About Us - 18

12 1 0
                                    

"Jika aku bisa memutar waktu, aku akan memilih untuk tidak jatuh hati padamu."

-ABOUT US-


"Nanti keluar mau nggak?"

Pertanyaan dari ketua Rogers itu adalah salah satu hal yang tidak Vio duga akan keluar dari mulut seorang Devan. Devan yang Vio kenal bukanlah Devan yang terang-terangan seperti itu. Devan kecil yang tidak banyak bicara dan memilih menahan pendapatnya walaupun sebenarnya laki-laki itu sangat ingin mengatakannya.

Namun, mungkin semua orang juga berubah. Seiring dengan berjalannya waktu. Rupanya laki-laki itu sudah berubah banyak.

Seperti tadi saat laki-laki itu berjalan menghampirinya.

"Gimana, setuju?"

Vio belum menjawab apapun sampai Devan berkata. "Oke gue anggap setuju. Oh iya, minta id line lo Vi."

Masih dengan kebingungan, Vio mengetikkan id linenya di ponsel milik cowok itu.

"Sip, nanti gue jemput. Sharelok aja alamat rumah lo."

Vio masih mencerna ajakan tiba-tiba dari teman masa kecilnya itu. Sedangkan Devan sudah melangkah pergi sambil memasukkan kedua tangan di saku celananya.

Pada waktu yang bersamaan namun di tempat yang berbeda, Salma dan Arga sedang berdiri di depan gerbang rumah bercat warna putih yang sudah usang. Cukup lama Salma mengamati setiap properti dari rumah itu, tampak bahwa perabot teras rumahnya yang dulu sudah berubah. Itu menandakan bahwa memang rumah itu sudah berganti pemilik, mungkin sudah beberapa kali.

Tarikan pelan dirasakan Salma saat Arga melangkah maju untuk mengajaknya melewati pagar rumah itu.

"Kita boleh masuk?" tanya Salma bingung.

Arga tidak menjawab. Laki-laki itu lalu mengambil jalan di depan Salma, meninggalkan perempuan itu yang masih menatap rumah lamanya sambil menarik nafas dalam. Ia duduk di kursi teras bersamaan dengan Arga yang menyodorkan sebuah air mineral kepadanya.

"Thanks, Ga."

Sudah sepuluh menit berlalu, keheningan panjang menemani keduanya. Salma masih melamun dengan tatapan kosong. Tanpa ia sadar air matanya mulai menetes mengenai celana jeansnya. "Dia apa kabar ya?"

Arga menoleh, menatap Salma cukup lama sampai gadis itu berujar lagi. "Kalau bisa minta hal untuk diperbaiki di masa lalu, lo mau mengubah apa Ga?"

Tentu saja laki-laki itu terkejut. Pertanyaan itu membuatnya bingung sampai Arga hanya diam tanpa suara.

"Kalau bisa kembali ke masa lalu, gue mau minta ke Tuhan buat menghentikan waktu saat gue merasa bahagia." Salma menjawabnya dengan senyuman. Walau matanya tidak bisa menyangkal kalau perempuan itu sedang tidak baik-baik saja sekarang. "Ga, permintaan gue terlalu mustahil ya?"

Arga tidak sekuat itu untuk menatap Salma dengan air mata yang terus menetes. Tanpa aba-aba, laki-laki itu bangkit lalu langsung merengkuh tubuh Salma. Memeluknya lembut menyalurkan rasa aman. Seolah meyakinkan perempuan itu bahwa dunia akan baik-baik saja, padahal Arga sendiri tahu bahwa realita kehidupan akan berjalan dengan semestinya. Entah dengan suka maupun duka, tawa atau tangis, sendiri maupun berdua.

"Hidup akan terus berjalan, Sal." Hanya itu kalimat yang dikatakan Arga bersamaan dengan laki-laki itu melepaskan pelukannya dan melangkah pergi keluar. Meninggalkan Salma dengan rasa sesak yang masih menyelimutinya semenjak ia melangkah masuk ke rumah lamanya itu.

Arga adalah seorang pengecut yang terus-menerus menolak hal itu. Padahal jauh di dalam hatinya, Arga juga meminta hal yang sama.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang