak ada," jawaban Jaemin jelas tidak masuk akal. "Aku hanya ingin bermain." Jaemin melanjutkan sambil makan semua makanan ringan yang dia ambil dari Renjun.
"Oh .. begitu, lalu—"
"RENJUN-SSI!!!" teriak sosok yang paling dihindari Jeno tiba-tiba memasuki ruangan. Dia adalah Haechan, musuh bebuyutan Yeri dalam memperjuangkan perhatian Jeno.
"Renjun-ssi .. kamu mau ke kantin?" Haechan bertanya, mendorong Jaemin menjauh dari tempat dia duduk. Dia menjauhkan Jaemin yang duduk di samping Renjun dengan santai.
Jaemin mendengus. "Ya! Apa yang kamu lakukan?" Jaemin yang kesal menendang pantat Haechan.
Haechan menjerit kesal menatap Jaemin. "Ya! Kenapa kamu menendang pantatku! Apakah kakimu tidak punya sopan santun!"
Haechan mengutuk Jaemin karena dengan santainya menendang pantatnya. Mereka tidak peduli dengan Mark, yang terjungkal dari sofa karena Haechan mendorong Jaemin, yang membuat posisi dirinya duduk diujung sofa terjatuh.
"Ya! Kalian kenapa ribut-ribut di ruangan ini dan lihat! Karena kalian Mark sonbaenim jatuh!" Protes Lisa membantu Mark berdiri.
"Apa yang salah dengan mereka?" bingung Mark sambil berdiri.
"Ya, ya, ya, Haechan jika kamu datang ke sini hanya ingin membuat keributan kamu lebih baik pergi!” Jeno kesal. Dia merasa malu dengan tingkah Haechan yang selalu membuat keributan.
Haechan berdiri. Dia tampak kesal pada Jeno yang mengusirnya begitu saja. Dia menginjak meja dengan kedua tangan di dadanya. "Jadi kau mengusirku!"
“Ya! Kamu selalu membuat keributan dimana-mana dan itu benar-benar menjengkelkan!” Jeno yang tak mau kalah, mencondongkan tubuhnya ke depan sehingga wajahnya dan wajah Haechan begitu dekat.
Haechan mengepalkan tangannya di udara dengan kepala yang panas dan hidung yang sepertinya mengeluarkan kepulan asap seperti dalam komik.
Jeno tidak kalah menyeramkan. Dia memilin jari-jarinya yang menyatu sampai terdengar suara tulang jari.
Mereka berdua mengibarkan bendera pertempuran di mata mereka sampai detik berikutnya - Haechan melompat ke sofa karena takut Jeno akan mencubit dirinya seperti biasa. "Ya, ya, ya! Jeno aku hanya bercanda, Renjun tolong aku!!!" teriak Haechan karena sekarang Jeno telah menarik kedua lengannya sambil menekan dengan kuat.
Semua orang di ruangan itu tercengang oleh apa yang mereka pikir tidak sesuai dengan kenyataan. Mereka membayangkan akan ada aksi tonjok-menonjok yang sangat menarik di ruangan ini tetapi—yang terjadi malah sangat menggemaskan.
Haechan berjongkok di depan Jeno memohon ampun. "Ya, Jeno-ya, maafkan aku ..." tangis Haechan dengan memberi puppy eyes pada Jeno, yang tidak suka menatap Haechan dengan puppy eyes nya.
Mereka tidak menyadari bahwa Yeri telah menahan api kecemburuan sedari tadi.
[•2•]
Di dalam kamar asrama, Renjun dibuat mengeluh berkali-kali dalam hati karena tingkah Jaemin.
Jaemin masih saja meneror dirinya dengan keinginannya membeli wallpaper dinding untuk kamar mereka.
Dengan berbagai cara Jaemin memaksa Renjun untuk menuruti keinginannya yang menurut Renjun bisa beli lewat online agar mereka tidak ribet-ribet keluar.
“ARGGKKK!” rasanya kepala Renjun akan meledak sebentar lagi mendengar rengekkan Jaemin. Dia menggebrak meja belajarnya, menoleh ke arah Jaemin yang sedang duduk di kasur sambil merengek terus menerus.
Renjun melotot seperti rubah yang siap menelan mangsanya hidup-hidup. “Ayo!” pasrah Renjun berdiri.
“Hore!!!” senang Jaemin loncat dari kasurnya memeluk Renjun sebentar. Dia mengambil jaket hangatnya dan juga topi serta masker untuk menutupi dirinya dari banyak mata memandang.
Renjun mengeluh berkali-kali sambil memakai sarung tangan berwarna biru dengan bulu lembut yang sangat cantik.
Ia melirik Jaemin yang tidak mengenakan sarung tangan sambil mendengus. Renjun mengambil sarung tangan miliknya yang lain di dalam lemari. Dia berjalan mendekati Jaemin yang sedang membelakanginya sambil bermain ponsel.
“Kau mau mati kedinginan ha, kemarikan tanganmu!” titah Renjun, menarik pelan kedua tangan Jaemin. Dia memasang sarung tangan miliknya menutupi ujung jari Jaemin hingga pergelangan tangan.
Renjun kembali mendengus karena Jaemin benar-benar asal memakai topi. Dia menekan bahu Jaemin agar sedikit membungkuk. Supaya Renjun yang mungil dapat membenarkan cara memakai topi Jaemin yang asal-asalan, tanpa harus berjinjit.
Jaemin terpana mendapatkan perhatian begitu manis dari Renjun meskipun pemuda itu melakukannya dengan sesekali mendengus sebal. Justru, itu sangat menggemaskan bagi Jaemin.
“Selesai, ayo!” Renjun berjalan lebih dulu keluar dari kamar disusul Jaemin yang mengunci pintu kamar.
Renjun mengeluarkan lip balm dari saku mantel tebalnya, dia melirik bibir Jaemin yang mengering karena suhu udara yang begitu dingin. “Pakai ini!” titah Renjun menyodorkan lip balm miliknya pada Jaemin yang berdiri di sampingnya.
Jaemin mengerutkan dahinya menatap lip balm ditangan Renjun. “Ya, Loonjonie.. aku tidak memakai itu. Itu untuk wanita bukan pria sepertiku.” Tolak Jaemin.
Renjun memutar malas matanya, dia melirik ke setiap sudut lorong asrama yang untungnya sepi. Dengan cepat Renjun menarik Jaemin hingga mendekat. Dia menangkup pipi Jaemin yang memprotes karena ulahnya. “Ya.. Loonjonie apa yang mau kau lakukan!”
Jaemin gelisah sendiri karena wajahnya begitu dekat dengan wajah Renjun. Pikirannya melayang buruk entah ke mana. Dia menatap intens bibir mungil Renjun yang sangat menggoda. Jaemin menggeleng, bukan menolak karena Renjun yang memoleskan lip balm dibibirnya tetapi, karena dia sedang berusaha menyingkirkan bayangan mesum dari otaknya tentang bibir Renjun.
“Iya.. Injoonie sudah!”
Renjun tersenyum lebar. Dia menepuk bahu Jaemin karena kini sudah memoleskan lip balm di bibir pemuda ini.
Mereka tidak menyadari bahwa Lisa di ujung lorong sedang menatap dengan hati yang hancur berkeping-keping. Dia berbalik, niatan untuk memberi sup hangat pada Renjun ia urungkan.
Jaemin memalingkan wajahnya dari tatapan Renjun sambil mengelus dadanya. Dia mengembuskan nafas lega karena akhirnya tidak jadi melakukan yang tidak-tidak.TBC?
KAMU SEDANG MEMBACA
ORBIT [JAEMREN] TAMAT
Ngẫu nhiênBaik, Jaemin atau pun Renjun, keduanya tak pernah salah dalam memiliki rasa. Tidak ada yang tahu cinta akan datang pada siapa? Untuk siapa? Dan akan berjalan seperti apa? Tidak ada yang bisa menolak kehadiran cinta. Menjauh hanya akan membuat cint...