Pergi

939 167 40
                                    

Pagi kali ini sangat mendukung suasana hati Jeno. Hujan turun dengan derasnya dan langit sangat gelap. Setelah beberapa hari lalu mengetahui bahwa orang yang disukainya sudah memiliki kekasih, Jeno masih saja galau. Bahkan Minju sampai kewalahan menghadapinya. Lebih berat dibandingkan mengurus anak bayi sekalipun.

"Kesel," ujar Jeno.

"Udah, relain aja, Kak. Kalau dia tau Kak Jeno kaya gini, terus dia jadi gak enak atau malah jadi sedih, gimana? Walaupun dia bukan bahagia sama Kak Jeno, tetap aja Kak Jeno gak boleh ambil senyum dia, 'kan?" jawab Minju.

Jeno mengangguk. Rautnya masih sedih bercampur kesal. "Tapi kakak masih kesel."

"Kenapa lagi?!"

Jeno memanyunkan bibirnya. "Kok ngegas?"

Minju menarik nafasnya lalu tersenyum manis.

"Gue kesel kenapa Jaemin gampang banget dapetin hati orang yang dia suka sedangkan gue keduluan orang dong woy?!?!?!" Jeno benar-benar kesal kali ini.

"Ya karena cinta dia gak bertepuk sebelah tangan," jawab Minju. Tidak salah sih, hanya saja Jeno semakin kesal dibuatnya.

"Ah, gak adil."

Minju memutar bola matanya malas. "Lagian, Kak Jeno 'kan tau sendiri cerita aku sama Jaemin dari A-Z nya gimana. Gak mudah buat kita bareng walau punya rasa yang sama. Semua dapet cobaannya masing-masing tau. Sekarang, fokus aja ke yang lain dulu. Kalau mikirin dia terus, kapan dong galaunya sembuh?"

"Sejak kapan galau jadi penyakit?"

"Sejak banyak orang patah hati. Gitu kata Haechan di Tweet nya semalem," jawab Minju.

"Kok kenal Haechan?"

"Gak inget waktu itu aku dimasukin ke grup kalian?"

"Yang mana?"

"Yang waktu aku dateng, Kakak bilang 'Uuuu ada adekku, SINI POPPO 💋'"

Jeno tertawa terbahak-bahak. "Sini dek."

"Apa?!"

"Poppo muach muach."

Minju segera melarikan diri. "BUNDAAAA ADA ORANG GILA GENIT."

"Bunda gak ada, dek. Lagi beli nugget." Jaehyun tiba-tiba ada di belakang Minju.

Minju membulatkan bibirnya membentuk huruf O.

"Dek," panggil Jaehyun.

"Kenapa kak?"

"Tingk." Jaehyun mengedipkan sebelah matanya lalu tersenyum pada Minju.

"IH GENIT JUGA." Minju kabur ke kamarnya.

Tak disangka, sekarang rumah ini telah berubah menjadi kandang buaya.

* * *

Sore sudah tiba. Minju masih terpulas di kamarnya sedari tadi. Mungkin bunga tidurnya terlalu indah sehingga ia malas untuk membuka mata.

Berbeda dengan kamar Minju yang hening, aman dan tentram, lain halnya dengan ruang tamu yang dipenuhi kebisingan.

Apa lagi kalau bukan para bujang yang sedang bermain play station.

Ting tong

Bel rumah berbunyi. Jeno menganglat tubuhnya dan berjalan mendekati pintu.

"Halo."

"Ah, halo."

"Saya kesini ingin bertemu Minju. Apa ada?"

LITHE | JaeminjuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang