16. Patogenic

121 12 0
                                    







Empat belas tahun berlalu, Yumiko tidak menyangka waktu cepat sekali berlalu. Dia bahkan tidak sadar kedua anaknya sudah remaja. Rei berada di jenjang SMP, dan Hikari SMA. Berbagai hal dan rintangan keluarga ini lalui, Habu sudah menjadi atasan di perusahaan alhasil dirinya lebih sibuk dari biasanya. Mungkin Yumiko sudah tak perlu repot lagi mengurusi pekerjaan rumah, karena kedua anaknya sudah besar. Mereka bisa melakukan pekerjaannya sendiri, tapi tidak dengan anak bungsu mereka...

Yumiko berjalan dengan cepat melalui koridor sekolah dan berhenti didepan ruang kepala sekolah. Pelan dia mengetuk pintunya, Kepala Sekolah mempersilakan dia masuk. Dia tidak sendirian, ada Rei duduk di sofa sambil menyilangkan tangan, wajahnya murung, dia bahkan lebih memilih menatap keluar jendela daripada harus bertemu pandang dengan ibunya




"Sumimasen", Yumiko menunduk

"Silakan duduk, Seki-san", Pak Kepsek mempersilakan duduk

"Terimakasih. Umm... apa ada sesuatu dengan putri saya ?", Yumiko mengerling Rei dan kembali menatap Pak Kepsek

"Oh ya, Seki-san. Saya ingin memberitahu sesuatu, putri anda baru saja terlibat pelanggaran di area sekolah"

"A-apa yang dia lakukan ?"

"Aksi kekerasan, dia terlibat tawuran dengan sekolah lain. Dan bukan cuma sekali ini saja, beberapa minggu yang lalu dia memukuli guru kami, dan merokok di area sekolah, serta membolos bersama teman-temannya-", jelas Pak Kepsek

"Itu karena si Tokuyama sialan itu suka melecehkan teman-temanku", potong Rei gusar

"Nak, jangan berbicara seperti itu", bisik Yumiko

"Aku tidak salah kok! Dia pantas mendapat pukulan-"

"Nak !", desis Yumiko melototi anaknya, Rei berdecak kesal

"Seki-san, kami terpaksa memberikan skors 1 bulan untuk anak anda sebagai bentuk hukuman", ujar Pak Kepsek, Yumiko mengangguk pelan dan tertunduk sedih

"Apa yang kau tahu, Pak tua !", hardik Rei ke kepala sekolah sembari berdiri

"Rei! Jangan berbicara seperti itu didepan kepala sekolah! Cepat minta maaf !", Yumiko tegas memperingatkannya

"Aku benci orang dewasa !", desis Rei menatap benci mereka, sambil menghambur pergi keluar, Yumiko terbelalak

"Mohon dimaafkan perilaku putri saya, saya benar-benar mohon maaf", Yumiko cepat-cepat membungkuk

"T-tidak apa-apa, Seki-san"





Yumiko menyusul Rei yang berjalan gusar melewati koridor






"Rei !", Yumiko memanggilnya

"Ck !", Rei kesal dan mempercepat jalannya

"Sayang...", Yumiko meraih tangannya dengan paksa

"Biarkan aku sendirian !", Rei menepis tangannya

"Nak, lihat mama! Apa-apaan barusan itu? Kenapa kau meneriaki Pak Kepala Sekolah ?"

"Aku benci guru-guru disini"

"Sayang, jelaskan dulu apa masalahmu. Jangan berperilaku tak sopan seperti itu. Kenapa kau tawuran? Merokok dan memukul guru ?"

"Aku benci sekolah disini, ma !", Rei meronta melepaskan diri

"Mama tanya, tolong jelaskan dulu"

"Oke. Aku memang terlibat tawuran dengan sekolah lain karena mereka berusaha merebut uang jajanku. Aku memukul Tokuyama karena dia memegang bokong Mikuni dan Haruyo. Aku membolos karena aku benci pelajaran matematika. Aku merokok karena aku sedang stres... mama puas ?", teriak Rei, Yumiko menghela napas putus asa

Corpus VeritasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang