Ryuna menepis tangan Hoseok.
"Hiks... aku tidak butuh belas kasihanmu." ucap Ryuna ketus.Ryuna bangkit berdiri sambil berpegangan pada pintu loker di sebelahnya. Ia tidak mempedulikan Hoseok yang masih memperhatikannya.
Ryuna hanya fokus untuk merapikan semua barang-barangnya untuk di bawa kembali ke rumah. Sudah tidak ada gunanya juga terlalu berlama-lama di sekolah.
Tempat yang menurutnya paling mengerikan sepanjang hidupnya. Dimana ia bukan mendapat teman atau beasiswa, justru Ryuna di permalukan dengan sangat tidak manusiawi oleh teman sekelasnya sendiri.
Tak peduli dengan kondisinya yang menyedihkan, Ryuna pun pulang ke rumah menggunakan taksi. Paman supir taksi tertegun melihat kondisi Ryuna saat itu.
"Nona maaf... kau kenapa?" tanya supir taksi tersebut.
Ryuna hanya terisak lalu menggelengkan kepalanya sebagai jawaban sang supir taksi.
"Putriku juga pernah mengalami masa-masa sulit sepertimu di sekolah... dia di hina hanya karena ayahnya seorang supir taksi sepertiku." ujarnya.
Ryuna perlahan menatap supir taksi yang masih fokus mengendarai mobilnya dengan santai, tidak terburu-buru.
"Ia sempat ingin mengakhiri hidupnya, tapi sebagai ayah aku tidak membiarkan itu terjadi... semua masa sulitmu akan terbayar dengan indah suatu saat nanti... dan apa kau tahu, sekarang putriku bisa menjadi orang yang lebih baik."
"Hiks.... beruntung karena putrimu masih mempunyai ayah yang baik seperti paman..." ucap Ryuna lirih lalu kembali menundukan kepalanya.
"Tidak... Tuhan selalu memberikan orang-orang yang baik diantara orang-orang yang jahat... semua terlihat sama di depan tapi tidak dalam hati mereka." ucap paman itu lagi.
Ryuna tertegun lagi saat ucapan supir taksi tersebut membuatnya teringat perilaku-perilaku hangat dari Seokjin, Hoseok dan terakhir Jimin.
Kini ia semakin menangis mengingat sekarang Jimin begitu membencinya. Bahkan kata-kata Jimin tadi, mungkin tak pernah terlupakan oleh Ryuna.
"Iya... aku jalang... aku memang jalang." batin Ryuna.
Tak lama, taksi yang mengantarkan Ryuna pun sampai. Sang supir enggan menerima uang dari Ryuna dan suka rela membantu Ryuna mengantarnya ke rumah.
#CKLEK!
Ryuna membuka pintu dan sudah ada Seokjin sedang duduk di ruang tengah dengan wajah dingin.
"Op-oppa..." ucap Ryuna lirih sebenarnya ia takut jika Seokjin menanyakan keadaannya.
Seokjin bangkit berdiri lalu tiba-tiba..
#PLAK!
Ia menampar keras Ryuna hingga wanita tersebut jatuh tersungkur.
"Apa-apaan kau ini?! KAU INGIN MEMPERMALUKANKU HUH?! TIDAK TAHU DIRI!" Bentak Seokjin.
Ryuna pun merangkak lalu memeluk kaki Seokjin.
"Hiks... dengarkan aku... dengarkan penjelasanku dulu.""Kalau begitu jelaskan." ucap Seokjin dingin.
Ryuna berlutut sambil menatap memohon kepada Seokjin.
"Aku di jebak dan di lecehkan... aku di ancam... hiks... aku tidak pernah meminta Jimin dekat denganku lagi... hiks.""Siapa yang berani melakukan itu padamu?"
Ryuna menunduk dan diam. Dia tidak berani mengungkapkan siapa pelakunya karena ancaman tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ART OF LOVE (PJM)
Fiksi PenggemarCinta, marah, kecewa... Perasaan yang tidak semua orang bisa ungkapkan. Sama hal seperti gadis SMA bernama Kim Ryuna. Gadis yang tumbuh dikeluarga sederhana namun diberi bakat menggambar yang luar biasa. Hidupnya yang penuh warna berubah gelap setel...