Diary 9| Wadah Bagi Pecandu

1K 63 6
                                    

Adiksi (2021) © Fukuyama12

.
.

Diary 9:

Wadah Bagi Pecandu
(Nofap Hari ke-23)

.
.

“Hey, aku punya ide! Apa kalian mau mendengarku?” Aku mengalihkan tatapan dari layar komputer pada teman-temanku saat sebuah ide terlintas dalam benakku.

Entah siapa yang mengusulkan,  tetapi Kak Fayruz dan Kak Afkar sering sekali datang ke rumahku, meski tidak setiap hari, setidaknya seminggu dua sampai tiga kali, tetapi untuk kak Fayruz, hampir setiap hari dia kemari, setelah pulang sekolah dan berganti baju.

Aku sendiri juga tidak pernah menolak, setidaknya rumah yang biasanya sepi dan hanya diisi olehku dan Bu Imas terasa ramai. Lalu, setiap kali aku bercerita pada wanita empat puluh tahun itu, Bu Imas selalu terlihat senang dan memasak banyak makanan serta camilan.

“Ide apa itu?” sahut Kak Afkar yang sebelumnya sibuk dengan laptop dan kertas-kertas tugasnya. 

Keraguan muncul dalam benakku saat ingin mengungkapkan ide. Aku menghela napas dan mencoba untuk menenangkan jantung yang berdegup kencang. “Itu, aku ada keinginan untuk membantu orang-orang yang sedang kecanduan seperti kita, atau menyadarkan para pecandu kalau yang mereka lakukan itu salah. Seperti membuat tempat curhatan bagi mereka dan tips-tips, atau yang lainnya.”

“Wow.” Satu kata keluar dari mulut Kak Fayruz, membuat wajahku memerah seketika dan merasa jika usulannya memalukan dan terlalu mengada-ada.

“Itu ide yang bagus, kok. Jadi apa yang harus dilakukan?” pujian yang menghangatkan keluar dari Kak Afkar yang peka, membuatku kembali bersemangat.

“Seperti membuat situs web atau akun sosial media, mungkin? Aku ingin tahu seberapa banyak orang yang berusaha sembuh, mungkin kita juga bisa saling berbagi pengalaman atau membantu orang yang sedang kesulitan. bukankah itu terdengar keren?” Mataku bersinar saat menceritakan ideku.

Bayangan mengenai akun-akun dengan banyak pengikut dan berhasil membuat orang lain termotivasi ada dalam benakku. Aku sendiri, semenjak melakukan pembersihan akun yang kuikuti dan mengubahnya menjadi akun-akun positif jadi ingin melakukan hal yang sama.

Kak Fayruz bangkit dari duduk dan menghadap sepenuhnya padaku, lalu berkata, “Tidak buruk untuk mengisi waktu luang. Aku juga ingin mendengar pengalaman orang-orang dan mempromosikan gerakan ini. Setidaknya ini bisa menjadi motivasiku dan self-reminder juga, sekaligus menyebarkan pendidikan seksual yang belum banyak diketahui, seperti yang dikatakan kak Afkar beberapa waktu lalu.”

“Apa cukup hanya dengan bertiga? Kalian tahu bagaimana cara membuat situs dan postingan seperti itu?” tanya Kak Afkar. Ku pikir dia bukannya ragu dengan apa yang diusulkan olehku, tetapi ia hanya ingin memperkuat ide tersebut.

“Tenang saja, aku tahu orang yang tepat!” Kak Fayruz mengambil ponsel, mengutak-atik, lalu meletakkan di telinganya. Saat suara panggilan terjawab dia berkata, “Halo, Kak! Bisa datang ke rumah depan? Langsung naik ke atas, ada kamar bertuliskan ‘Elzar’. Masuk saja ke sana. Kutunggu, ya!”

Sambungan terputus dengan cepat, secepat Kak Fayruz menghubungi seseorang yang ada di rumahnya. Aku mengernyit, semakin menyadari jika rumahku sudah menjadi milik bersama, terutama kamar yang bisa menjadi tempat pribadi menjadi sebuah tempat kumpul langganan. Sudahlah, lagipula aku tidak seharusnya mempermasalahkan hal itu. Aku hanya belum terbiasa saja.

Adiksi (SEX EDUCATION?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang