Sebelas...

1.2K 139 15
                                    

Jimin tersenyum miris mendengar perkataan Ryuna.

"Iya aku tahu... aku memang bodoh dan aku salah... tidak apa kau tidak mau memaafkanku... tapi satu hal yang perlu kau ingat...." Jimin menggantungkan kalimatnya sambil melangkah mendekati Ryuna.

Ia menarik tengkuk Ryuna lalu mencium wanitanya tersebut. Ryuna sendiri membuka matanya lebar sambil berusaha mendorong dada Jimin menjauh.

Tapi Jimin justru mencengkram tangan Ryuna dengan kencang hingga wanita itu tak sanggup lagi memberikan perlawanan.

Jimin mencium dan melumat lembut bibir Ryuna hanya beberapa menit saja lamanya lalu melepasnya.

"Satu hal yang perlu kau ingat... aku tidak menyerah sampai kau kembali padaku." ujar Jimin lalu melepas cengkramannya dan pergi.

Ryuna duduk sambil terisak di atas sofa. Tepat saat Jimin pergi dengan mobilnya, Seokjin datang dan sempat melihat Jimin.

#CKLEK!

Seokjin masuk ke dalam rumah dan melihat adiknya sedang menangis. Ia langsung melempar tas selempangnya lalu mendekati adiknya itu.

"Kau menangis karena Jimin?" tanya Seokjin.

"Hiks... oppa..." Ryuna pun memeluk Seokjin dengan sangat erat.

******

Keesokkan harinya, Ryuna sebisa mungkin menyiapkan bekal makan siang untuk Seokjin setelah tahu sang kakak bekerja dimana.

Dengan susah payah ia memotong sayuran dengan tangan kirinya. Walau susah, namun tekatnya cukup besar untuk membahagiakan Seokjin meski hanya berupa bekal makan siang.

Saat Seokjin turun, terlihat Ryuna sedang meletakan beberapa tepak ke dalam tas bekal.

"Kau sedang apa?" tanya Seokjin.

Ryuna tersenyum kecil lalu berlari ke arah sang kakak lantas memberikan tas bekal tersebut.

"Menyiapkan makan siang untukmu... tapi... jangan tertawa melihat potongan sayurnya uhm? aku memotongnya susah payah dengan tangan kiriku..." ucap Ryuna lalu menunduk malu.

Seokjin tertawa lalu mengusap gemas kepala adiknya itu.

"Tapi kujamin rasanya enak." sambung Ryuna lagi.

"Iya aku tahu... terima kasih..." ucap Seokjin dan ia pun pergi menuju kantor milik keluarga Jeon.

Saat Seokjin di kantor ia langsung di cegat oleh ajudan Jungkook.

"Tuan Muda Jungkook ingin menemuimu." ujar ajudan tersebut.

Seokjin hanya menurut dan mengikuti di belakang dua ajudan tersebut. Tak lama mereka sampai di ruang kerja Jungkook. Terlihat Jungkook sedang duduk santai sambil menaikan kedua kakinya lurus di atas meja.

"Selamat pagi Kim Seokjin hyung." sapa Jungkook.

Seokjin pun masuk ke dalam ruangan dan betapa terkejutnya ia melihat Jungkook. Ia ingat perkataan Ryuna jika Jungkook lah salah satu pelaku yang melecehkan adiknya tersebut.

Mau tak mau ia membungkukan tubuhnya. Walau ia lebih tua, bagaimana pun sekarang Jungkook adalah atasannya.

Jungkook membolak balik kertas lamaran Seokjin dan melihat nilai-nilai di masa sekolah Seokjin cukup baik.

THE ART OF LOVE (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang