Beberapa menit kemudian terdengar suara sirine yg tak salah tak lain adalah ambulans. Para pihak ambulans pun menggotong ku untuk berbaring di brankar, jimin hanya terus menitikan air mata melihatku dalam keadaan yang sangat amburadul ini.
Jimin memutuskan untuk ikut masuk kedalam ambulans, dia memegang tanganku, sementara aku sama sekali tak bisa merasakan apa pun saat ini, dunia gelap bagiku, tak ada sedikit celah pun untuk menerangi jalan ku,
"kumohon bangun lah noona hikss, bangun lah!!"
"mengapa kau tak bangun juga?!"
"cepatlah bangun!!!"Kali ini jimin berkata sambil menghentakkan kaki nya membuat para perawatan yg juga berada dalam ambulans tersebut berusaha menenangkan jimin. Bukannya semakin tenang jimin malah semakin bergetar menghadapi nasib yg kini harus ia lalui
"mengapa dunia sekejam ini!! Apakah ini karma untukku?! Seharusnya aku mengerti perasaan noona selama ini!! Tak seharusnya aku begini pada noona hiks!!"
Jimin masih setia menggenggam tanganku meski ia harus berlari terseok-seok mengikuti laju roda brankar dimana aku tergeletak lemah diatas nya.menuju kemana saat ini noona dibawa? Tentu sja menuju ke ruang IGD (IGD apa UGD sih yg bener)
"noona bertahanlah hiks!!!"Jimin yg masih setia menggenggam tanganku erat lalu melepaskan nya secara paksa karena kau harus segera masuk ke ruang IGD/UGD itu😴dan segera mendapatkan penanganan medis Dari para dokter ahli.
Di alam bawah sadar ku, aku hanya terus berputar putar tanpa tau harus kemana karna memang hanya gelap lah yg aku rasakan tak ada cahaya apapun itu hanya saja aku terus bersikeras untuk mencarinya, sampai beberapa saat kemudian aku terjatuh karena sepertinya kaki ku tersandung
"awhh!!"
terdengar suara semacam burung gagak yg menyeramkan
"apa ini?! Apa aku sudah mati?!"
Itulah yg ada dipikiran ku saat ini.
Dan beberapa saat setelahnya aku merasakan telingaku begitu sakit rasanya seperti ingin pecah karena tiba-tiba suara nyaring seolah datang untuk memekakkan telingaku."awhh ahh kee napah! Ahh sakiiiitth"sambil memegangi telingaku yg seakan pecah
Dan tiba tiba saja
"Cklek""noona!!gwaenchana?!"
Ucap jimin khawatir kepadaku
Tapi diriku masih tak mengerti dengan apa yg terjadi saat ini,mencoba menetralkan pandanganku, aku masih tampak kebingungan akan hal ini sampai pada akhirnya aku merasakan nyeri pada kealaku,dan benar saja beberapa luka jahitan juga perban kini setia melingkar di kepalaku.
"noona kau minumlah dulu, dan berbaringlah jangan terlalu lelah"
ucap jimin sambil mengarahkan tangannya untuk menggapai gelas berisikan air putih didalamnya untuk diberikan kepadamu.
"kenapa aku dan kau disini jimin-ah?"Pertanyaan itupun lantas menjadi sebuah tombak tajam bagi jimin
*aku dan kau* tak ada lagi kata 'kita' saat ini yg ada hanya 'aku dan kau'... Sungguh nyeri rasanya , namun seakan paham keadaannya jimin lantas membuang jauh-jauh pikiran yg mengganggunya tadi."mengapa kau diam saja jimin-ah?!"
"maafkan aku noona hiks kau terluka gara-gara aku hiks"
"apa yg kau bicarakan, semua ini pantas untuk aku dapatkan jimin-ah, berhenti lah menangis!"
"tidak noona, aku tidak akan berhenti menangis sampai kau benar-benar memaafkanku hiks"Tangisan jimin semakin keras saja hingga aku tak tega melihatnya. Tanpa aku sadari tangan yg terhiasi dengan infus mengarah ke pucuk kepala jimin hanya untuk mengelus nya singkat, namun saat aku lihat pancaran kegembiraan perlahan muncul dari wajah manis jimin yg bengkak dan terlihat sendu karena terus-menerus menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY
Fiksi PenggemarHaiiiii..... Jatuh cinta itu kesalahan besar!!! Apalagi jika dia adalah Park Jimin Bayangkan saja. Kalian bekerja sebagai seorang coordi (team koordinasi/koordinator) disebuah agensi terkenal-Bighit. Banyak sekali orang yg ingin sekali, merasakan b...