SPL • Huang Renjun •
#Jika kalian suka cerita ini jangan lupa vote and comment oke oke 🤗🙏SPL • Huang Renjun •#Jika kalian suka cerita ini jangan lupa vote and comment oke oke 🤗🙏
[•1•]Pemuda berambut oranye, seperti wortel itu-keluar dari sebuah studio radio malam. Dia berjalan dengan bergetar menggigil di bawah hujan salju.
Ia lupa membaca situs cuaca pagi ini jadi tidak ada persiapan menyambut musim salju. Dan untungnya Renjun memakai mantel tebal. Ia berjalan cepat mendekati halte bus sambil menggunakan maskernya kembali.
Dia duduk di halte bus sambil menggosok kedua lengannya agar dapat mengeluarkan suhu hangat dari tubuhnya sendiri.
Sepuluh menit kemudian suara gesekkan ban beradu dengan aspal terdengar. Bus yang akan membawa Renjun pulang telah datang. Dia berdiri dari duduknya seperti penumpang yang lain buru-buru masuk ke dalam bus.
Renjun melepas masker kainnya itu mengambil duduk di bangku paling belakang.
Huang Renjun, pemuda asal Jilin, Tiongkok, yang kini menetap di Seoul, Korea Selatan itu-kembali menggosok kedua lengannya sambil meniup-meniupi. Udara benar-benar dingin dan lagi, Renjun sama sekali tidak ada persiapan untuk menghangatkan tubuhnya.
Dia memasang kembali masker kainnya, mengambil ponsel dari saku mantel. "Astaga ..." Renjun mendesis lupa kalau baterai ponselnya belum ia isi sejak tadi.
Dia menoleh, menatap seorang pemuda di sampingnya yang mengenakan jaket dari bahan kulit domba dengan bagian kerah berbulu hangat. Dia dengan ragu-ragu menggigit bibir yang tertutup masker menoel bahu pemuda ini. "Permisi ..." dengan sopan Renjun berucap, "Apa kau membawa PowerBank, boleh aku pinjam sebentar? Baterai ponselku habis dan aku harus menelepon ibuku."
Pemuda berseragam SMA itu menatap sebentar Renjun. Lalu dia membuka tas nya dan memberikan PowerBank nya kepada Renjun. "Gunakan dengan cepat karena halte giliranku turun berada di depan."
Renjun mengerti. Dia buru-buru memasang kabel charger ke ponselnya dan juga buru-buru menyalakan ponsel, mengirim pesan pada Ibunya.
"..."
"Iya eomma, maafkan aku karena sudah membuatmu harus menjeputku."
"..."
"Baiklah, aku sudahi dulu ya, aku tak enak dengan pemilik PowerBank ini."
Bersamaan bus terhenti di halte ketiga. Renjun mengembalikan PowerBank yang ia pinjam kepada pemiliknya. "Gomawo," ucapnya berterima kasih.
Pemuda itu hanya mengangguk menerima kembali miliknya lalu bergegas turun dari bus.
Renjun tersenyum dibalik maskernya menatap pemuda baik hati tersebut yang berjalan menjauhi halte. Dia mengembuskan kepulan nafas setelah melepas maskernya kembali.
Tidak lama kemudian bus berhenti di halte tujuan Renjun turun. Dengan segera dia turun dari bus berlarian kecil mendekati seorang wanita paruh baya yang duduk di atas motor scooter di seberang jalan. "Maaf eomma, aku membuatmu lagi-lagi menjemputku," ucapnya sambil memasang helm tanpa kaca penutup wajah.
"Kau ini selalu bilang maaf, maaf, dan maaf, Huang Renjun! Tidak bisakah kau berhenti sebentar dari hobimu sebagai penyiar radio dengan fokus pada sekolahmu!" omel Sang Ibu ada benarnya. Dia sangat ingin putra tunggalnya ini fokus pada pelajaran di sekolah agar setelah ia lulus, ia dapat masuk ke universitas terbaik yang ada di Seoul.
"Lain kali kupikirkan, ayo pulang!"
Beginilah Huang Renjun, pemuda dengan potongan rambut medium bowl cut dicat oranye seperti wortel ini selalu saja bersikap keras kepala. Dia benar-benar begitu santai dalam belajar tidak seperti teman-temannya yang lain. "Kau memiliki cita-cita sebagai guru seni tetapi kau sendiri untuk belajar sangat malas. Dasar keras kepala!" nyinyir Liu Huang, ibunda Renjun, duduk di belakang Renjun.
Renjun hanya menyengir saja lalu menjalankan motor tersebut dengan dia yang membonceng ibunya, tentu.
Tbc?
KAMU SEDANG MEMBACA
ORBIT [JAEMREN] TAMAT
De TodoBaik, Jaemin atau pun Renjun, keduanya tak pernah salah dalam memiliki rasa. Tidak ada yang tahu cinta akan datang pada siapa? Untuk siapa? Dan akan berjalan seperti apa? Tidak ada yang bisa menolak kehadiran cinta. Menjauh hanya akan membuat cint...