Diary 5| Dicari: Seorang Teman

756 86 27
                                    

Adiksi (2021) © Fukuyama12

.
.
.

Diary 5
Dicari: Seorang Teman
(Nofap Hari Ke-7, Relapse #1)

.

Aneh sekali, meski pendingin ruangan yang ada di kamarku ini menyala dengan suhu paling rendah, aku tetap saja merasa gerah. Bintang-bintang neon yang bersinar dalam kegelapan itu terlihat menatapku yang sedang tersiksa. Meski suara alunan yang orang-orang bilang menenangkan itu terdengar, tetap saja aku tidak bisa memejamkan mataku dan pergi terlelap.

Entah berapa puluh kali aku membalikkan badanku ke kanan dan ke kiri. Aku sudah seperti sate yang sedang di bakar dan tidak kunjung matang.

Aku tidak berhenti melirik komputer yang berada tak jauh dari kasurku. Meski ponselku sudah berada di luar kamar dan tersimpan di lantai bawah dengan aman, tetap saja komputer ini tidak bisa dipindahkan.

Aku menggigit bibir bawah, menahan siksaan yang tak kunjung mereda. Rasanya aku ingin menangis, ternyata begini rasanya tidak bisa tidur karena otak yang meminta aliran dopamin besar yang biasa kuberi dulu.

Aku mengeluarkan napas dengan keras dan mulai bangkit dari tidur dengan cepat.

***

"Mengumpulkan niat memang mudah, tetapi merealisasikan dalam kehidupan nyata butuh kekuatan ekstra," ceritaku pada langit putih di kamarku.

Aku sering mendengar banyak cerita di mana orang yang hanya memiliki semangat besar di awalnya saja, tetapi akan kembali menurun setelah beberapa hari. Sama seperti yang dirasakan olehku saat ini.

Malam kemarin adalah malam keenamku, dan aku sudah kembali kambuh lagi. Tidak seperti pagi dan siang hari, saat aku sudah memasuki waktu malam sebelum tidur, rasanya bisikan setan terasa lebih menggoda. Dan semalam aku sudah tidak bisa menahan nafsunya, lalu memilih untuk menjelajahi situs terlarang diam-diam.

Tanganku itu rasanya gatal sekali ingin menghentikan suara alunan Alquran. Tipu daya setan memang benar-benar sangat mengerikan. Mereka berhasil menulikan telingaku dan menggerakkan jariku untuk benar-benar mematikan tilawah yang diputar di ponselku. Dan hari ini aku bangun di pagi hari dengan rasa penuh penyesalan atas apa yang telah kulakukan semalam.

"Mungkin ini yang dirasakan oleh para senior, tidak heran jika mereka bisa kambuh hanya dalam waktu tiga hari. Benar-benar mengerikan! Setan sangat ahli dalam mengajak dalam lingkaran nafsu beracun!" tuduhku.

Aku mengacak-acak rambut frustasi, lalu menutup wajah dengan bantal bermotif bintang, berteriak dengan kencang dan mengentak-entakkan kakiku pada ranjang yang empuk, mencoba untuk mengeluarkan semua rasa kesal pada diriku. Bisa-bisanya aku kambuh hanya dalam hitungan jari padahal aku yakin bahwa aku bisa benar-benar berhenti.

"Bagaimana cara menghentikan ini semua?" seruku kesal.

Aku berseru frustasi, meraih guling yang ada di kasurnya dan memukul-mukulnya dengan kasar, mengabaikan jam dinding yang berteriak minta untuk diperhatikan. aku seharusnya sadar jika matahari sudah terlalu tinggi untuk menunaikan sholat subuh.

Bibirku terkatup rapat, rahangku mengeras, dan air mata berkumpul di pelupuk mata. Aku marah dan kesal pada diriku. Andai saja aku mempunyai mesin waktu yang bisa membawa kembali ke tadi malam dan mengatakan pada diriku untuk tidak berani mendekati pornografi.

Adiksi (SEX EDUCATION?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang