3|sakit hati?

20 5 1
                                    




ₛₑᵣₑₙdᵢₚᵢₜy






Aku tersenyum kemudian memalingkan wajah kearah lain lalu memilih untuk pergi. Setelah pulang dari tempat syuting itu semuanya kembali ke agensi.

Aku dan coordi lain berjalan beriringan sambil tertawa sesekali karena pembicaraan dan lelucon hingga hampir sampai keruangan kalian,

Aku permisi untuk menuju kamar mandi namun menemukan jimin dengan gadis itu didekat kamar mandi. Aku tak bisa mendengar percakapan mereka tapi mereka terlihat canggung.

Aku menghembuskan nafasku pelan mengatur detak jantungku yang mulai tak terkendali entah karena apa.

Setelah punya keberanian tinggi aku berjalan begitu saja berpura-pura tak mengetahui keberadaan jimin dan gadis itu, tapi sialnya malah diketahui oleh Jimin.

"Noona"
"ohh nde? Nde jimin–ah?"
"Noona bisa tolong bantu aku?"
"katakan saja"
"dia mengajakku berkencan tapi aku..
"pergilah—"
"temani aku"

"aku tak bisa masih banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan"
"noona kumohon kemarin kau bilang kau mendukung semua keputusanku"
'dan kemarin kau bilang kau tak ingin berkencan'

Entah kenapa tiba-tiba aku kesal pada jimin dan meninggalkannya begitu saja dengan gadis itu.

Gadis itu adalah yuri.

Dulu dia dan jimin pernah dekat meski tak sempat berkencan tapi kemudian yuri pergi kechina untuk melanjutkan pendidikannya.

Yuri adalah gadis yang pernah membuatku patah hati melihat kedekatannya dengan jimin.
Aku tidak membenci yuri tidak! hanya saja aku membenci diriku yang tak punya keberanian lebih seperti yuri

Aku tak bisa berbicara langsung atau mengajak kencan terlebih dahulu seperti yuri,
dan dulu titik patah hatiku adalah saat aku melihat yuri mencium kening jimin bahkan akan turun menuju bibir impianku itu

tapi aku langsung menghentikannya dengan berpura-pura mengambil barang yang tertinggal dan itu membuat kegiatan mereka terhenti. Selanjutnya? Aku patah hati karena mendengar omelan jimin karena merusak moment kiss nya dengan yuri.

Dia seorang namja dewasa tapi untuk berciuman, jimin tidak sembarangan apalagi dengan wanita dia tipe namja lembut dan tidak suka menyakiti hati wanita.

Dia bilang tak ingin memiliki kekasih tapi dekat dengan yuri? Entahlah jimin tak pernah memberi tahu perihal asmaranya jika para hyung dan staff menggodanya hanya mengatakan masih tak tertarik untuk memiliki kekasih.

Tapi anehnya dia malah mengomel karena kejadian ciumannya yang tertunda karena ku.
Setelah cukup jauh dari jimin dan yuri berada, aku membuka ponselku, melihat stan foto jimin yang aku potret saat bersama nara kemarin

"apa ini untuk yang kedua kalinya?"
Ucapku pelan pada dirimu sendiri.

Benar yuri kembali dan tak ada lagi celah untukku. Dia sudah menyelesaikan pendidikannya dan jimin menyambutnya setelah itu mereka akan berkencan.

Huftt.. aku menengadah keatas menatap langit cerah dengan awan indah mendampinginya. Andai jimin bisa menjadi langit biru yang luas dan aku menjadi awan sebagai pendamping dan menjadi pelengkap langit biru yang luas. Akan indah seperti apa yang kau lihat saat ini

baiklah Lyn persiapkan dirimu, mungkin sebentar lagi kau akan mendengar kabar dating jimin. Bersiaplah untuk terguncang hebat kau pasti bisa melewatinya!
Ucapku menyemangati dirimu sendiri lalu kembali masuk kedalam gedung

dan sialnya saat itu bertepatan dengan jimin dan yuri yang hendak keluar gedung dengan masker dan penyamaran lengkapnya.

Jimin berhenti kemudian menarik maskernya turun menarikku sedikit menjauh dari yuri

"ada apa?"
"aku akan berkencan"
Bisiknya padaku
"baiklah selamat bersenang-senang dan hati-hati"
"baiklah tapi doakan semoga kencanku berjalan dengan lancar ya"

Jimin tersenyum cerah dan aku balas dengan anggukan lalu jimin meninggalkanku. Berusaha baik-baik saja saat pria yang aku cintai dalam diam itu pergi berkencan dengan orang lain itu menyakitkan.

Aku tak bisa mengungkapkan kekesalanku, rasanya lebih hancur seperti ini daripada kekasihku sendiri yang berkencan, aku bisa mengungkapkannya karena aku adalah kekasihnya tapi kasus ini beda aku bukan siapa-siapanya dan tak punya hak untuk mengungkapkan kekesalan dan sakit hatiku padanya.

Sekarang sudah malam tapi aku masih belum berniat untuk kembali ke rumahku. Memandang ponsel pun tak ada gunanya karena orang yang kau tunggu untuk menelfon bisa saja sedang bersenang-senang dan melupakanku saat ini.

"Dasar bodoh! Jelas-jelas dia hanya menganggap mu seorang noona."

Duk..tiba-tiba jin datang dan menjatuhkan bokongnya disofa ruangan make up.

"siapa yang jelas menganggapmu hanya seorang noona?"
"eohh Jin oppa Mengapa kau disini?"
"aku melihat ruangan ini terbuka dan aku melihatmu jadi aku masuk"
"baiklah"
Ucapku kemudian suasana kembali hening

"jimin menceritakan gadis yang ditawarkan manager nya padamu kan?"
"hm wae?"
"aku yang mengambil nomor itu"
"lalu?"
"bagaimana menurutmu jika aku juga mulai berkencan?"

Aku berdehem pelan kemudian memperbaiki posisi dudukku untuk menghadap pada jin

"berkencanlah..oppa sudah matang aku yakin fans oppa pasti akan mengerti"
"aku rasa juga begitu tapi aku tak mau melukai hati army jika aku dating"
"Hmm..Cinta seseorang yang tulus akan merelakan orang yang dicintainya bahagia dengan pilihannya sendiri."

"Mungkin mereka akan merasa hancur dan jatuh saat pertama kali mendengar idol yang begitu mereka cintai sudah memiliki kekasih"

"tapi jika melihat idol mereka bisa bahagia dengan gadis pilihannya sendiri perlahan mereka akan bisa menerima kenyataan bahwa akan ada satu dari gadis beruntung didunia yang bisa mendapatkan hati idol mereka,"

"meski perlahan tapi mereka akan bisa menerimanya percayalah"

"apa menurutmu begitu?"
"hm..Kau butuh seorang gadis untuk mendampingimu oppa dan jika kau merasa cocok dengan gadis itu apa salahnya mencoba?"
"hm ternyata kematangan tidak dipandang dari usia"

"nde?"
"maksudku kau..kau lebih muda dariku tapi pikiranmu lebih dewasa dari pemikiranku"
"ahh tidak, semua orang pasti punya sisi dewasa didirinya masing-masing"
"aku setuju denganmu"
"jadi oppa akan mengencaninya?"

"siapa yang akan berkencan?"
Ucap jimin heboh kemudian duduk disamping jin, entah darimana dan sejak kapan datangnya dia tapi dia langsung menerobos masuk begitu saja

"kebiasaan!"
Cibirku padanya
"maafkan aku hehe"
Balas jimin dengan eyesmilenya
"sudah berapa kali Lyn mengatakan padamu jangan suka memotong pembicaraan orang"

"Noona~"
Rengeknya padaku aku membuang mukaku  kesamping, aku mengingat kembali tentang kedekatan jimin dan yuri jika menatap wajah jimin

SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang