Ketika hari mulai gelap dan matahari pamit untuk beristirahat, Jaehyun bersama dengan Haechan dan yang lain sudah sampai dirumah. Jieun lumayan terkejut dengan kedatangan Jeno dan beberapa pengawal untuk menjaga,
"Sepertinya Ibu harus memasak lebih banyak." itulah yang diucapkan Jieun setelah menyambut kedatangan Jeno dirumah kecilnya. Haechan dan Renjun membantu Jieun untuk menyiapkan makanan, sedangkan yang lain menyiapkan tempat dan alat.
"Semoga rasa masakan saya sesuai dengan lidah anda." ucap Jieun.
"Tidak perlu sungkan, aku biasanya hanya memakan ubi bakar dari hutan." jawab Jeno, ia mulai menikmati makanannya, masakan rumahan yang dibuat oleh Jieun mengingatkannya pada mendiang neneknya. Dia merawat Jeno selama beberapa waktu selama pelarian sebelum akhirnya meninggal karena penyakit yang dideritanya.
"Enak!" Renjun berseru, dia belum mencoba banyak masakan rumahan di daratan, dia hanya terbiasa memakan masakan seafood sih. Mau bagaimana juga kan dia tinggal di lautan.
"Baguslah kalau kalian menyukainya." ucap Jieun.
"Chenle, makan wortelnya." Haechan yang melihat Chenle menyisihkan wortel lantas menatap bocah itu dengan wajah yang dibuat-buat kesal.
Chenle mengerucutkan bibirnya, perlahan kembali mengambil sayura berwarna oranye itu lalu memasukkannya kedalam mulut. Kernyitan muncul di kening Chenle ketika ia mulai mengunyah wortel, yang lain hanya menggelengkan kepala atau terkekeh melihat kelakuan Chenle.
Malam itu bintang menjadi teman dikala malam sudah menyambut dan waktu mengharuskan mereka beristirahat, Jeno dan Renjun kembali ke istana sedangkan yang lain menginap dirumah Jieun. Karena kamar tidak cukup, jadi Chenle dan Jisung tidur diluar, disamping jendela kamar Jaehyun dan Haechan dengan berbekal selimut dan bantal. (jadi kan dirumah ada kayak space disebelah jendela kamar buat duduk duduk gitu).
"Jangan bercanda, cepat tidur, ini sudah terlalu malam." ucap Haechan saat mendengar Chenle dan Jisung masih bersuara diluar sana.
"Hyung, aku tidak bisa tidur." ucap Chenle.
Haechan mengehela nafasnya,
"Tidur Chenle, jangan terbiasa tidak tidur." balas Haechan.
"Sayang, tapi dia setengah serigala, bukankah itu sudah biasa?" tanya Jaehyun.
"Tidak, itu tidak biasa. Serigala juga tidur, dia masih kecil." jawab Haechan.Jaehyun meraih bahu Haechan kemudian menarik tubuh itu dan berakhir memeluknya, menghirup aroma Haechan yang selalu berbau aroma bunga yang entah Jaehyun tidak tahu apa namanya, tetapi dia pernah melihat dan mencium baunya.
"Nanti dia akan tidur, kalau susah suruh saja Jisung memberinya obat tidur." ucap Jaehyun.
Haechan membalas pelukan Jaehyun, merasakan kehangatan yang diberikan oleh pria itu.
"Haechan, bagaimana kalau besok merencanakan soal pernikahan kita?" pertanyaan yang terlontar dari bibir Jaehyun mengejutkan Haechan,
"Secepat ini?" tanya Haechan, ia melonggarkan pelukan guna melihat Jaehyun.
"Ini sudah lumayan lama." balas Jaehyun, ia menatap Haechan kemudian mengecup bibir si manis.
"Hyung! jangan apa-apakan Haechan Hyung-ku!" suara protesan Chenle terdengar, pendengaran anak itu memang sangat baik, makanya suara kecil saja Chenle bisa dengar.
"Tidur saja kau bocah." balas Jaehyun.
Mendengar itu Haechan terkekeh, interaksi Jaehyun dan Chenle memang tidak pernah jauh dari perdebatan, tetapi menurutnya begitulah Jaehyun menyampaikan rasa sayangnya pada Chenle.
KAMU SEDANG MEMBACA
KINGDOM (JAEHYUCK) END
FanfictionJaehyun yakin, bahwa Haechan adalah seseorang yang istimewa baginya sejak mereka pertama kali bertemu. WARNING THIS STORY CONTAIN BXB FANTASY ADULT