1

20.2K 895 69
                                    

(*Part 1 ini diupdate ulang karena sebelumnya tidak sengaja terhapus. Agak sedikit lebih panjang dari sebelumnya. Terimakasih)

Tim KIII dikejutkan oleh sebuah pemberitahuan dari manajer bahwa satu jam lagi manajemen ingin rapat dengan seluruh member tim KIII. Mereka heboh, semuanya berusaha menebak-nebak perihal apa yang melandasi pemanggilan rapat mendadak tersebut.

"Kamu ga tau Ge?", tanya Shani. Mereka baru selesai latihan dan tengah istirahat sambil makan malam dilantai bawah basecamp.

Gracia menggeleng. Mulutnya sibuk mengunyah makanan. Walau ia kapten tim KIII, tapi ia sungguh tidak tau hal yang satu ini.

"kalo gitu kak Beby, pasti tau kan ini bakalan tentang apa?", Aya ikut bertanya ke Beby. Jika Gracia kapten tim tidak tau, mungkin Beby sang kapten grup tau.

Beby memberikan jawaban yang sama dengan Gracia. "kagak tau gue kali ini, beneran", jawab Beby. Padahal biasanya Beby adalah sumber informasi mereka.

"perasaan ulangtaun tim KIII masih lama", gumam Desy disamping Beby.

"ulangtaun Jeketi juga", sambung Tety.

"Kalaupun tentang ulangtaun, pasti bukan member tim KIII doang yang dipanggil", Jinan menanggapi.

Mereka semua berpikir keras. Kegiatan makan malam yang biasanya mereka lewati dengan bercanda dan santai, kini berubah menjadi ajang mengeluarkan imajinasi dan tebakan.

Bahkan sambil mencuci piring pun mereka tetap mengeluarkan imajinasi mereka. Ada yang mengatakan tentang konser keliling indonesia, ada yang mengatakan JKT48 circus akan dilaksanakan, ada yang mengatakan akan ada liburan dadakan khusus tim, ada yang mengatakan setlis baru, ada yang mengatakan mini konser, sampai sesimpel hanya ajakan makan malam. Semuanya sebenarnya adalah keinginan terpendam mereka semua yang diam-diam mereka aminkan didalam hati masing-masing.

"Atau kita mau dibikinin KIII Tv kayak GreShan Tv yang sekarang udah jarang update?", celetuk Eli. Member lain tertawa, pun Shani dan Gracia.

"Eh bisa jadi weh, mungkin aja GreShan TV ga update karena mau bikin yang baru", jawab Gracia enteng. Dari jawabannya semua orang yakin hanya JOT yang tau kabar GreShan TV.

"Atau jangan-jangan kita mau diajak camping seminggu dan mesti tinggal bareng-bareng", Beby sang kapten semangat menyuarakan imajinasinya.

"Ga mungkin sih kak", jawab Anin langsung. Member lain mengangguk kompak. Baru ini jawaban yang tidak di-amin-kan oleh para member karena terdengar tidak masuk akal dan tidak mungkin bisa juga.

Disudut ruangan, sang manajer hanya tertawa melihat kerusuhan enam belas anak-anak itu. Sang manajer tau tentang apa pemanggilan rapat dadakan ini, tapi ia memilih tetap diam dan membiarkan enam belas remaja itu saling lempar imajinasi.
-----
Kadang, apa yang paling dianggap tidak mungkin malah itu yang akan terjadi. Seolah semesta ingin mengatakan bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.
Jawaban Beby, si kapten Jeketi, yang dianggap angin lalu dan terdengar paling absurd ternyata menjadi kenyataan. Tidak sama persis, namun intinya tetap sama.

Enam belas member itu memasang baik-baik telinga mereka untuk mendengarkan penjelasan dari kak Putri, staff yang meminpin rapat. Tidak ada yang memotong ucapan kak Putri sama sekali. Bahkan saat kak Putri selesai menjelaskan secara garis besar dan meminta tanggapan member, ada jeda sejanak diruangan itu. Seolah pikiran mereka kompak nge-blank.

"kok kalian diem?", Putri mengetuk-ngetuk meja. Berusaha menyadarkan enam belas member yang tengah bisa.

"ini beneran kak?", Beby lebih dulu tersadar.

"Iya beneran. Kalian kok keliatannya kayak ga happy gitu sih?" Putri mengedarkan pandangannya ke enam belas member. Berusaha membaca ekspresi mereka.

"Kita bingung"

"Iya bingung"

"ini beneran ga sih?"

"Maksudnya gimana?"

Ruangan itu mulai ramai. Beberapa member memberi tanggapan secara bersamaan.

"Maksudnya gimana kak?", Gracia mempertanyakan ulang maksud Putri. Selain memang ia yang lambat loading, ia juga ingin memastikan secara jelas semua ucapan kak Putri.

"Nah jadi gini, mengingat bakal diadain lockdown karena keadaan yang sedang ga bagus, manajemen berencana untuk ngebuat kalian tinggal sama-sama disatu tempat. Tim lain juga begitu, tapi tempat tinggal atau yang bakal kita sebut sebagai 'dorm' antar tim beda. Tujuannya adalah supaya kalian bisa tetep ketemu dan latian, itu yang paling pertama, yang kedua adalah kita pengen hubungan antar kalian jadi lebih erat, nah yang terakhir adalah ini kita bikin kayak tantangan sebenernya, yang artinya kita emang sengaja pengen kalian tinggal bareng. Kita, tim manajemen pengen liat, tim mana nih yang bisa survive  kalo tinggal bareng-bareng? Tim mana yang bisa kompak sampai akhir. Gitu. Kalian paham?"

"Itukan kita tinggalnya bareng kak, itu kita tinggal di kayak rumah gitu? Atau kos-kosan yang ada enam belas kamar? Atau gimana?", Desy mulai membahas bagian teknis.

"Jadi dormnya itu nanti kayak villa, dua lantai-"

"-kayak basecampt tempat kita latian?", tanya Jinan langsung. Sepertinya dia butuh gambaran secepatnya tentang dorm mereka.

Putri mengangguk, "betul, ga beda jauh kayak basecamp jeketi, tapi dorm kalian lantai atasnya itu khusus kamar. Ada empat kamar, jadi tiap kamar diisi tiap orang. Masalah pembagian kamar, karena tujuannya adalah mempererat hubungan antar member, jadi dilakukan dengan cara ngambil undian, member ga bisa milih mau kamar dimana dan sama siapa"

Didalam benak masing-masing member sudah terbayang bagaimana dorm yang akan mereka tempati.

"Kalian bakal suka sama dormnya, aku berani jamin. Tapi ga tau bakal betah apa engga kalo tinggal rame-rame dalam waktu yang ga sebentar"

Para member paham maksud Putri. Mereka memang sudah pernah merasakan pergi keluar kota bahkan keluar negri bersama-sama, yang mau tidak mau membuat mereka tau bagaimana menghabiskan waktu dari pagi ketemu pagi lagi dengan orang yang sama. Mereka juga pernah berlibur bersama, dan menginap di sebuah villa selama dua hari. Tapi tentu dua hal tersebut berbeda dengan apa yang mereka akan lakukan ini.

Tinggal bersama dan dalam waktu yang lama tentu membuat mereka akan mengeluarkan sisi lain yang mungkin selama ini tidak mereka perlihatkan didepan teman-teman mereka. Tinggal bersama, dan dalam jumlah yang sebanyak ini artinya akan ada banyak sikap, sifat, pikiran bahkan keegoisan yang berbeda. Menyatukan itu semua bukanlah hal mudah.
Putri kembali meneruskan penjelasan tentang teknis saat mereka tinggal bersama nanti. Mulai dari peraturan yang tidak bisa diganggu gugat, masalah keuangan untuk kebutuhan makanan, kegiatan, dan kebebasan para member.

Member KIII lebih banyak diam. Bukan karena mereka blank seperti awal masuk tadi. Mereka bahkan mulai mendapat bayangan akan kegiatan absurd ini. Diamnya mereka karena mereka masing-masing bertanya didalam benak masing-masing.

Apakah mereka akan bertahan dengan tidak menunjukkan sisi lain yang selama ini hanya mereka tunjukkan ke orang rumah? Apakah mereka akan bisa saling menerima? Apakah tidak akan ada yang berubah dari kedekatan mereka setelah kegiatan ini selesai. Dan masih banyak lagi pertanyaan tanpa jawaban yang hadir dalam kepala mereka.

Suasana benar-benar berubah ketika mereka keluar dari ruang meeting. Tim KIII yang biasanya rusuh, ribut karena candaan dan bertingkah layaknya bocah, kini menjadi sunyi.

"Kalian semua kesambet apa gimana sih?", tanya sang Manajer lalu tertawa saat melihat anak-anaknya berubah seratus delapan puluh derajat.

Tidak ada yang menjawab, dan menghiraukan sama sekali.

"Lusa weh", gumam Tety menambah beban pikiran yang lain karena mengingatkan bahwa lusa kegiatan ini resmi dijalankan.
-----
Hari kegiatan absurd tiba. Matahari bersinar sangat cerah, seolah berusaha menyinari enam belas member yang tengah berdiri didepan sebuah bangunan dua lantai dengan ukuran cukup besar. Mereka tidak langsung masuk. Semua sibuk menatap bangunan itu dan membayangkan kehidupan apa yang akan terjadi didalam sana nanti.

"Kita kayak lagi diasingkan ga sih?", Desy memecah hening.

"kayak lagi dihukum gitu vibesnya", lanjut Tety.

Para member itu tertawa, pun manajer, kak Putri dan beberapa staff yang menemani mereka. Benar kata Tety, kegiatan ini seolah terasa sebagai hukuman karena membuat para member berubah menjadi pendiam.
Putri mengomandoi mereka untuk masuk kedalam. Dibantu para staff JOT, para member itu menggeret koper kedalam dorm. Tidak ada diantara mereka yang tidak membawa dua buah koper ukuran besar. "kalian mau pindahan apa gimana sih?", gumam seorang staff sambil menggelengkan kepala melihat puluhan koper besar.

"Gila ini mah gede banget"

"Basecamp Jeketi kalah gede"

"Bagus parah"

Celetukan-celetukan itu muncul begitu mereka tiba didalam. Walau mereka belum melakukan room tour, mereka sama-sama yakin bahwa dorm ini bagus dan tergolong mewah. Bagaimana tidak, basecampt jeketi saja sudah cukup besar dan mewah bagi mereka, bisa dibayangkan dorm ini lebih dari basecampe Jeketi. Wajar saja bila Putri bisa menjamin bahwa member akan nyaman, terlepas dari apa yang akan terjadi nantinya.

Putri berdiri didepan enam belas member ditengah ruangan besar yang sepertinya adalah ruangan utama. Ia akan menjelaskan teknis terakhir sebelum meninggalkan para member, "Jadi selama beberapa waktu kedepan kalian bakal tinggal sama-sama disini. Masalah kepemipinan tim akan staff serahkan sama kalian, terserah kalian mau ngejadiin Beby si kapten grup atau Gracia si kapten tim sebagai kapten juga di dorm ini atau engga, karena kalian yang akan ngejalanin. Pembagian-pembagian lain yang membutuhkan tim kayak misal piket harian juga staff serahkan ke kalian. Semua masalah antar member yang terjadi selama disini menjadi tanggungjawab masing-masing, artinya kalian harus bisa selesaiin sendiri. Tapi jika sudah kelewat batas, kapten tidak masalah menghubungi manajer, itulah kenapa kalian tetap diwajibkan memiliki kapten selama disini. Paham?"

"Paham", enam belas member menjawab secara bersamaan.

"Karena hal lain udah kita bahas kemarin, dan kayanya ga ada lagi yang perlu dibahas, jadi kami staff akan pamit. Pesan buat kalian, semoga kalian bisa survive dan lebih dekat setelah ini. Jangan lupa hasil pemilihan kapten nanti kirim ke chat aku atau manajer kalian", lanjut Putri.

"Ha? Udah nih? Kita ditinggal?", Anin cengo saat melihat para staff itu melangkah meninggalkan mereka sambil melambaikan tangan dan tertawa.

"Selamat datang di kehidupan KIII seatap", teriak Muthe berusaha memecah hening. Teriakan Muthe disambut tepuk tangan.

"SELAMAT DATANG DI KEHIDUPAN KIII SEATAP", teriak member lain mengulang jargon Muthe secara kompak dan dibarengi gelak tawa. Teriakan mereka terdengar oleh para staff yang sudah berada diluar dorm.

Baik member dan para staff tidak tau apa yang akan terjadi kedepan. Tidak ada yang tau kehidupan seperti apa yang akan dihadapi enam belas orang itu. Tapi baik member maupun staff sama-sama merapal doa yang baik untuk apapun yang akan terjadi kedepannya nanti.
----
"Terus sekarang kita ngapain?", pertanyaan Anin membuat tawa diruang utama itu hilang dalam sekejap. Enam belas member itu menatap sekeliling mereka yang penuh dengan banyak koper.

"Pilih kapten aja dulu?", Desy memberi saran.

"Gue sih milih kak Beby aja buat jadi kapten lagi", Tety langsung menjawab.

"Iya abang aja yang jadi kapten", Gracia sang kapten grup menyuarakan hal yang sama, pun member lain yang juga memilih Beby untuk tetap menjadi kapten.

"Tega banget lo semua, masa gue jadi kapten lagi. Idup gue ngurusin kalian doang dong", Beby protes. Wajahnya memelas. Namun tidak ada yang peduli.

"Mumpung belum ada yang diurus kak, jadi urusin kita dulu aja", tutur Fia.

Hening lalu memenuhi ruangan itu sejenak.

"Terus sekarang apa?", Shani memecah hening. Matanya menatap semua member. Tampak semua member kebingungan harus melakukan apa selanjutnya.

"Belum dua puluh empat jam aja kita bingung mau ngapain", Jinan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Gue curiga kita ga bisa survive", sambung Indy.

"Seseorang tolong arahkan kami", Eli mendongak, menatap ke lantai atas, berharap ada seorang staff atau siapapun yang bisa mengarahkan mereka untuk melakukan sesuatu selanjutnya.

Desy tertawa tiba-tiba, "Ngakak banget gue liat kalian, cengo semua ekspresinya"

"Tolong bebaskan kami dari sini", Jinan mendramatisir suasana.

Suasana hening itu akhirnya mencair, Beby sang kapten akhirnya membuat keputusan dengan cepat, "Kita naik dulu, liat kamarnya, tentuin kamarnya pake nomor satu, dua, tiga, empat, terus ntar kita bikin undian dari kertas isinya angka itu. Nanti member yang dapet angka sama jadi satu kamar. Ok?"

"kertasnya mana?" tanya Muthe.

"Iya mana?", Cristy membeo.

Beby meninggalkan member, ia berjalan menjelajah mencari kertas. Bukan hanya Beby, Shani, Desy, Gracia juga berusaha mencari kertas. Beberapa member lain ada yang mencari gunting dan pena.

"Ini yang anak sekolah pada ga punya alat tulis apa?", celetuk Anin. Cristy dan Indy akan bersekolah dari sini. Walau hanya online menurut Anin mereka seharusnya masih membawa alat pelajaran mereka.

Semua gerak member yang tengah sibuk mencari langsung berhenti, mereka menyetujui ucapan Anin. "Oh iya bener juga", Aya membuka tas Cristy, mencoba mencari buku atau apapun yang bisa mereka pakai. Indy juga membongkar tasnya.

"Tuh kan bener", ucap Anin lagi ketika tiga benda yang mereka butuhkan sudah tersedia. Cristy dan Indy hanya bisa cengengesan.

"Eh ini kita bisa sambil duduk ga sih? Cape berdiri mulu daritadi", Tety mengalihkan pembicaraan. Sejak mereka tiba mereka memang belum duduk, padahal ada sofa panjang disamping mereka.

"Ga bisa, kita naik liat kamar terus pilih kamar diatas. Yuk buruan, biar cepet selesai terus bisa tidur siang" Beby mengomandoi.

"Makan dulu ga sih kak Beby sebelum tidur?", Chika sibuk menulis angka satu sampai empat sebanyak empat kali untuk masing-masing nomor. Setelah selesai ia menyerahkannya ke Muthe untuk menggunting tiap nomor. Mereka melakukannya sambil menaiki tangga.

"Nah biar gampang, dimulai dari kamar ini", Beby menunjuk kamar pertama didepan tangga sebagai kamar pertama, diikuti kamar selanjutnya sebagai nomor selanjutnya. Letak keempat kamar itu berjejer lurus didepan tangga.

"Cristy, Indy gulung-gulungin", ucap Muthe jongkok dan meletakkan enam belas potongan keatas lantai. Semua member kompak jongkok dan menggulung kertas itu.

"Sini, digoncangin dulu biar keacak", Desy menengadah tangan, menyuruh para member meletakkan potongan kertas yang selesai digulung. Desy menutup telapak tangannya, menggoncang kertas didalam telapak tangan lalu menjatuhkan potongan kertas itu sekaligus keatas lantai.

Semua member heboh memilih. Bahkan memilih potongan kertas saja mereka heboh.

"Jangan dibuka dulu!", teriak Beby tiba-tiba. Ia dan para member tertawa karena deg-degan.

KIII SE-ATAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang