part 16

5 4 0
                                    

Isakanku semakin keras kala jimin mempererat pelukannya. Rasanya sesak di dadaku membuatku sulit menghirup oksigen disekitar. Nafasku tersengal-sengal akibat sesengukan dari tangisanku.

Harusnya aku tak membuat banyak orang merasakan sakit. Cukup diriku!
"noona kumohon berikan aku satu kesempatan. Aku akan berubah noona. Maafkan aku karena tak menyadari perasaanku sedari dulu."

Tiba-tiba aku merasa tak berdaya dalam pelukan hangat itu. Suara tangisanku semakin lirih karena aku yang berusaha lepas dari pelukan jimin ditahan olehnya. Dia membenamkan kepalaku didadanya meski dapat penolakan dariku

"lep-hmpftt.. Lepaskan!"
Aku memukul punggungnya karena butuh lebih banyak oksigen
"noona maafkan aku"
Kemudian jimin melepas pelukannya dan menciumku secara paksa. Dia melumat bibir ku bergantian, meski aku terus menolak. Jimin menahan kedua tanganku diudara dengan tangan kekarnya.

Jimin tak sadar diri!Dia tak memikirkanku yang terus memberontak dan menangis dalam ciuman. Malah semakin menekan tengkukku untuk memperdalam ciumannya. Sesekali menggigit bibirku untuk membuka celah agar dia bisa melumat lebih,entah nafsu atau emosi tapi dia sedikit kasar. Mungkin karna aku memberontak tadi.

Merasa mulai kehabisan nafas. Dengan sisa tenaga yang aku punya. aku memukul dadanya. Air mata masih terus mengalir dari kedua mataku meski aku sedang terpejam. Beberapa menit jimin masih tak melepasnya hingga aku merosot kebawah, limbung tak dapat menahan tubuhku untuk lebih lama lagi. Aku terlihat sedang bersimpuh dikaki jimin meski kenyataannya bukan itu yang terjadi. Aku menjadi wanita yang lemah karena sudah menyakiti banyak hati.

Jimin ikut merosot, kembali memelukku, kali ini jauh lebih lembut dengan perasaan. Dia membenamkan wajahku didadanya yang berdetak cepat.
"Maaf untuk selama ini. Maaf karena sudah menyakitimu, Maaf karena aku berbuat kasar padamu noona. Maafkan aku yang mengabaikan perasaanmu selama ini. Maaf karenaku kau harus merasa rendah dimata banyak orang. Sungguh maafkan aku noona"

Suara jimin parau. Dia juga ikut menangis melihatku serapuh ini. Tangannya gemetar bersama dengan tubuhku yang masih menangis tersedu-sedu dalam pelukannya.

"Jimin-ah mianhe..Jeongmal mianhaeyo jimin-ah.."
Pertahananku runtuh sudah. Akhirnya aku membalas pelukan jimin, meremas jas belakang jimin melampiaskan segala perasaanku.

"noona kali ini biarkan aku yang berjuang.."
"kau—tidak seharusnya begini jimin-ah maafkan aku karna membuatmu menjadi pria yang kejam dimata yuri, ini semua salahku maafkan aku hikss"
"noona yuri tak mencintaiku"
"dia mencintaimu! Sangat! Bahkan Melebihi aku! Kejar dia jimin-ah! Meminta maaflah dan kembalilah padanya! Aku berjanji akan menghilang dari kehidupan kalian setelah ini."

Jimin merasa remuk! Kata-katamu seperti menusuk ulu hatinya dengan tombak berkarat. Jimin kembali mengeratkan pelukannya. Menyembunyikan wajahnya diceruk lehermu. Bahkan kini lehermu terasa basah karena air matanya.

"khajima."
Katanya pedih.
"jebal!"
Lanjutnya parau.
Aku hanya diam ingin menjawab pun rasanya sulit. Bahu jimin semakin bergetar, perlahan aku mulai mengelusnya perlahan dengan lembut.

"beri aku satu kesempatan untuk menebus salahku. dan tentang yuri, jangan pikirkan dia, dia hanya terobsesi padaku noona bukan benar-benar mencintaiku. Aku sungguh berterima kasih pada suga hyung yang sudah mau membantuku untuk menyadari bahwa orang yang tulus mencintaku adalah kau! Kau noona! kata hatiku berkata begitu,tapi benar! Yang dikatakan suga hyung benar aku mencintaimu tapi menutupi rasa cinta itu dengan benci karena kau merusak moment kencan pertamaku. Tapi sekarang sungguh! tolong biarkan aku membuatmu melupakan semua itu dan membuka lembaran baru denganku. Jebal!!"

"Yuri-"
"Noona jebal!!"
"Jim yuri-"
"aku akan menyelesaikan semuanya dan. Sebut namaku saja"

Aku mengangguk. Melepas pelukan itu dan menangkup wajah yang memerah sempurna dengan mata sipit yang membengkak itu, padahal mata kami sama-sama membengkak akibat terlalu banyak menangis.

"beri aku waktu jim."
Aku menghapus jejak air mata di pipi jimin.
"aku akan buktikan kali ini aku tak main-main noona."
Aku hanya tersenyum simpul kemudian membantunya untuk berdiri.
"pulanglah jim"
"aku akan mengantar noona"
"aku bisa pulang sendiri dan aku masih ingin sendirian"
"noona kumohon"

"berhenti memohon jimin-ah."
"kali ini saja. Aku tak akan bisa pulang jika tak melihatmu sampai rumah dengan selamat dan perasaanku sedikit tak enak"
"takkan terjadi apapun. Percayalah"
"noona-"
"jim aku ingin sendiri"
"baiklah hubungi aku saat noona tiba dirumah"

Aku mengangguk kemudian meninggalkan jimin ditempat itu, keluar dari hotel dengan pandangan kosong hingga tak sadar sebuah mobil melaju cepat kearahku bersamaan dengan teriakan jimin menyebut namaku dari belakang.

Brakk...
Aku terpental cukup jauh berbenturan dengan aspal yang terasa dingin. Darah terus mengalir dari bagian belakang kepala dan pelipisku. Tubuhku terasa sangat nyeri meski sebagian dari jiwaku terasa melayang.

Pandanganku semakin kabur dan aku merasa tanganku dan kepalaku diangkat oleh seseorang untuk berada dipangkuannya. Aku tak bisa melihat dengan jelas siapa orang itu dan tak bisa mendengar suara disekitarku yang ternyata sangat ribut dengan ocehan iba. Bahkan suara favoritku pun tak bisa aku dengar karena sepersekian menit setelah itu aku tak sadarkan diri.

Ternyata sesaat setelah aku meninggalkan jimin dari tempat itu, dia memang berhenti tapi karena perasaannya semakin tak enak saat aku melangkah menjauh darinya. Jadilah dia mengejarku dan melihatku yang berjalan tanpa melihat sebuah mobil yang begitu dikenali jimin melaju dengan cepat kearahku.

Teriakan keras yang keluar dari mulutnya pun tak begitu berpengaruh padaku karena setelah itu aku sudah tertabrak. Dengan spontan jimin berlari kearahku. Melihat sebentar kearah mobil yang berhenti didepan sana dan orang-orang yang mulai mengerumuniku. Jimin tak peduli dengan orang-orang yang berteriak histeris antara iba karenaku atau terkejut melihat seorang Park Jimin sedang berada disebuah hotel dan memangku seorang wanita yang baru saja tertabrak.

Melupakan bahwa dia seorang idol. Kamera terus menyorot kearahnya meski dia terus menangis dan meminta tolong untuk memanggilkan ambulance secepatnya.
"kumohon hikss telfon ambulance! kumohon! Kumohon bertahanlah! Kumohon cepat! Panggil ambulance! Kumohon hikss jangan hanya melihat tolong bantu kami!"














SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang