KINGDOM (JAEHYUCK) END

-1-

Pagi itu cahaya matahari mengintip dari celah pepohonan rindang, suasana pagi hari di hutan Selatan selalu terlihat rindang dan nyaman. Angin pagi bertiup pelan, disusul dengan suara burung-burung yang menyambut pagi dengan gembira.

Sebuah rumah kecil yang terletak di ujung hutan, dekat dengan tebing, belum terlihat tanda-tanda kehidupan. Lampu teplok dengan sumbu yang masih menyala itu menjadi pertanda bahwa pemilik rumah kecil itu belum bangun. Di dalam satu kamar yang ada di dalam rumah, dibalik selimut putih itu seorang pemuda berusia 20 tahunan masih memejamkan matanya, wajahnya terlihat damai, orang bahkan tak tega jika membangunkan pemuda itu setelah melihat wajahnya.

Seekor serigala remaja melompat ke atas kasur, mengendus-endus wajah pemuda bernama Lee Haechan itu, sesekali menjilatnya, membuat Haechan terganggu dan terbangun dari tidurnya.

Perkenalkan, dia Lee Haechan. Umurnya baru menginjak kepala dua, salah satu dari makhluk yang memegang peran penting untuk kehidupan, namun keberadaan mereka bahkan memiliki derajat yang lebih rendah dari rakyat desa. Haechan adalah seorang peri hutan, jika kalian mengira peri itu hanya berbadan kecil seperti tinkerbell, kalian salah. Peri juga ada yang menyerupai manusia, seperti Haechan contohnya, namun mereka lebih langka daripada mini fairy. Karena peri seperti Haechan biasanya diburu, untuk diambil sayap mereka untuk obat atau dijadikan sebagai budak, bahkan ada yang dibunuh.

"Chenle-ya, berhenti melakukan itu," Haechan berucap dengan suara seraknya, lantas serigala bernama Chenle itu berhenti saat melihat kakaknya sudah bangun. Serigala itu kemudian berubah menjadi sosok lelaki manis berusia 10 tahun, Chenle adalah werewolf dan tak punya rumah setelah dia dibuang oleh keluarganya. Lalu Haechan memutuskan untuk merawat bocah itu,

Haechan bangun, pemuda bersurai ungu itu menatap Chenle dengan senyum. Peri hutan selalu dilimpahi kasih sayang, tak pernah marah sedikitpun, kalaupun iya mereka akan menahannya.

"Hari ini aku melihat banyak ikan disungai, ayo kita menangkap mereka," ucap Chenle dengan menggebu-gebu,

"Iya-iya, tunggu dulu, aku akan bersiap," Haechan beranjak dari duduknya, sayap ungu transparan milik Haechan yang masih tertekuk terpampang jelas di depan Chenle, anak itu menyukai sayap Haechan, warna ungu, berkilau, dengan lekuk indah dan pola yang indah pula.

Mata serigala muda itu selalu berbinar ketika Haechan membuka sayapnya, indah. Itu katanya.

Haechan mengganti bajunya, hari ini Haechan menggunakan kemeja putih besar dengan celana coklat pendek. Kemudian ia membasuh wajahnya untuk menyegarkan diri. Selepasnya Haechan menghampiri Chenle yang sudah menunggu di depan rumah, tak lupa Haechan mematikan lampu.

"Selamat pagi," ucap Haechan menyapa dunianya.

Haechan hanya punya Chenle, dulunya dia lahir di desa Nemorosum, namun kelahirannya yang membawa malapetaka pada kedua orang tuanya hingga meninggal, Haechan dibuang ke hutan oleh warga setempat karena dianggap pembawa sial nantinya.

Lalu Haechan dirawat oleh peri-peri yang ada disana, hingga pemuda itu tumbuh menjadi sosok tangguh nan baik hati seperti sekarang.

"Chenle, pelan-pelan! Nanti jatuh!" pesan Haechan saat Chenle berlarian kesana kemari diatas batu besar sungai. Haechan menggeleng pelan melihat tingkah serigala muda itu,

Haechan meminum air sungai yang jernih itu, bahkan ia bisa melihat bebatuan yang ada di dasar sungai, lantas Haechan tersenyum setelah air segar mengaliri tenggorokannya.

"Hyung! Aku mendapat satu ikan!" suara teriakan Chenle membuat Haechan menatap anak kecil itu, Haechan mematri senyum lalu mengangguk.

"Letakkan di tas, hyung akan mencari buah dan beberapa persediaan bumbu," ucap Haechan. Ia tidak punya banyka uang untuk membeli kebutuhan, bahkan baju yang di pakainya ini hasil dia meminta pada minifairy, dan ia hanya punya enam kemeja putih dan tiga celana, tapi Haechan sudah bersyukur akan itu.