Warning : disturbing content !!!
Mengandung gambar yang membuat anda merasa tidak nyamanYumiko meletakan kepalanya diatas meja kantornya, matanya masih sembab memerah. Semalaman dia menangis, dia tidak menyangka Habu tega memperlakukannya seperti itu. Bahkan paginya dia tak bisa menyembunyikan air matanya didepan anaknya, Yumiko tak ingin kelihatan sedih didepan Hikari. Ditempat kerjapun dia terpaksa lari ke toilet dan menangis disana. Hatinya benar-benar hancur. Ozeki mendatanginya dan dengan seenaknya duduk diatas mejanya
"Hey Yumiko, hari yang indah bukan. Kita tak perlu repot-repot mengidentifikasi jenazah yang terbakar kemarin", sapa Ozeki sembari merapikan kumis tipisnya
"Hm", gumam Yumiko pelan, dia menyembunyikan wajahnya
"Saat aku pulang kerja, istriku bilang bau ku seperti yakiniku, padahal aku pakai APD lengkap", Ozeki tertawa keras
"Yeah", gumam Yumiko
Pintu terbuka dan masuklah Hirate, dia menatap sekitar kantor
"Ada apa, Pak Kepala Penyidik ?", tanya Takemoto
"Boleh aku meminta beberapa orang untuk ke lokasi? Ada mayat yang ditemukan membusuk didalam rumahnya"
"Aku! Aku! Aku ikut ke TKP !", hampir semua tim forensik angkat tangan
"Aku saja !"
"Giliranku !"
"Ayolah, Marina... kau sudah sering ke TKP, aku juga ingin investigasi di lapangan"
"Aku capek berada di ruang autopsi terus"
"Aku tidak tahan bau mayat busuk, aku bisa pingsan"
Yumiko tidak heran teman-temannya jadi bar-bar seperti ini kalau kasusnya adalah jenazah yang sudah ditemukan membusuk. Dia paham baunya benar-benar sangat menusuk, mereka bahkan harus melapisi maskernya. Apalagi ruang autopsi yang sangat rapat dan pengap, bahkan ada rekan kerjanya sampai pingsan karena maskernya terlalu tebal, belum lagi pakaian lab mereka yang berlapis-lapis. Panas, pengap, pakaian tebal, masker berlapis, serta bau mayat busuk. Karena semua anggota berebut ingin ke TKP, akhirnya dr. Yonetani yang memutuskan
"Sekarang gantian saja. Kemarin kan sudah Ozeki dan Matsuda. Sekarang yang ikut menyisir lokasi ; Inoue, Takemoto, Tamura... dan Seki-san, maukah kau melakukan autopsi lagi ?"
"Eh? Saya lagi ?", tanya Yumiko
"Soalnya anak koas butuh pendamping agar mereka bisa belajar, kau ingat kau adalah konsulen mereka. Mungkin kalau selesai koas, kau bisa ikut investigasi di TKP", ujar dr. Yonetani
"Baiklah", gumam Yumiko pelan
Sementara menunggu rekan-rekan kerjanya mengevakuasi jenazah yang membusuk itu, Yumiko lebih memilih pergi berkeliling koridor rumah sakit. Dilihatnya para dokter, perawat, pengunjung dan pasien yang lalu lalang. Dia mengingat jaman kuliah dulu, betapa dia ingin sekali menjadi dokter. Dia belum pernah kepikiran untuk terjun ke dunia forensik yang berkaitan dengan hukum. Awal tujuannya adalah ingin menjadi dokter bedah, entah kenapa tiba-tiba dia tertarik masuk ke spesialis forensik. Baginya forensik lebih santai karena tidak setiap hari ada orang mati yang ditangani, beda dengan dokter bedah yang sangat sibuk. Dia tak bisa membayangkan bagaimana keadaan rumah tangganya dengan Habu, kalau seandainya profesinya adalah dokter bedah. Yumiko mengambil beberapa seragam lab dan membagikannya kepada anak-anak koas
"Ini pakai ini, lapisi masker kalian. Baunya akan benar-benar sangat menusuk, aku juga punya beberapa kantong kopi drip bag untuk meminimalisir baunya", Yumiko memberi mereka beberapa bungkus filter berisi kopi bubuk
KAMU SEDANG MEMBACA
Corpus Veritas
Science FictionSeki Yumiko adalah seorang wanita yang selalu sibuk dengan pekerjaannya, disisi lain dia juga harus menghadapi konflik rumah tangganya