28. Pathologist

79 10 4
                                    







Musim panas bulan Juli benar-benar membosankan, hawa panas dan gerah menyelimuti ruangan autopsi yang sebenarnya sudah sangat pengap. Dokter forensik yang sedang tidak ada kerjaan memilih untuk nongkrong di dekat freezer kamar jenazah, walaupun harus menahan aroma tidak mengenakan. Beberapa duduk didepan koridor untuk cari udara segar





"Enak ya si Seki, duduk santai di ruang ber AC", gerutu Akanen

"Tidak adil, anak sekolah libur tapi kita diharuskan bekerja", gerutu Inoue

"Kita kan kerja di bidang pelayanan masyarakat, mana ada yang namanya tanggal merah", balas Kai





Sementara itu Yumiko duduk di kantornya sembari menelpon keluarganya yang sedang liburan musim panas, Hikari juga sudah pulang ke Fukuoka karena libur kuliah. Habu mengajak kedua anaknya memancing dan ikut upacara di kuil. Yumiko iri, dia juga ingin sesekali menghabiskan waktunya bersama keluarga, membangun kedekatan dengan mereka, pekerjaannya yang super sibuk membuatnya tak punya waktu untuk kedua anaknya. Belum lagi Rei yang sering lepas dari pengawasan, Yumiko bahkan tak tahu Rei diam-diam mewarnai rambutnya jadi coklat, setelah beberapa minggu yang lalu membuat mobilnya ditahan di kantor polisi. Seperti biasa Hirate datang menemuinya





"Kasus apalagi ?", tanya Yumiko malas

"Pembunuhan. Kau tak akan percaya ini", ujar Hirate

"Aku sudah sering menangani kasus pembunuhan tau"

"Bukan kasusnya, tapi pelakunya... sangat mengejutkan"

"Tokoh publik ?"

"Pelaku pembunuhannya adalah dokter, di Rumah Sakit Kitakyushu"

"Malpraktik di Rumah Sakit maksudmu ?"

"Tidak, Seki. Mereka dokter forensik sama sepertimu"

"EH ???", Yumiko bangkit dari duduknya

"Dan bukan cuma satu, tapi empat dokter sekaligus"

"Tunggu... kenapa bisa seperti itu? Dokter dari Rumah Sakit mana ?"

"Mereka residen, dokter magang. Mereka sedang menempuh pendidikan S2 spesialis forensik, sama seperti Kai dulu", jawab Hirate

"Bisa-bisanya...", bisik Yumiko masih tak percaya




Hal ini menghebohkan Kepolisian distrik Kitakyushu, sekaligus semua RS di Fukuoka. Begitu kabar ini mencuat lembaga Ikatan Dokter Jepang mengecam keras tindakan ini. Sangat disayangkan, dokter forensik yang harusnya membantu polisi dalam hal medis dan yurisprudensi malah berbalik arah menjadi penyakit itu sendiri, membahayakan dan menghilangkan nyawa orang lain, alih-alih menyembuhkan penyakit. Kode etik telah dilanggar, begitu pula sumpah dokter yang sudah di ikrarkan

Corpus VeritasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang