Pada Akhirnya

155 8 0
                                    

Dari deretan malam pengumuman siapa yang hendak pulang di setiap minggunya di ajang perlombaan bernyanyi ini, malam ini menjadi malam yang berat bagi Nuca, sebab malam ini Richard yang pulang.

"Kan gue yang pulang Nuc, kok lo paling sedih? Haha, " tawa Nuca pecah kalau Nuca melihatnya sedang merapikan barang-barangnya.
"Ish, nggak tahu, "jawab Nuca sambil berbaring di kasur.
" Pokoknya kalo gue nggak ada gabung tuh sama yang lain"
"Hmmmm,  cepat banget sih pulang nya" Nuca masih berbaring di kasur.
"Ya kan pada akhirnya semua akan pulang, ya sebisa mungkin manfaatkan setiap waktu sebaik-baiknya. Lo engga tahu hari esok. "Richard yang sudah selesai mengemas barang-barangnya ikut berbaring di kasur.

" Kalo ada yang mau dibilang sama orang lain, langsung bilang nanti nyesal."Richard  berbicara dengan mata yang tertutup.
"Bilang apaan," kata Nuca santai.
"Bilang apa yang perlu dibilang,"senyum Richard mengembang.
"Gue nggak tahu mau bilang apa,"
"Lo yakin nggak sama perasaan lo"
"Entahlah juga"
"Nah ini yang susah lo aja nggak yakin sama perasaan lo," Richard meledek
"Pokoknya dengar gue lebih enak nyesel gagal, daripada nggak nyoba sama sekali." kata Richard.
Diam sejenak.
"Kemana sih arah pembicaraan ini, nggak jelas, " ucap Nuca sambil mendudukkan badannya.
"Lo tahu betul ke arah man, wkwkk" tawa Richard pecah.
Ya ke arah pembicaraan yang Nuca tahu betul itu kemana.
"Gue rasa ada hal yang sebaiknya dipendam... " Nuca menggantung ucapannya "... ya disimpan sendiri nggak apa-apa kan,"ucap Nuca.
"Ya ada, tapi kalo gue jadi perasaan gue, gue merasa lo egois nyimpan semuanya sendiri. Perasaan lo akan penuh dalam diri lo sendiri. Kan egois."Richard sambil mengangkat bahunya.

Diam sejenak.
"Entahlah,"begitulah tanggapan Nuca.

"Padahal harusnya gue yang sedih kan gue yang pulang, hahaha." Richard tertawa keras.

"Entahlah kadang gue merasa ragu bang."
"Ragu tentang apa?"
"Ya tentang perasaan, tetang harus apa, apa yang dia rasain,"
"Gini deh Nuc, sebagai hadiah gue buat lo malam ini, hadiah perpisahan gue kasih tahu lo."

Hening sejenak

" Tentang perasaan, tanya hati lo pastiin apa yang lo rasain baru lo bisa mikirin yang selanjutnya,"Richard memulai pembicaraannya.
"Kalo nggak ketemu jawabannya?"
"Harus ketemu,"
"Perasaan tuh dari hati, engga selalu bisa dimasukkan ke logika lo"
"Hmmmm"
"Kalo iya berjuang, kalo engga pasti engga akan sepanjang ini lo mikir"
"Apaan sih!"
"Ya gitu Nuc, kalo engga lo engga bakal mikir sejauh ini"
"Kalo iya harus apa?"
"Kalo punya perasaan ungkapin lah, perasaan lo yang lo pendam, bakal penuh di elo, perasaan lo bisa jadi rasa sakit,"
"Entahlah"
"Entahlah entahlah terus,"
"Hmmmm,"
"Tentang perasaan dia, ya engga harus diapa-apain, kalo iya bagus buat lo. Kalo engga bagus buat kalian."
"Maksudnya?"
"Kalo perasaan dia sama, bagus buat lo, bisa jadian hahha. Kalo nggak ya...... engga bisa dipaksakan, biarin aja perasaannya gitu aja. Perasaan kan nggak selalu tentang memiliki." kata Richard.
"Thank bang, gue coba pikirin."
"Hahaha jangan kelamaan ntar terlambat" Richard

Baru lanjut cerita ini sekarang, moga kalian masih suka.

Terima kasih sudah membaca💕💞💞💞

Lyodra & NucaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang