Afeksi 18+ | END

26. Malu

no vote. no komen. no lanjut.

aku akan sangat menghargai kalau kalian berkomentar tentang cerita ini, bukan cuma komen 'NEXT' atau 'LANJUT' aja

.

.

.

.

"Chacha, Cha..." Hanan menepuk pipi Chacha pelan. Berusaha membangunkan gadis itu.

"Chacha bangun. Udah jam setengah 7..." kata Hanan.

Chacha yang masih memejamkan mata menggeleng. Gadis itu malah menarik selimut sampai menutupi kepalanya.

Hanan yang melihatnya menggeleng pelan. Pemuda itu kembali berusaha membangunkan Chacha.

"Cha, bangun dong. Nanti kita telat ke kantor..." kata pemuda itu.

"Gue gamau ke kantor." sahut Chacha.

Hanan mengernyitkan kening bingung. "Kenapa?"

Chacha membuka selimut, memperlihatkan kepalanya. "Gue malu Bi. Malu." kata gadis itu.

Hanan yang mendengarnya langsung tertawa.

Chacha yang sebal langsung mengubah posisinya menjadi duduk dan menatap Hanan kesal. "Ih kok lo malah ketawa sih? Nyebelin banget."

Hanan menghentikan tawanya dan menatap Chacha. "Ya lagian lo pake sok malu segala.."

Chacha menyilangkan tangan didepan dada. "Gue malu beneran Bi, gue gak mau ketemu sama Mbak Ria.."

Hanan terkekeh pelan. "Makanya besok-besok jangan asal pangku, mana pake nyium-nyium lagi.."

Chacha mengerutkan kening sebal. "Ya kan gue gatau kalo lo lagi meeting. Salah lo sih, gak ngasih tau gue."

"Salah gue mulu,"

Chacha berdecak, gadis itu kembali berbaring dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Eh kok malah tidur lagi? Udah jam segini Cha," kata Hanan.

"Dibilangin gue malu. Gue gak mau ke kantor." sahut Chacha.

"Chacha, lo itu sekretaris gue. Harus profesional. Gak boleh bolos dong," kata Hanan.

"Bodo amat."

"Ayo bangun, lo harus ke kantor."

"Gak mau Bi~"

Hanan menghela nafas. Pemuda itu menarik paksa selimut yang Chacha gunakan.

"Biiii!"

Hanan menarik nafas dan langsung mengangkat tubuh Chacha. Membawanya kedalam kamar mandi. "Cepetan mandi. Abis itu turun ke bawah, sarapan."

"Gamau Bi, gue malu pergi ke kantor." kata Chacha sambil menggeleng.