About Us - 8

60 11 0
                                    

"Tidak perlu takut nanti jalan di depan sana seperti apa. Asalkan kamu yakin jalan yang kamu pilih juga usaha yang kamu lakukan. Percaya kamu akan sampai."

–ABOUT US–

"Vi nanti siang temenin gue, yuk. Cari novel baru di gramed."

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu datang juga. Akhir pekan untuk rehat sejenak dari segala beban harus sekolah dan belajar. Malam tadi Vio menginap di rumah sahabatnya itu, sebenarnya ini bukan pertama kali gadis itu menginap di rumah Salma tapi memang sudah kebiasaan mereka sejak kecil. Selain karena faktor Vio adalah anak semata wayang, Vio juga sering ditinggal orang tuanya bekerja di luar kota. Kadang jika di rumah pun, pasti mereka pulang malam. Tapi untunglah ada Bi Ina yang menemani gadis manis itu.

"Iya, iya calon anak sastra. Tapi bukannya IPA lebih baik lanjut ke kedokteran kan, Sal?"

"Jurusan nggak menentukan kerjaan lo di masa depan, Vi. Yang jurusan IPA enggak semua jadi dokter kan?"

Vio manggut-manggut, mengerti.

"Lo nggak usah takut sama masa depan lo, Vi. Om Adi sama tante Ema kan punya perusahaan sendiri. Jadi nanti pasti lo deh yang lanjutin usaha mereka."

Vio menghela nafas yang membuat Salma menyernit bingung.

"Sebenarnya gue nggak mau lanjutin usaha mereka, Sal. Gue mau buka usaha sendiri."

Salma menoleh, antusias. "Lo mau buka usaha apa?"

"Gue mau buat studio foto sama pameran foto gitu. Jadi nanti fotografer yang udah berpengalaman maupun yang mau belajar jadi fotografer bisa belajar di tempat gue. Bakal diajarin dari nol sama mentor-mentor yang udah ahli buat masuk ke dunia photography. Buat pamerannya siapapun bisa nyumbang karyanya kok."

Salma termangu, sahabatnya ini benar-benar luar biasa. Diusia belum genap 17 tahun, Vio sudah punya plan matang seperti ini.

"Wah gila banget lo, Vi. Terbaik deh sahabat gue."

"Kalau lo dimasa depan mau ngapain, Sal?"

"Gue punya impian. Gue bisa nerbitin karya gue. Gue pengen jadi penulis yang dikenal orang karena buku-buku gue, Vi. Sesederhana itu, karena itu dunia gue."

Salma berujar dengan mantap. Gadis itu memejamkan mata sejenak–merapalkan doa. Berharap kata yang keluar dari mulutnya itu bisa dikabulkan Tuhan agar menjadi nyata.

Karena menulis adalah pekerjaan paling rahasia.

Apapun yang ada dikepala, dirasakan dihati, itu bisa tertuang dalam rangkaian-rangkaian kata. Siapa tau bisa berbagi dengan yang lain?

Salma bukan orang yang mempunyai banyak teman. Jujur saja, Salma itu terlalu kaku. Jika dihadapkan dengan banyak orang, gadis itu akan memilih menghindar dari mereka. Ia juga kadang bingung jika ingin memulai topik dengan orang yang baru dikenalnya. Gadis itu lebih memilih menyimpan semua dalam hati, berdialog dengan kepala sendiri.

Lebih nyaman sendirian. Itu yang dirasakan Salma sejauh ini.

Tenang... Damai...

Tapi kadang yang berdua memang indah bukan? Namun, jika berdua hanya membuat luka buat apa?

"Sal.. sal," panggil Vio, menyenggol lengan Salma pelan. Gadis itu masih setia memejamkan matanya.

"Sal jadi nggak? Keburu panas nih," gerutu Vio.

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang