Jeno atau Kakak?

1.2K 214 76
                                    

Warning!
Terdapat harsh word dalam cerita.

Dari hari ke hari, Minju semakin banyak menerima cemoohan dari orang-orang. Minju tidak menyalahkan Jeno pasal ini. Hanya saja, mungkin telinga orang-orang yang terlalu peka jika mendengar berita baru.

Minju yang dulunya diberi senyuman oleh banyak orang karena terkenal ramah, sekarang malah dijauhi. Minju merasa sedikit tertekan karena itu. Namun, ia masih bersyukur karena masih memiliki Yuri dan Jaemin yang tetap bersamanya.

Hari ini adalah hari olimpiade dilaksanakan. Minju sangat senang hari ini. Dengan penuh semangat ia memberikan dukungan penuh untuk Jaemin. Ya, Jaemin lah yang ikut olimpiade.

Minju sudah tak peduli lagi dengan olimpiade nya, karena itu percuma saja bukan? Mama nya pun tidak akan berubah.

Sebelum berangkat tadi, Jaemin sempat merasa sedih. Seketika ia teringat akan rencana jahatnya pada Minju. Ia pun jadi merasa malu pada dirinya sendiri karena ia malah menyukai Minju. Huh ... jilat lidah sendiri, 'kan, Jaemin?

Minju hanya tersenyum saat Jaemin berkali-kali meminta maaf padanya.

Dipikir-pikir lagi, sekarang Jaemin merasa sangat senang karena ia bisa sedekat ini dengan Minju. Perjalanan cintanya bisa jadi akan mulus. Namun, ia masih ragu apakah Minju menyukainya apa tidak.

Disisi lain, Minju berpikiran yang sama. Ia berpikir apakah Jaemin menyukainya atau ini adalah sebuah rencana jahat lagi? Minju merasa sangat bimbang. Ia sendiri bahkan tidak tau ia menyukai Jaemin atau tidak. Kepalanya saja sudah pusing untuk memikirkan beban hidup.

Minju terus melamun saat jam sekolah berlangsung. Untung saja gurunya tidak menyadari tingkah Minju itu. Karena hari ini Jaemin ikut olimpiade, Minju duduk sendiri di bangkunya. Agak sepi karena tidak ada yang ia ajak bicara. Apa seperti ini perasaan Jaemin saat ia hilang dulu?

Yuri pun tidak masuk hari ini karena dia sedang sakit. Dan Minju berencana akan menjenguknya sepulang sekolah nanti.

Bel pulang sekolah pun akhirnya berbunyi. Minju dengan cepat membereskan barang-barangnya dan pergi keluar.

"Minju!" panggil Lami.

"Iya?"

"Mau jalan-jalan sama aku gak?" tanya Lami.

"Ah, maaf ya. Aku mau ke rumah Yuri, mau jenguk," jawab Minju.

Lami tampak berpikir. "Kalau gitu aku ikut, ya? Pake mobil aku aja."

Tanpa lama berpikir, Minju mengiyakan ajakan Lami.

Diperjalanan, tidak banyak percakapan dari mereka. Lami pun tidak bertanya-tanya kemana arah rumah Yuri. Sepertinya Lami sudah tau. Minju hanya diam menatap keluar jendela.

Namun, Minju merasa ada yang aneh di belakang. Seperti ada yang mengikuti mereka. Ah, mungkin hanya perasaan Minju saja.

"Lami, kok ke arah sini?" tanya Minju yang melihat Lami salah arah.

Lami hanya diam.

"Kamu tau rumahnya Yuri, 'kan?" tanya Minju lagi.

"Tau kok." Lami tersenyum.

Minju merasa gelisah. Ia benar-benar tidak tau jalan mana yang Lami ambil ini. Minju melirik ke spion mobil, orang itu masih mengikuti mereka.

Minju tidak berani bertanya pada Lami. Entah kenapa, Lami terlihat biasa-biasa saja.

"Nju, aku mau mampir sebentar ke toko itu, ya." Lami memberhentikan mobilnya ke pinggir jalan.

"E-eh."

LITHE | JaeminjuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang