Chapter 9 - About Her

147 113 31
                                    

"Wajah itu menunjukkan kesejukan walaupun kerap kali ku anggap dingin. Bak cahaya mentari yang tak ingin ku berpaling, bak pelangi yang menunjukkan keindahan tanpa henti. Dan untuk sebentar saja biarkan aku menatap wajah itu sebelum musim berganti".

-Mark

Happy Reading

****

"Kita bertemu lagi, sepertinya Alam senang melihat kita berdua" ucapku ketika berpas-pasan dengan Sea wanita pertama yang mengataiku Bodoh. Tepat di Central Park, danau yang besar dan taman yang indah tempat para orang-orang menikmati weekend. Tempat ini sangat di rekomendasikan untuk hari-hari libur untuk menikmati kebersamaan bersama keluarga masing-masing.

Dan sekali lagi aku bertemu dengannya di sini, yang duduk sembari mendengarkan musik dan membaca buku. Terlihat seperti wanita Karir yang sebenarnya, ia menoleh padaku dengan memicingkan mata.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanyanya yang tiba-tiba berdiri.

"Apa kau pikir tempat ini khusus untuk dirimu?" Tanyaku balik.

"Sebaiknya kau jauh-jauh, pergilah!" ucapnya sembari mendorongku menjauh.

"Ck, memangnya kenapa kalau saya disini?" ia menatapku sinis dan kembali duduk dan fokus dengan buku ditangannya.

"Ya sudah kalau begitu, jangan salahkan aku jika Pria kemarin tahu kalau kau wanita yang bersamaku." Aku dapat melihat lirikkan matanya yang mematikan, dan yah wajah yang dingin itu sama sekali tidak memiliki humor.

"Berani-beraninya kau mengancamku." katanya ketus, aku acuh dan duduk tepat disamping-Nya, dan ia sedikit bergeser ke samping. Aku memperhatikan wajahnya, terlalu banyak rahasia yang perlu kucari tahu. Entah mengapa akhir-akhir ini aku selalu memikirkan dan selalu bertanya-tanya tentang dirinya.

Ini memang aneh, tapi itu tidak lebih hanya sekedar rasa penasaranku saja. Aku sudah sejauh ini mencari informasi tentangnya, dan bodohnya aku yang terus saja menggalinya lebih dalam. Rasanya kami seperti terikat satu sama lain, dan aku juga tidak mengerti tentang perasaan itu.

"Baiklah, ku pikir kau mungkin punya nomor teleponnya" Kataku.

Ia menoleh. "Untuk apa?"

"Untuk memberitahu tentang kau yang sembunyi darinya" jawabku santai.

"Berhentilah sok ikut campur urusanku, Stupid." umpatnya, bukannya marah aku malah tersenyum melihat wajah wanita ini yang begitu lucu menggemaskan.

"Kau yang membawa saya masuk dalam urusanmu" Timpalku memancing emosinya.

Ia menghela napas dan menutup buku dengan kasar, menoleh padaku dengan wajah yang siap menerkam mangsa tapi malah terlihat seperti bayi Singa.

"Oh My God! jangan memancingku, dasar bodoh." Ujarnya beranjak tapi aku menahan tangannya dan membuat ia duduk kembali.

"Kau yang membuat saya jadi umpan dari atasanmu itu" kataku tak kalah.

Ia kembali diam, menatap lurus ke depan dengan napas yang memburu. Aku tahu ia sedang menahan emosi, rada kasihan tapi lebih baik seperti ini agar bisa bicara dengannya.

SEANNA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang