Mau request media lagu apa?
Kalian dari daerah mana aja nih?
"Nyatanya yang mengaku setia akan kalah dengan yang memang selalu ada. Sempurna namun tidak nyata, buat apa?"
–ABOUT US–
Gerombolan lima siswa yang kompak memasukkan tangan ke dalam saku itu berjalan masuk ke arah kantin. Sontak riuh suara siswi-siswi Garuda terdengar sangat nyaring, adapun beberapa terganggu dengan teriakan mereka sampai mereka menutup telinga atau memilih pergi dari tempat dimana Rogers berdiri. Hal itu sudah menjadi pemandangan biasa di Garuda, tepatnya Rogers yang berhasil menjadi sorotan utama walaupun hanya sekedar lewat. Tidak heran beberapa anggota Rogers turut bergabung dalam kegiatan inti sekolah, seperti OSIS dan pembimbing ekstrakurikuler. Siapa yang tidak kenal mereka?
Kelimanya memilih duduk di bangku dekat wastafel yang biasa mereka tempati, terkadang jika kelimanya sedang malas pergi ke kantin, mereka memilih WARNOREN sebagai tempat makan siang mereka. Ah, ralat. Daren tidak mungkin ikut bergabung bersama mereka, kecuali itu waktu pulang sekolah. Ya, Daren tidak tertarik akan hal yang akan membuat nama baiknya menjadi buruk. Pasalnya ia sudah menjadi idola para guru karena prestasinya, cowok itu lebih memilih memprioritaskan pendidikannya daripada hal lain, kecuali rumah keduanya; Rogers. Hanya saja Daren sangat tertib, itu yang menjadi prinsipnya maka laki-laki itu akan tetap pada pendiriannya.
"Jer pesen!" suruh Devan yang duduk disebelahnya.
"Gue lagi gue terus, males ah. Noh, gantian si Tyo ajalah, Van."
Tyo yang sedang mengikat tali sepatunya buru-buru menyelesaikannya. "Ngapa jadi gue, Tikus. Orang Devan nyuruh lo."
"ARGHH!!!" Jerry yang tiba-tiba mengacak rambutnya seperti orang frustrasi membuat keempat temannya itu saling pandang satu sama lain.
"Weh ngapa lo, Jer?" tanya Rega kebingungan.
"Malesss banget, aelah. Cepet!!" Lagi-lagi Jerry mengacak rambutnya dan berakhir menutup wajahnya, entah karena apa.
"Lah malah nyuruh."
"Tumben-tumbenan lo, Jer. Biasanya paling semangat buat ngantri," ujar Devan sangat hafal keantusiasan Jerry bila sudah tiba di kantin. Bahkan tanpa disuruh, Jerry selalu bersedia berdesak-desakan mengantri untuk teman-temannya. Baru kali ini, ia terlihat sangat enggan untuk melangkah ke stand makanan.
Daren yang lelah melihat debat kecil mereka yang menurutnya tidaklah penting memilih bangkit, keluar dari kursinya. Cowok itu bersedekap, menatap teman-temannya. "Gue aja yang pesen."
Sontak mereka terkejut mendengar penuturan Daren yang sangat jarang terdengar, cowok itu mau capek-capek mengantri. Apalagi Daren tidak suka keramaian seperti itu. Namun, kali ini entah karena apa seorang Daren Surya Angkasa keluar dari zona nyamannya.
Setelah Daren meninggalkan meja yang mereka tempati, Jerry yang tadinya seperti orang banyak pikiran, bersorak sambil mengepalkan tangannya. "YESS!! Emang babang Daren is the best."
"Alay lo, Jer," sahut Tyo geleng-geleng kepala.
"Sakit lo ya, Jer?" giliran Rega yang bertanya, membuat cowok es jeruk lover's itu terbahak sampai-sampai memegang perutnya.
"Nanti lo juga pada taulah alasan Daren mau antri kaya gitu. Atau mungkin suatu saat nanti Daren melakukan hal yang belum pernah dia lakukan."
"Maksud lo, Jer?" tanya Devan masih belum mengerti.
"Kita lihat aja," ucap Jerry tersenyum penuh arti.
Daren yang baru datang langsung menaruh nampan yang berisi 5 bakso sama banyaknya. Es teh 4 dan 1 es jeruk diantar oleh Bu Marni. Bu Marni adalah salah satu penjaga stand yang sudah sangat hafal dengan anggota Rogers. Terkadang jika sudah waktu pulang sekolah, Bu Marni akan membagikan makanan gratis kepada mereka yang membutuhkan dibantu oleh Rogers. Itu sebabnya, Bu Marni menjadi sedekat itu–seperti ibu sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
Teen Fiction[𝚁𝙾𝙶𝙴𝚁𝚂 𝚂𝙴𝚁𝙸𝙴𝚂 - 𝟷] Ini sepotong kisah tentang mereka. Salma dengan dunianya yang abu-abu, hidupnya yang terlalu datar dan monoton sampai seseorang masuk ke dalam hidupnya. Ia Devan. Laki-laki ajaib penyuka warna biru yang tak pernah me...