Bagian 1 - In the dark night

741 79 0
                                    

– Di Kegelapan Malam –

<Selamat Membaca>

"Konon katanya ... kegelapan yang tercipta secara alami pada malam hari, bagaikan lubang hitam yang menelan korbannya hidup-hidup"

== $ ==

{Ansan, South Korea ; Oktober, 2019}

[11:11 pm kst..]

Kegelapan malam menyelimuti, membungkus daerah itu dengan bayangan kabut hitam tak kasat mata. Trotoar jalanan yang biasanya ramai akan pejalan kaki, kini sepi, toko-toko, gedung-gedung apartemen, dan bagunan di sekitarnya tampak seperti tak berpenghuni. Semua bangunan terasa kosong, lampu-lampu dipadamkan, dan hanya menyisakan beberapa lampu penerang jalan dengan pencahayaan minim. Daerah itu seakan seperti kota mati, dengan semua penduduknya yang hilang ditelan kegelapan.

Semilir angin malam yang dingin, menerbangkan rambut panjang terurai milik seorang wanita bermarga Kang berusia dua puluan tahunan yang tanpa takut berjalan di jalanan sepi, Kang Seulgi. Entah apa yang dia lakukan, hingga membuatnya harus kembali di tengah kegelapan malam yang hampir menguasai daerah itu. Seulgi tampak kebingungan, dia terus menatap lurus ponsel miliknya. Di bawah cahaya lampu penerang yang tiba-tiba hidup dan mati seperti di serial horor. Hawa kegelapan mulai mendominasi, suara gonggongan anjing yang diiringi gemericit burung gagak, nyaris merubah atmosfer kala itu seperti pada serial horor.

"Sial, kenapa tidak bisa." Gumamnya, ekspresinya perlahan berubah saat menyadari hanya dirinya seorang diri di tempat itu. Kesialan menghujaninya bertubi-tubi saat aplikasi taxi onlinenya tidak dapat digunakan, sebab sedang mengalami trouble jaringan. Dia tidak bisa berbuat banyak, kesialan memang berpihak padanya, kini, ponselnya mati kehabisan daya. Karenanya kemudian, Seulgi mulai melihat kesekilingnya, sial, batinnya.

Desiran angin yang membawa hawa dingin memberikan efek berupa perasaan aneh yang mengusiknya jika dia tetap bertahan di tempat ini, Seulgi kemudian semakin panik, saat dia merasa seseorang mengawasinya dari kejauhan, entah itu manusia, atau bukan. Jantunya berdegup tak karuan, tak ingin mati saat itu juga, dia perlahan melangkahkan kakinya menyusuri jalanan sepi itu. Dia hanya mengikuti kemana kakinya itu membawa dia pergi. Dia berusaha tetap tenang, meski dia juga merasa bahwa sesosok tadi masih membuntutinya. Semakin jauh langkah kakinya membawanya semakin memicu perasaan was-was dan pikiran-pikiran negatif yang memenuhi kepalanya.

== $ ==

Lahkahnya kemudian berhenti, sorot matanya menangkap bayangan beberapa orang yang tampak masih berlalu lalang tak cukup jauh dari tempatnya berdiri, Seulgi tampak lega, dia sempat tersenyum lega, sampai akhirnya sorot matanya secara acak melihat sebuah mobil hitam yang terparkir misterius di sudut jalan. Tiba-tiba rasa penasaran mendominasi, dia mengurungkan niatnya untuk berlari ke zona aman, dan berbalik mendekati mobil tersebut. Mobil itu ... mobil yang tak asing baginya.

Langkah Seulgi semakin dekat dengan keberadaan mobil tersebut, sampai ... rasa penasarannya sirna, dan berubah menjadi perasaan takut, saat seseorang pria tiba-tiba terjatuh dan mendarat di atas mobil hitam tersebut. Dia membeku, kaki dan tangannya gemetar mendapati seseorang terkapar di depan matanya bersimbah darah di sekujur tubuhnya. Dengan luka yang begitu parah di kepala, dada, dan kaki seperti sudah disiksa lebih dulu sebelum dilempar dari atas gedung lantai dua itu.

Seperti tak percaya dengan apa yang barusan terjadi di depan matanya, dia sempat kehilangan akal sehatnya. Dia tertegun, kemudian saat mendongak melihat ke atas, kedua matanya membulat, jantungnya seakan berhenti berdetak, aliran darahnya seakan terhenti, di balkon gedung lantai dua itu ... dia menangkap bayangan seorang pria misterius yang hanya menatapnya tajam tanpa ekspresi.

Kedua kakinya gemetar, seperti akan lumpuh. Otaknya menjadi tumpul seketika, disaat dia akan lari meminta bantuan pada orang-orang yang sempat dilihatnya tadi, namun, orang-orang tersebut seakan lenyap seketika ditelan kegelapan. Dia seorang diri di tengah kegelapan malam, bersama pembunuh, dan seonggok mayat dihadapannya. Mendadak dia ketakutan terhadap fakta tersebut, kemudian dia melangkah mundur, tubuhnya tak berhenti gemetaran, saat punggungnya menabrak sesuatu di belakangnya. Dirinya membeku, perlahan, dia melihat kembali balkon lantai dua gedung itu, dia membeku saat beradu tatap dengan pria tersebut. Lalu, siapa yang berada di belakangku?, Batinnya.

Dia kemudian perlahan melihat siapa yang ada dibelakangnya. Sampai sebilah pisau menghentikan gerakannya, tenggorokannya tidak aman saat ini, sebuah tangan dengan sarung tangan hitam mengarahkan pisau tersebut tepat di lehernya. Tentu saja, untuk menggoroknya.

---

Next↓

Silahkan jangan lupa berikan vote dan komentar bila perlu, terima kasih banyak<3

[FF-1] Flower Of Blood(Proses Revisi, banyak bagian yang dirubah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang