Bagian 7 - Suddenly

337 60 5
                                    

– Tiba-Tiba –

<Selamat Membaca>

[Ansan, Oktober 2019]

Hari telah berganti, namun, ingatan tentang kejadian kemarin malam, masih membekas, seakan terpatri di dalam hati selamanya. Seulgi tertegun, ingatan itu terus menerornya tanpa henti, memberondongnya dengan ratusan paku berkarat yang menancap sampai ke ulu hati. Karena itu, dia sama sekali tak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya, tak jarang dia akan menerima omelan dari para pelanggan dan juga atasannya.

Kejadian kemarin malam, cukup mengguncangkan seluruh raga dan jiwanya. Andai saja, dia bisa memilih, dia akan memilih untuk menghapus semua kesialan yang menimpa dirinya. Segalanya terasa berat baginya, dengan tatapan kosong, dia membersihkan meja-meja cafe tanpa menyadari bahwa dia sama sekali, tidak membersihkan apapun sedari tadi. Dia hanya ... menggosok-gosokkan kain lap ke kanan lalu ke kiri, dan terus melakukan itu secara berulang-ulang.

Park Sooyoung, yang memperhatikan itu, kemudian menghampiri Seulgi sambil berkata, "Eonnie ... ada apa?"

Dia tersentak, suara itu membuyarkan semua lamunan panjang yang memberatkan jiwa raganya. Seulgi tersenyum canggung, kemudian mulai tersadar tentang perbuatannya yang sia-sia, dia lalu kembali melanjutkan pekerjaannya dengan bersungguh-sungguh.

Setelah selesai, Seulgi memanfaatkan kondisi cafe yang masih sepi untuk pergi berjalan sebentar ke luar, untuk mencari udara segar, tanpa sepengetahuan Sooyoung yang saat itu sedang membereskan dapur.

Sekitar sepuluh menit semenjak kepergian Seulgi, tak lama seorang pria dengan jas formal tampak berdiri di luar cafe, sembari memperhatikan segalanya, bahkan debu halus tak terlihat sekalipun. Sunyi, batinnya, dia lalu tersenyum miring, langkahnya kemudian memaksanya untuk memasuki cafe tersebut, saat dia membuka pintu, lonceng yang diletakkan di atas pintu, sebagai tanda seorang pelanggan datang mengeluarkan bunyi gemerincing.

Pria itu mendongak ke atas, melihat benda gemerincing yang bergoyang-goyang di atas kepalanya.

"Tunggu sebentar ...."

Dia menoleh ke sumber suara yang sepertinya berasal dari arah dapur, dia sempat kecewa, sebab itu bukan suara seseorang yang dia cari. Saat dia hendak beranjak dari sana, Sooyoung lebih dulu memanggil nya, langkahnya berhenti, dia lalu berjalan menghampiri tempat pemesanan.

Dengan tersenyum pria itu seraya berkata dengan lembut, "Kang Seulgi-ssi bekerja di sini, benar?"

Sooyoung memperhatikan penampilan pria di hadapan nya dengan seksama, dia menatapnya serius, dalam hati, dia bertanya-tanya siapa pria yang tampak lebih tua darinya di depannya ini, dilihat dari pakaiannya yang mengenakan jas formal sepertinya dia dari agen asuransi, atau mungkinkah seorang pengacara, lalu mengapa dia mencari Seulgi, apa mungkin, dia berhutang sesuatu pada pria ini.

Dengan datar dia berkata, "Ah, eonnie ...."

Matanya kemudian mulai mencari-cari keberadaan Seulgi yang tadi berada di dekat jendela, beberapa menit lalu, dan sekarang, kemana dia. Melihat pegawai di depannya yang tampak kebingungan, pria itu mengikuti sorot mata nya.

"Oh, di mana dia, haruskah ... aku menghubungi nya saja, tuan?"

Pria tersebut tersenyum miring, dia hanya akan membuang-buang waktu jika tetap berada di sini, tanpa menjawab pertanyaan Sooyoung, dia berbalik, melangkahkan kakinya ke luar cafe. Sooyoung mengerutkan keningnya, dia mengumpat pada pria di depannya yang tampak seperti penagih utang itu.

Dia lalu meraih ponselnya di saku, dan menghubungi Seulgi, namun, sialnya, sunbae nya itu dengan cerobohnya selalu meninggalkan ponselnya di saat genting seperti ini. Sialan, batinnya.

== $ ==

Diantara hiruk pikuk kota yang ramai akan kendaraan serta orang-orang yang berlalu-lalang, kepulan asap rokok terbang di udara tertiup angin malam. Sudah lama Seulgi berhenti merokok, dia hanya akan merokok apabila pikiran dan perasaanya terganggu, seperti sekarang. Langkahnya yang pelan membawanya terus berjalan menyusuri trotoar jalan, hingga membawanya ke sebuah toserba tak jauh dari tempat dia bekerja. Tangan kirinya tampak menenteng sebuah kantung plastik hitam, berisikan minuman kaleng serta beberapa cemilan yang dia beli untuk disantap bersama rekan kerjanya.

Trotoar yang cukup ramai akan manusia itu, sedikit membuat Seulgi tenang, pikirnya, jika di tengah keramaian, dia tidak akan tertangkap oleh 'nya'. Langkah kakinya membawa nya berjalan kembali ke tempat dia kerja, sial, dia melupakan ponselnya, entah apa yang akan dia katakan pada Sooyoung nanti.

Rokok tersebut dihisap nya hingga kepulan asap putih keluar dari mulutnya saat dihembuskan ke luar. Di tengah keramaian yang tidak biasanya, sebuah bahu kekar seseorang menabrak dirinya, hingga rokok yang dia letakkan di antara sela jari tengah dan telunjuknya terjatuh.

"Sialan, perhatikan lang—"

Seperti dejavu, Seulgi merasa ... seperti pernah mengalami kejadian ini, tetepi dia tak bisa mengingat nya dengan jelas, dia menatap ke bawah lama, kilasan ingatan samar seperti sengatan listrik dari dalam dirinya. Ditengah dirinya yang tertegun, sepasang kaki berbalut sepatu hitam berdiri diam di depannya, lalu dia merasa pergelangan tangannya seperti akan putus, saat sebuah tangan mencengkramnya kuat-kuat.

Pemilik tangan tersebut mendekatkan bibirnya pada telinga Seulgi sambil berbisik, "Ketemu!"

Good damn it! Seulgi tersentak, seluruh tubuhnya terasa merinding seperti melihat hantu, dia bisa mencium aroma parfum yang sama, sama seperti aroma kemarin malam dari orang yang sama.

Seulgi mendongak, perlahan dia menoleh ke samping, saat mata mereka saling bertemu, di tengah ramai nya tempat itu, waktu terasa berhenti berputar, seakan ada kabut hitam yang menutupi tempat itu. Atmosfer tempat itu juga seketika berubah, menjadi gelap serta mencekam.

"Oh- Oh Seh—"

"Huusstt." Pria itu menempelkan jari tengahnya di depan bibir Seulgi.

Pria kejam itu lalu menarik pergelangan tangan Seulgi dan membawa nya bersama dirinya menerobos kerumunan keramaian yang terasa menyesakkan paru-paru. Seulgi berontak sejadi-jadinya saat itu, akan tetapi pria itu semakin mencengkram nya dekat kuat, dan tak berniat untuk membiarkan dirinya kabur.

Dihempaskan nya tubuh ramping Seulgi masuk kedalam mobil hitam pekat yang terasa tak asing dimata Seulgi. Tak tanggung-tanggung dia juga membanting pintu mobilnya dengan keras, sehingga membuat orang-orang menoleh kearah mereka berdua tetapi hanya sesaat, yang kemudian mereka kembali melanjutkan aktivitas mereka masing-masing.

Tanpa basa-basi, pria itu menampar wajah buronannya yang sedari tadi berisik, berteriak, meminta pertolongan, yang membuat nya benar-benar kehilangan kesabarannya. Setelah perseteruan sengit itu, dia membawa buronanya pergi bersamanya, ke suatu tempat yang hanya mereka berdua yang tau.

Beberapa menit berlalu, mobil hitam itu berhenti di depan sebuah tempat yang hanya mereka berdua yang tau. Seulgi mengerutkan keningnya, dia menatap pria di sampingnya yang tiba-tiba tertawa cekikikan, membuat merinding di sekujur tubuh.

"Kenapa kau membawa ku ke sini?"

Pria itu berhenti tertawa, dia menggerakkan tangannya ke arah Seulgi, tak lupa pria itu akan tersenyum sembari menyelipkan helai rambut Seulgi ke telinga. Dengan ekspresi datar, dia berkata,

"Pergilah, dan buat kesaksian palsu, maka ... drama ini akan berakhir dengan akhir yang bahagia."

Seulgi marah, dia tak terima, bagaimana bisa sebuah kejahatan dijadikan permainan anak-anak seperti ini, apakah dia bercanda, batinnya.

---

Next↓

Silahkan jangan lupa berikan vote dan komentar bila perlu, terima kasih banyak<3

[FF-1] Flower Of Blood(Proses Revisi, banyak bagian yang dirubah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang