Chapter 2 -The Lost

305 37 4
                                    

Disclaimer: I don't own Inuyasha, I'm just renting them from Rumiko Takahashi, Viz, etc. I will make no money from this fic, I write for my own enjoyment and the enjoyment of my readers.

Warning: Character death.

***

**

*

Black smoke billowing into the sky.

Dreams flown with the ashes.

The embers were splashed in an instant before vanishing, just like hopes.

The sound of creaking wood engulfed by the fire, like the sounds of the broken souls.

The dark charcoal left over from combustion is the depiction of human's jet black heart.

Red of the flames and black of the smoke symbolizes a way of life that must be taken by some people ... the life which full of hatred and bloodshed.

(AtA, BSOF)

.

.

.

~Flashback~

Suara kicau burung bersahut-sahutan, desir angin membelai rambutnya yang hitam. Kagome kecil berumur dua belas tahun tengah berbaring di padang rumput favoritnya menatap birunya langit dan dikelilingi oleh ratusan bunga yang sedang bermekaran. Walaupun terkadang bau bunga yang terlalu manis membuatnya seperti ingin bersin, tapi, ia sangat suka berada di sana.

Bunga-bunga liar yang ia kumpulkan kali ini lebih cantik daripada biasanya, bunga kuning dengan putik merah ditengahnya dan belasan kuntum bunga melati putih kecil yang sedang bermekaran dia masukan ke dalam lengan bajunya. Kagome akan menyelipkannya di baju nanti sehabis mandi, agar baunya sedikit menyerupai ibunya. Iya, bagi penciumannya, bau harum alami ibunya mirip seperti melati.

Setengah berlari, hanyou kecil itu menuju rumahnya. Sambil bersiul mengikuti kicau burung di kejauhan, sesekali Kagome melompat dengan riang. Matahari berada hampir tepat di atas kepalanya saat ia mencapai kebun tempat ia dan ibunya bercocok tanam, dia tahu, dia telah terlambat pulang untuk makan siang karena terlalu asik memetik bunga. Tetapi dia pun tahu, ibunya tidak akan marah kepadanya, karena ibunya memang tidak pernah marah kepadanya, tidak sekalipun.

Lima menit kemudian, pondok yang ia tempati telah terlihat. Sepintas keheranan berkelebat di kepalanya, tidak seperti biasanya, sang ibu tidak menunggunya di ambang pintu dengan wajah khawatir. Bau darah menyapa penciumannya, namun, cepat-cepat Kagome menepis segala praduga dan mempercepat langkah.

Ketika sampai di pintu, Kagome menangkis insting yang menjeritkan bahaya lalu memanggil sang ibu dengan ceria, "Okaa-san ... "

Telinga anjing di puncak kepalanya yang berwarna senada dengan rambutnya berdiri tegak, mencoba menangkap suara sekecil apapun. Beberapa saat berlalu, tidak ada jawaban dari ibunya, tidak ada suara selain rintihan kecil, pelan, dan terlalu lemah untuk ditangkap oleh telinga manusia.

"OKAA-SAN!" Dengan panik Kagome memanggil ibunya sambil berlari secepat kilat dan menerobos kamar yang mereka tempati.

Tangannya yang kecil mungil itu bergetar saat pertama kali menemukan ibunya tergeletak di kamar dengan berlumuran darah, kimono-nya terkoyak-koyak sedemikian rupa. Darah mengalir deras dari lima lubang yang kini menghiasi lehernya, lubang dalam yang ditimbulkan oleh cakar panjang dan tajam seperti miliknya.

Black String of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang