About Us - 14

38 8 0
                                    

"Lakukan 'sekarang' karena kadang 'nanti' bisa berubah menjadi 'nggak akan pernah'."

-ABOUT US-

Tidak ada pilihan lain. Dikarenakan satu-satunya laki-laki yang melewati lorong kantin menuju toilet siswa saat ini adalah Devan, cowok itu harus membawa seorang Vionika Adellarie ke UKS. Entah apa yang terjadi pada cewek itu namun satu hal yang masih melekat dalam ingatannya adalah Vio yang memiliki sakit maag.

Mungkin cewek itu melupakan kewajibannya, lagi.

Saat membawa Vio dan bisa sedekat itu lagi dengan cewek itu, Devan merasakan ada getaran. Sesuatu yang pernah ia rasakan.

Detak itu masih ada.

Sampai di UKS, cowok itu dengan hati-hati membaringkan Vio di ranjang berwarna krem itu. Sedikit membuka jendela agar hawa di dalam UKS tidak begitu engap. Pasalnya, kipas angin UKS juga sedang rusak. Menarik kursi di sebelah ranjang, Devan duduk menghadap ke arah Vio yang terlelap. Dilihatnya wajah cewek itu nampak begitu pucat, keringat mengalir membasahi dahinya, bibirnya juga kering. Devan ingin menyekanya namun tubuhnya seperti mati rasa. Susah digerakkan. Bak seperti beku, cowok itu hanya mampu memandang Vio dengan rasa kasihan.

Lamunannya di lorong tadi pun membuat Devan merasa seperti masih terjebak dalam kebimbangan yang belum menemukan titik temunya. Hari ini cowok itu kembali bingung dengan perasaannya sendiri.

Entah apa yang dirasakan Devan saat ini, perasaannya benar-benar kacau. Semesta memang suka bercanda mempermainkan hati manusia.

Cowok itu bangkit-memutuskan untuk keluar saja, namun urung karena pintu UKS terbuka memperlihatkan Salma dengan wajah cemasnya. Cewek itu menenteng sebuah tas yang diyakini Devan itu milik Vio.

"Devan?"

Salma sedikit terkejut mengetahui Devan berada di dalam UKS bersama Vio. Tadi ada teman sekelasnya memberi info heboh, ada anak baru yang dibawa Devan ke UKS. Siapa lagi kalau bukan sahabatnya, Vio. Ditambah nama Devan yang pasti sudah tidak asing lagi ditelinga anak-anak Garuda. Hal itu membuat Salma segera berlari menyusul Vio kesini.

"Vio kenapa? Kok bisa pingsan?"

"Gue juga nggak tau."

Jujur saja Devan masih tidak yakin apa alasan cewek itu pingsan.

"Tapi apa dia punya maag?"

Salma terdiam, mencoba mengingatnya. Selama berteman dengan Vio sepertinya cewek itu tidak pernah mengeluh merasakan sakit. Vio terlihat selalu baik-baik saja. Kalau mereka sedang pergi keluar pun, tidak pernah ada masalah-Vio selalu enjoy.

Gadis dengan rambut terurai yang berbaring di ranjang itu mulai sadarkan diri. Vio mengerjap, tangannya memegang kepalanya yang terasa pusing. Vio belum menyadari kedua orang di sampingnya.

"Vio!"

Vio menoleh, melihat Salma dengan raut khawatirnya. Gadis itu tersenyum-seolah menandakan dia baik-baik saja. Salma menggeleng, ia menyadari sahabatnya itu sedang berbohong.

"Kenapa bisa pingsan? Gimana apanya yang sakit?"

Salma dengan kepedulian terhadap orang-orang berharga di hidupnya.

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang