Pre-Graduation

905 162 39
                                    

Suara langkah kaki yang sama seperti dua tahun lalu terdengar dari tangga sekolah. Minju sengaja berjalan melewati jalan yang dulu ia lewati saat pertama kali belajar disini. Waktu terasa cepat berlalu. Rasanya baru kemarin Minju mendapat beasiswa, sekarang sudah mau lulus saja.

Minju sengaja datang pagi hari ini, dengan sepeda yang dulu sering ia gunakan untuk berangkat sekolah. Ia melakukan ini untuk mengenang seberapa jauh perjuangannya bertahan disini selama ini.

"Dor!"

Minju menoleh. "Aduh kaget nih kaget."

"Tadi aku jemput kamu ke rumah, katanya kamu udah berangkat gak bilang-bilang," ujar Jaemin.

Minju terkekeh. "Kalau izin dulu pasti gak dibolehin pake sepeda."

"Kamu pake sepeda?? Ngapain sayaaaang."

"Pengen aja, udah lama banget tau aku gak naik sepeda. Itung-itung olahraga, gak kaya kamu," jawab Minju.

"Aku pake motor juga kan untuk jemput kamu. Kok jadi nyalahin?" keluh Jaemin.

Minju hanya tersenyum dan meninggalkannya. Ia jadi teringat saat hari-hari mendekati ujian kemarin. Jaemin sangat heboh takut tidak bisa mengerjakan ujiannya. Padahal semua pun tau, kalau Jaemin anak pintar. Semua juga tau, kalau pasangan Jaemin-Minju adalah pasangan terpintar di sekolah. Sama-sama dapat beasiswa, sama-sama pernah bersaing untuk maju ke Olimpiade, sama-sama merebut posisi ranking pertama, dan sebagainya.

Namun, semenjak Jaemin berpacaran dengan Minju ia jadi sering mengalah. Ia jadi mengurangi waktu belajarnya agar Minju selalu satu peringkat di atasnya.

Jaemin si budak cinta.

Tapi itu tak berlangsung lama karena Minju memarahinya. Jaemin pun selalu belajar bersama dengan Minju. Mungkin banyak yang akan mengira akan seperti apa damainya jika Jaemin dan Minju belajar bersama. Karena mereka tau mana yang benar, dan mana yang salah. Sayangnya, semua itu salah. Setiap belajar mereka selalu mempermasalahkan rumus. Jaemin dan Minju banyak perbedaannya dalam memilih rumus, hitung-hitungan tentunya. Padahal, apapun rumus yang dipakai hasilnya tetap sama, hanya saja mereka itu ... sudahlah.

Sama halnya dengan Minju, Jaemin pun merasakan hal yang sama. Namun, ia lebih memikirkan bagaimana hebatnya dia bisa mendapatkan Minju, membahagiakan Minju, dan selalu ada untuk Minju.

Jaemin si budak cinta part 2.

"Nju!" teriak Jaemin padahal ia sudah ada di samping Minju.

"Gak usah teriak-teriak dong, Jae."

Jaemin mengeluarkan senyum terbaiknya. Ia terus menatap Minju sampai yang ditatap salah tingkah.

"Aku harap, aku bisa cepet-cepet jadi Sarjana, terus kerja, terus hasilin uang, abis itu nikahin kamu deh. Yang terakhir sih yang pengen cepet-cepet aku lakuin." Jaemin masih saja senyum-senyum.

Minju mencubit perut Jaemin. "Nikah terus yang kamu pikirin."

"Ya gak apa-apa dong, Nju. Itu berarti, aku udah siap untuk nerima tanggung jawab besar sebagai seorang suami."

Giliran Minju yang senyum-senyum sekarang.

"Jae, aku udah punya target untuk kuliah nanti," ujar Minju.

"Apa tuh, bebi?"

"Hah? kamu manggil aku babi?"

"Bebi sayang bebiiii. Gak romantis banget kamu."

Minju tertawa. "Gara-gara diteriakin kamu nih."

"Ya udah maaf deh. Targetnya apa?" tanya Jaemin.

LITHE | JaeminjuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang