Choice?

284 37 11
                                    

Give Vote and Comment Juseyoo~

*****

"Hyung.... Ayo kita putus"

1 menit pertama Yifan yakin kalau pendengarannya sedikit bermasalah karena akhir-akhir ini dia terlalu sering mendengarkan musik yang keras, mungkin karena itu. Sehingga ia tidak yakin dengan apa yang dia dengar barusan.

"Hey... mungkin aku tadi salah dengar. Sayang? Chanyeol? Kamu bilang sesuatu?" tanya Yifan ulang

"Hyung! Ayo kita putus"

"Pu-putus? Tapi kenapa? Why?! Did i make a mistake? Chanyeol?"

"Kalau aku ada salah, aku minta maaf okay? Kalau kita ada salah paham kita bisa bicarain baik-baik kan? Chan... bukan seperti ini"

"No... Mau bagaimana pun akhirnya kita harus putus hyung" kata Chanyeol sambil melepaskan tangannya dari genggaman tangan Yifan.

"It doesn't make sense! Kenapa kita harus putus? Sampai kemarin malam kita masih baik-baik saja kan? Kenapa Chan?!" Yifan sedikit mendesak Chanyeol untuk menjawab rentetan pertanyaanya.

"Ini semua salahku dan keputusanku yang ingin putus Hyung"

"No! Kamu ga bisa minta putus secara sepihak begini. Chanyeol?~ katakan sebenarnya kenapa? Aku benar ada salah? Bilang saja, I'll fix it tapi ga dengan putus Chan..."

"Aku ingin itu, bisa kau kabulkan hyung?"

"No! Jelas tidak akan dan sampai kapan pun engga akan!" jawab Yifan dengan emosi yang membara.

.

.

Sementara itu di dalam rumah, Dongjoo dan orang tua Chanyeol seakan menonton drama secara langsung saat ini.

"Kamu masih ga bisa percaya sama Yifan?" sang istri menatap suaminya yang hanya bisa diam.

"Apa yang om takutin sih? I mean... ini sudah saatnya om kasih kepercayaan buat Chanyeol untuk hidup sendiri. Lagi pun He's no alone" tambah Dongjoo.

Bukannya menjawab papa Chanyeol memilih pergi.

"Tante, gimana?"

"Tante jelas bebasin Chanyeol lah. Tahu sendiri kan gimana over protectivenya papa Chanyeol sama Chanyeol? karena Chanyeol itu terlalu berharga untuk kami" jawab mama Chanyeol.

.

.

"Hyung... kamu ga akan ngerti" kata Chanyeol lirih

"Kalau begitu jelasin sama aku supaya aku bisa paham!"

"Hyung pulang saja. Aku mau sendiri dulu" kata Chanyeol lalu meninggalkan Yifan yang kebingungan di halaman rumahnya.

"Chanyeol!! Hyung ga akan pergi sampai kamu jelasin semuanya!!" teriak Yifan keras. Ia berjalan mundur supaya bisa melihat jendela kamar Chanyeol yang berada di lantai dua.

Chanyeol yang sudah ada di kamar sudah menangis sejadi-jadinya. Meski diredam dengan bantal suara tangis Chanyeol masih terdengar pilu.

"Chanyeol? Sayang?" Chanyeol merasakan usapan lembut dari mamanya di kepalanya.

"Mama.." Chanyeol kembali menangis sambil memeluk mamanya.

"Aku jahat banget sama Yifan hyung..."

Chanyeol mengeluarkan semua keluh kesahnya di sela-sela tangisnya. Ini terlalu berat untuknya karena harus memilih antara papanya, orang yang paling berharga untuknya dan Yifan, orang yang juga berharga untuknya.

Beberapa malam ini Chanyeol memutuskan untuk mengambil keputusan beresiko baik untuknya mau pun Yifan.

.

.

"Kamu masih di sini?" suara berat menyapa indera pendengaran Yifan. Ia terkejut karena di hadapannya sudah ada papa Chanyeol.

"Om? Saya masih di sini sampai Chanyeol jelasin semuanya" kata Yifan mantap dan sangat yakin.

"Kenapa kamu nuntut anak saya buat menjelaskan semuanya? Kenapa bukan kamu yang coba mengerti sendiri?" Yifan bingung. Demi apa pun, dia saja masih kebingungan saat ini, sekarang ia ditanyai hal yang semakin membingungkan. Bagaimana bisa dia paham kalau tidak ada penjelasan yang dia dapat?

Yifan awalnya hanya berpikir untuk mampir sebentar ke rumah Chanyeol karena dia benar-benar merasa bersalah karena sudah lebih 2 bulan ia tidak ada menjumpai Chanyeol, mereka hanya bisa menghabiskan waktu melalui telpon dan itu pasti di malam hari dan pasti ketika Chanyeol sudah ingin tidur.

Siapa sangka inisiatif Yifan yang ingin menjumpai Chanyeol karena sudah rindu berat malah diberi kabar buruk.

"Kami harus pindah ke negara tempat kami sebelumnya. Tahu selanjutnya bagaimana kan?" seketika tubuh Yifan menegang kaku. Lidahnya tiba-tiba kelu, otaknya tidak bisa berpikir bahkan 1 huruf pun untuk menjawab pertanyaan papa Chanyeol.

"Chanyeol tidak bilang apa-apa tentang itu"

"Chanyeol selalu ingin merasa tangguh di depan semua orang padahal hatinya lebih rapuh dan lembut lebih dari apa pun"

"Aku tidak pernah membuat Chanyeol menangis sebelumnya. Kami sudah pindah beberapa kali dan ini kali pertama Chanyeol menangis karena kami harus pindah. Dia terlalu berat melepasmu tapi dia harus karena memilih keluarganya. Jadi bagaimana dengan mu?"

Untuk beberapa saat Yifan belum sanggup menjawab hingga dia ingin bertanya lagi, "Kemana kalian akan pindah?"

"Austria" jawab papa Chanyeol singkat.

.

.

Chanyeol bergerak dari tempat tidurnya ingin mengintip keluar jendela kamarnya. Dengan usaha mengintipnya, ia bisa lihat papanya dan Yifan yang bicara dengan sangat serius. Beberapa kali Chanyeol harus sembunyi karena Yifan yang selalu melihat ke arah jendelanya.

"Kenapa masih di sini sih~" Chanyeol bertanya pada dirinya sendiri dengan suara sengaunya.

Chanyeol kembali mengintip. Alisnya bertaut ketika papanya sudah berjalan kembali ke rumah dan Yifan yang juga ingin mengambil langkah keluar dari area rumahnya.

Seketika tubuh Chanyeol menegak memastikan kembali yang dia lihat, "Yifan hyung pergi? Benar-benar pergi?!" air mata Chanyeol kembali jatuh.

"Dasar Chanyeol bodoh, memang apa yang kau harapkan? Kan kau yang memutuskan Yifan Hyung bodoh!!"

*****

Bagaimana? Kacau banget ya?

Bisa kasih ide selanjutnya harus bagaimana? :")

What If Love?! [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang