part 12

2.5K 216 23
                                    

Aku keluar diikuti oleh arka, entah apa yang aku rasakan begitu campur aduk, aku tau arti tatapan dan setiap bait dari lagu yang ia nyayikan tapi arghh entah apa yang aku lakukan sekarang hanya menagis dipelukan kekasihku nan abangku.

arka menyuruhku untuk berhenti menangis dengan sikapnya yang begitu tenang dan lembut, tapi tetap saja aku ta bisa untuk berhenti menangis.

"Apakah kau suka padanya"

"maksudmu ka? "

"Iya apakah kau miliki rasa pada Syam? "

"Mana mungkin ka, akukan kekasih mu mana mungkin aku menghianatimu"

"Tapi kau juga adikku Deva, arka tau yang Deva rasain sekarang" Ucap arka lalu perlahan pergi dari Deva.

"Mau kemana ka"

"Sebentar" Ucapku lalu pergi meninggalkan Deva.

Arka pov

Gua pergi dari deva, mecari sosok syam dipanggung, ternyata dia berada tepat dibelakang panggung sedang duduk memerung sendirian.

"Ehem"

"Eh bang, ada apa" Ucap syam sambil mengusap air matanya.

"gua boleh minta tolong? " Ucap gua sambil membuang muka.

"Boleh bang, tumben seorang Achmad arka al-kautsar meminta bantuan ke saya? "

"Bukan gua, tapi buat ade gua" Ucap gua to the point.

"Deva" Tanya syam dengan penuh antusias.

"Deva suka sama lu, dan sekarang dia nungguin lu ditaman depan" Ucap gua sambil menahan air mata.

"Yang bener bang"

"cepet sono lu samperin"

Tanpa aba aba syam langsung lari menemui Deva dan meninggalkan gua disini dengan sepi.

*Normal pov*

Entah kenapa aku masih saja menangis tersedu Sampai sekarang,
Sedang arka kemana dia lama sekali belum kembali saat ini.

Dengan air mata yang tetap menetes aku menundukan kepala karna aku ga akan memberitau pada dunia betapa lemahnya diriku ini.

Malam ini cukup sunyi dan dingin, desiran angin Seolah memberikan semangat berjuang dalam kondisi sekarang.

"Hai Deva"

"Kamu, ngapain kesini? " Kataku yang kaget melihat nya tepat duduk disamping ku. Syam tidak menjawab melainkan langsung menarik tubuhku dalam dekapannya.

"Apakah ini nyaman? " Dia bertanya padaku aku tidak menjawab melainkan hanya menganggukan kepalaku.

"Jujur padaku Dev, apakah kita memiliki rasa yang sama"

"Maksudmu" Kataku sambil melepas pelukan darinya, aku cukup kaget.

"Aku menyukaimu dan kamu menyukai ku"

"Kalau kau menyukaiku mengapa seolah kau menjauh dariku syam? "
Kataku yang mencoba bangkit dari kursi taman mencoba untuk berlari

"Hei Dev, kau tau aku memang menjauh darimu bukan berarti aku berhenti mencintaimu"

"Emang cintai ini begitu gila, kau tau dev titik tertinggi dalam mencintai adalah mengikhlaskan, tapi aku tidak iklas kau dekat dengan yang lain. Syam coba jauh tapi ga bisa Dev"

"Mungkin kita ditakdirkan untuk bersatu, tapi bukan sekarang kita lagi diuji untuk selalu bersama"

Aku hanya bisa terdiam, terharu, mematung dan ga tau mau ngapain lagi namun aku mencoba tetap bersikap biasa saja

"Dev bolehkan kita menjadi lebih dekat"

"Bolehlah kita bersama?? "

"Bolehkan aku menjadi prioritas utamamu? "

"Bolehkah selalu ada bersamamu? "

"Bolehkan Syam memiliki hatimu? "

"Apakah kau menembakku Syam" Tanya Deva dengan polos

"Bukan menembak tapi meminta hatimu, apakah Boleh"

Aku hanya terdiam, mencoba melawan hati dan perasaan ku yang bergejolak dengan kuat setelah cukup lama memaku aku memberanikan diri menjawabnya.

"Aku ga bisa Jawab sekarang Syam, aku harap kau mengerti apa yang aku rasakan"

"Baiklah, jangan bersedih setelah ini Syam akan ada baik jauh maupun dekat ada untuk Deva"

"Apakah kau yakin?? "

"Apa yang tidak Syam lakukan untuk deva "

"Hmm baiklah "

" Deva percayalah  jikalau Syam pergi pasti kembali, karna Syam ingin sungguh kedeva bukan hanya singgah"

"Aku percaya padamu"

"Ayo pulang, biar syam antar ini sudah hampir larut malam"

"Trus arkanya "

"Arka sudah dewasa, dia tau apa yang terbaik untuknya, ayo pulang"ucap Syam sambil memasang badan seperti orang yang ingin menggendong

" Kau mau menggendong ku? "

"Bahkan aku cemburu dengan tanah yang setiap langkah kau pijaki tampa ku, cepat naik"

Aku naik kegendongan Syam, sungguh aku sangat bahagia rasanya seperti mimpi susah didefinisikan pada kaum jomblo.

Disisi lain arka yang melihat Deva yang bahagia tersenyum puas.

Meskipun menyakitkan untuk arka tapi setidaknya dia bisa melihat Deva bahagia sudah cukup, tugas arka sudah selesai mungkin arka mulai sedikit menjaga jarak kepada deva, arka pun pulang dengan diam diam mengikuti Syam dan Deva di depannya



Cinta itu ibarat shalat tarawih, bukan tentang siapa yang datang duluan, melainkan siapa yang bertahan sampai akhir. 

the twins storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang