Chapter 2 - Mr.Russel

241 166 72
                                    


••
•••

Happy Reading

****

"Kau bermimpi buruk lagi, Mark?"

Mark menoleh pada sumber suara, wanita parubaya berkacamata lengkap dengan Jas Dokter miliknya. Dokter Psikiater yang telah merawatnya selama Empat tahun belakangan, Mrs. Diana panggilan Mark padanya. Hanya dengan begini Mark akan sedikit tenang jika pengobatan, pencegahan terhadap emosi dan kejiwaannya di tangani oleh Mrs. Diana.

Mark mengangguk. "Saya memimpikannya lagi"Kata Mark pelan.

"Apa kau masih meminum obat yang kuberikan?" Tanya Diana.

Mark diam menatap Diana. "Akhir-akhir ini saya berhenti meminumnya. Karena saya pikir sudah cukup membaik" Jawabnya.

"Seharusnya kau harus meminumnya, penyakit seperti ini sangat sulit sembuh jika kau keras kepala" Ujar Diana lembut.

Mark hanya mengangguk mengerti. Ia harusnya cukup berterima kasih pada Diana yang selalu sabar menanganinya. Ia selalu mengabaikan hal baik yang diberikan oleh Diana, itu sangat salah. Keluarganya sangat menginginkan kesembuhan dirinya, terutama Ayah dan Ibunya. Ia tahu Orang tuanya tidak akan senang mendengar kesalahan yang dilakukan Mark.

Mark Anak satu-satunya dalam keluarga Russel, dan penerus Russel Company. Ayahnya Mr. Jordan berharap banyak tentang itu, termasuk Ibunya. Mark juga ingin menjadi orang besar dan sukses di masa depan, ia cukup lega ketika Ayahnya mengangkatnya sebagai CEO di perusahaan mereka, itu telah menjadi tanggung jawabnya dan ia tidak ingin mengecewakan orang tuanya.

"Baiklah, sekarang katakan apa yang sedang kau rasakan selama beberapa hari" Ucap Diana.

Mark terkesiap. "Saya sangat gelisah ketika mimpi itu kembali lagi, kadang sangat nyata, sehingga saya tidak bisa membedakannya"

"Apa sejauh ini ada yang sakit?" Tanyanya memastikan, Mark hanya menggeleng. Diana tetap fokus pada selembar kertas dan sebuah pulpen. Ia sedang mencatat hasil test psikologis Mark sendiri.

"Kurasa sudah cukup untuk hari ini, secepatnya aku akan mengirimkanmu obat lagi," Diana beranjak meninggalkan kamar Mark.

Mark mengela napasnya, suara ketukan pintu menyadarkannya. Itu Ibunya Mrs. Daisy dan Sekretarisnya Ansel. Daisy tersenyum padanya, memeluk lalu membelai rambut Coklat terangnya.

"Apa yang di katakan Mrs. Diana. Apa kau baik-baik saja?" Tanya Daisy khawatir, Mark mengelus punggung tangan Daisy untuk menenangkan.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, aku baik-baik saja. Hanya perlu istirahat," Jawabnya.

"Apa perlu aku menyuruh Ayahmu untuk mencutikanmu selama beberapa hari" Kata Daisy Cemas.

Mark tersenyum manis, menunjukkan lesung pipinya.

"Tidak perlu, aku hanya perlu istirahat untuk hari ini. Lagi pula masih banyak pekerjaan yang harus kulakukan besok" Ucap Mark tenang.

"Ada Ansel yang bisa mengurus semua pekerjaan itu. Apa gunanya dia?" Daisy mulai mengoceh.

Mark diam tanpa ekspresi sama sekali. Ia tahu Ibunya sangat mengkhawatirkan dirinya, Ibunya akan sangat sensitif jika Mark sakit, Mark tahu itu! Maka dari itulah ia tidak ingin Ibunya terlalu memikirkannya, ia sudah dewasa. Bukan Anak kecil yang harus di perlakukan seperti itu, ia sudah bisa menentukan apa yang harus ia lakukan dan apa yang harus ia buat ke depannya.

SEANNA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang