Bagian 21 - Daydream

238 57 9
                                    

!Terdapat perkataan kasar atau tidak pantas,pembaca dimohon bijak.

Daydream

TAHAP REVISI PER SEMUA BAGIAN CERITA INI ... HARAP DI MAKLUMI, TERIMA KASIH ^.^

---

Kota Ansan kini sedang diterpa badai salju yang hampir menutupi seluruh penjuru kota. Hanya warna putih yang tampak oleh mata saat ini, dengan udara dingin yang dibawa oleh angin dari pagi hingga malam.

Tak terasa sudah lebih dari dua pekan lamanya berpisah dari petaka!

Namun, mengapa masih terasa sangat sesak, bahkan bernafas pun seakan tak bisa.

Tangan pucat itu meremas ujung baju hangat yang ia kenakan. Tatapan kosong dari kedua mata sipit itu terfokus pada pemandangan putih dibalik jendela restoran cepat saji itu. Secangkir teh yang sudah dia pesan sejak tadi kini dibiarkan utuh tanpa ingin disentuhnya, entah kemana jalan pikirannya saat ini, dia hanya terus menatap lurus jendela di depannya.

"Teh milikmu bisa dingin jika kau biarkan begitu saja! Udara dingin bisa saja membunuhmu secara perlahan jika kau tak menghangatkan tubuhmu, nona!" Ucap seorang pria paruh baya yang duduk di samping tempatnya.

Seulgi hanya mengangguk pelan, mengiyakan perkataan pria paruh baya tersebut. Meski ... dia sedikit tertegun dengan perkataan yang seakan memberi sebuah isyarat,

bahwa hidupnya memang akan berakhir dengan perlahan-lahan.

Tak ingin membuang-buang waktu hanya untuk memikirkan hal bodoh, Seulgi memilih bangkit dari zona nyaman yang tanpa sengaja ia ciptakan secara tiba-tiba,

karena memikirkan DIA!

°•

Kedua tangan pucat itu saling sibuk dengan kantung barang belanjaan yang dibelinya barusan. Seulgi dan Ibunya memutuskan untuk pindah ke tempat lain, demi keselamatan hidupnya.

Sebab, dia selalu dihantui perasaan was-was akan DIA!

Seulgi terus berjalan dan berjalan tanpa memerhatikan sekelilingnya, dia bahkan tak memperdulikan bisikan-bisikan bodoh yang mengacaukan isi kepalanya.

"Mungkin, dengan begini hidupku dan Ibuku akan baik-baik saja!" Gumamnya pelan.

BRAK!

Seulgi menoleh ke sumber suara yang mengingatkannya pada kejadian satu bulan yang lalu. Kali ini dia tak sedikitpun beranjak dari tempatnya hanya untuk sekedar memeriksa.

Dia ... tak ingin kejadian itu terulang kembali.

Dia memalingkan wajahnya kembali menatap lurus ke depan,
lalu melanjutkan langkahnya meninggalkan tempat itu. Langkah kaki yang awalnya pelan tak bersemangat,kini berubah menjadi cepat dan penuh semangat, langkah itu saling berpacu dengan waktu,dan detak jantungnya yang sudah tak beraturan.

Dia takut,

jika bertemu kembali dengan Oh sehun!

Seulgi berhenti sejenak di tiang listrik di dekat rumahnya, dia mengatur nafasnya yang sudah acak. Kedua matanya menatap rumahnya yang tak jauh dari tempatnya kini berdiri, suasana putih bersalju tampak di sekeliling tempat itu.

[FF-1] Flower Of Blood(Proses Revisi, banyak bagian yang dirubah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang