Chapter 14 - Dawn of Fate

124 23 7
                                    

.

Black String of Fate

.

Kagome berjalan beriringan dengan Jaken, kedua tangan bersilang di dada, sedangkan Sesshoumaru berjalan beberapa meter di depan mereka. Kagome mulai jenuh mendengarkan ocehan makhluk hijau yang tidak jua berhenti sejak matahari mengintip dari balik kaki langit pagi saat mereka memulai perjalanan.

Hingga mentari sudah di puncak kepala, semua ocehannya masih sama, tentang kehebatan tuannya, dan bagaimana dia telah lama menjadi pelayan yang paling dapat dipercaya dan diandalkan. Satu yang Kagome tangkap dari Jaken adalah pemujaannya pada Sesshoumaru sungguh tidak sehat.

Kagome memandangnya dengan datar, bagian pelayan yang paling dapat dipercaya mungkin benar, tapi Kagome sangat meragukan bagian 'dapat diandalkan' saat pertempuran. Bila mendengar cerita Jaken, sepertinya Ah-Un yang dapat mengeluarkan ledakan aliran youki berbentuk api biru dari kedua mulutnya lebih membantu dibandingkan dengan dirinya. Sulit bagi Kagome untuk tidak meragukan hal itu bila melihat tubuh kerdil Jaken.

Kagome menghela napas berat untuk yang kesekian kalinya. Bukan jarak tempuh yang memberatkannya, berkilometer pun tidak masalah. Yang menjadi problem baginya adalah dia tidak tahan untuk berjalan santai! Dan ketidaknyamanan itu ditambah lagi dengan suara Jaken yang membuat telinga sensitifnya berdengung. Suara Jaken yang sangat mengganggu itu bisa membuat anak burung yang hendak keluar dari cangkang melupakan niatnya untuk melihat dunia lalu kembali masuk ke dalam telurnya.

Jaken berjalan dengan kewibawaan yang dipaksakan, dia bertindak bagai seorang guru yang sedang memberi pelajaran kepada murid barunya, "Sebaiknya kau percaya itu, Hanyou. Sesshoumaru-sama adalah youkai terkuat yang pernah ada. Suatu saat nanti, dia akan mempunyai kerajaannya sendiri, dan aku akan menjadi penasihat di kerajaan youkai itu. Bila kau beruntung, kau masih bisa tinggal di sana sebagai penjaga kandang Ah Un!" suara aneh Jaken terpotong oleh Kagome yang menguap.

Kuping Kagome berkedut-kedut setiap kata 'hanyou' yang diucapkan Jaken terdengar, tapi Kagome berusaha keras menekan dorongan untuk membuat benjolan merah baru di kepala Jaken. Dia memejamkan matanya, menarik napas panjang dan dalam lalu mengembuskannya beberapa kali hingga keinginan membungkam Jaken memudar.

Tingkah laku Kagome yang tidak mengindahkannya, membuat Jaken kesal, "Kau tidak mendengarkanku, Hanyou?" Jaken setengah berteriak.

Dengan sudut mata, Kagome memandang Jaken yang tingginya tidak lebih dari pahanya, youkai kecil lemah seperti Jaken pun memandang rendah dirinya hanya karena darah manusia yang mengalir di tubuhnya. Jaken benar-benar mewakili sudut pandang hampir seluruh youkai kepada dirinya yang seorang hanyou. Walau Kagome seorang hanyou, tetap saja dia lebih baik bila ditelisik dari sudut mana pun bila dibandingkan dengan Jaken. Entah itu dari kekuatan, kecepatan, maupun tampilan.

"Semua racauanmu itu membuatku bosan, tahu." ucap gadis itu tanpa memandang sosok hijau aneh seperti campuran katak dan kadal itu.

"Dasar kau, Hanyou rendahan, kau sebaiknya belajar untuk menghormatiku. Aku adalah pelayan Sesshoumaru yang lebih lama darimu, aku adalah seniormu, kau seharusnya memanggilku senpai!"

Tangan Kagome mulai terkepal, ingin sekali rasanya dia membenamkan satu jitakan keras di kepala dangkal itu. "Argh, berisik!" sahutnya kasar.

Dia telah mencoba berbaik hati mendengarkan semua ocehan Jaken, tapi lama kelamaan kupingnya sakit juga. Apalagi saat Jaken mulai mengucapkan dua kata yang tidak disukainya bila digabungkan dalam satu kalimat yaitu 'hanyou' dan 'rendahan'.

Black String of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang