"Kalau kamu butuh aku, chat aja. Aku masih disini. Sekalipun rasanya mustahil mengulang cerita yang sudah berakhir."
-ABOUT US-
Salma berakhir pulang dengan berjalan kaki. Gadis dengan rambut hitam bercampur cokelat itu tak berharap akan diantar Devan meskipun tadi ketua Rogers itu menolongnya. Salma tau, tidak ada gunanya berharap pada manusia yang berakhir akan mengecewakan.
Gadis itu sudah terbiasa mandiri. Sampai rasa-rasanya keheningan, kesendirian sudah menjadi teman setianya. Tapi untunglah masih ada Vio yang selalu ada untuknya.
Salma merapatkan jaket abu-abunya. Langit mendung, angin juga bertiup kencang. Sebentar lagi akan hujan. Gadis itu jadi melupakan niatnya untuk pergi membeli beberapa buku dan spidol warna. Salma mempercepat langkahnya, rintik-rintik hujan mulai membasahi tubuhnya. Ia memilih berteduh di halte dekat sekolah, daripada ia basah kuyup dan berakhir sakit.
Salma memandang tetesan hujan yang membasahi aspal jalan, pikirannya berkelana. Seketika rasa kosong melanda hatinya. Rasa sakit akan pengkhianatan, dikecewakan, dan akhirnya ditinggalkan terus menerus menyiksa batinnya. Itu alasan gadis penyuka cokelat itu menjadi seorang yang sulit bergaul, Salma lebih suka sendirian daripada berdua lalu akhirnya ditinggalkan.
Bukankah pada akhirnya semua akan berakhir sendirian?
Tidak ada keabadian. Itu semua fana. Omong kosong jika orang berjanji akan selalu ada, akan selalu menemani. Itu hanya kata-kata penenang sementara.
Karena berharap pada manusia hanyalah menimbulkan kekecewaan.
Di tempat yang berbeda Rogers sudah berkumpul di basecamp mereka, WARNOREN. Warung Nongkrong Keren. Disana memang sering dipakai anak-anak sekolah untuk nongkrong meskipun hanya sekedar berkumpul, tidak memesan apapun. Ibu pemilik warung itu juga tidak masalah. WARNOREN berlokasi di belakang SMA GARUDA maka tak heran jika anak-anak Rogers yang tidak ada di sekolah, mereka akan lari ke WARNOREN.
"HEH TEMAN-TEMANKU YANG BAIK, PUNYA TAMPANG CAKEP, DAN RAJIN SEMBHAYANG BAGI-BAGI KONTAK CEWEK DONG."
"Gabut banget hidup lo?" tanya Daren, ketus karena merasa terganggu oleh sahabatnya itu.
Tumben-tumbenan Daren menyahut sambatan dari Jerry. Cowok hobi baca komik itu jengah melihat temannya itu selalu mengomel tentang hal sepele yang membuat telinganya bosan mendengarnya. Mungkin itu hanya berlaku pada Daren yang memang tidak suka keramaian.
"Ya Allah, Ren. Ngegas amat. Lo sih nggak bersyukur dikejar sama cewek-cewek cantik di sekolah. Mending buat gue ajalah."
"Ya iyalah. Daren kan sibuk belajar, jadi nggak punya waktu ngurusin hal begitu. Ya kan bro?" Tyo menyahut.
"Gue tuh prihatin sama fans-fansnya Daren. Kasihan dicuekin terus sama si lombok pedes kaya dia." Daren menoleh, menatap Jerry garang. Sedangkan yang ditatap hanya nyengir-nyengir saja.
"Ambil! Ambil aja! Nggak butuh."
Daren beranjak dari duduknya, beralih duduk di meja yang lain yang jauh dari teman-temannya. Cowok itu menyumpal earphone lalu memejamkan mata.
"Yah, ngambek deh tuh cewek PMS." Jerry kemudian tertawa yang dibalas dengan gelengan oleh kedua orang di depannya itu.
"Oh iya, Adhiwangsa ada masalah apa sih sama GARUDA? Tiba-tiba nyerang. Dasar pada kurang kerjaan." Itu Jerry yang sudah ngomel-ngomel sejak mereka sampai di WARNOREN. Cowok itu melepas jaket denimnya lalu meletakkan di kursi yang ia duduki.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
Teen Fiction[𝚁𝙾𝙶𝙴𝚁𝚂 𝚂𝙴𝚁𝙸𝙴𝚂 - 𝟷] Ini sepotong kisah tentang mereka. Salma dengan dunianya yang abu-abu, hidupnya yang terlalu datar dan monoton sampai seseorang masuk ke dalam hidupnya. Ia Devan. Laki-laki ajaib penyuka warna biru yang tak pernah me...