25. They Called It As The Destruction Of Everything [1]

271 53 0
                                    















Happy Reading!
















Jaehyun membuang pandangan ke luar, benak pria itu masih berputar kembali ke waktu di mana dia menemukan Mark. Tangannya beringsut digunakan untuk mengusap permukaan wajahnya yang dibasahi oleh peluh sedari tadi, frustasi akan hal yang mengusik kehidupannya beberapa hari ini. Pasalnya Mark tidak mengeluarkan sepatah kata pun ketika mereka bertemu di sana. Jaehyun terpaksa menghentikan cekikan itu lalu meninggalkan tempat sebab ada panggilan mendadak dari Taeyong.

Beberapa menit yang terlewati juga, Jaehyun terus memikirkan keadaan Miran. Mulai dari di mana perempuan itu sekarang ataupun bersikeras mengetahui apa yang wanita itu lakukan di waktu seperti ini. Jaehyun ingin sekali bertemu dengan Miran namun harapannya itu terhalang oleh keadaan cuaca di dalam dunia perempuannya. Pria itu pun beralih memberi usapan lembut pada cincin yang dikenakan di jari manisnya.

Mobil berhenti tepat pada sebuah bangunan kecil. Pancaran netra terangnya menelusuri setiap bagian dari bangunan tersebut, dan mengasumsi jika ini adalah sebuah toko yang menjual buku-buku. Sang sopir bergegas membuka pintu belakang, mempersilakan Jaehyun untuk keluar dari mobil ini. Pria berbadan tegap tersebut berdiri, terlamat-lamat melemparkan kedua iris netranya ke bagian luar toko tersebut, sempat terheran-heran dan menebak alasan Taeyong menyuruhnya ke tempat ini.

"Apa ini adalah alamat yang benar?" Jaehyun memberi tilikan singkat kepada sang sopir yang berdiri di sebelahnya, sembari merapikan setelan pakaian formalnya. Air muka Jaehyun cukup memperlihatkan keraguan yang telah menjajahi ekspresinya kali ini. Tentu, dia tidak dapat mempercayai seseorang yang baru saja menggantikan pekerjaan sopir lamanya beberapa hari yang lalu.

"Saya sudah mengecek tadi. Ini memanglah alamat yang mereka berikan, Tuan." Kepala sopir itu sedikit tertunduk tatkala mulai berbicara. Dua tangan lelaki berusia relatif tua itu terlihat hampir saling bertaut satu sama lain, seakan-akan takut jika Tuan barunya itu menaikkan nadanya. Ketakutan akan hal itu tertimbul ketika sopir berparuh baya itu bekerja di suatu perusahaan besar di Korea Selatan, di mana sang Direktur Utama bersikap begitu keras, terutama kepada sopir itu.

Jaehyun langsung mengangguk, percaya atas perkataan sopir ini tadi. Pria itu telah menyadari adanya intonasi yang terdengar bergetar di kala sopir itu berbicara. Lantas Jaehyun menepuk satu bahu sopir barunya itu, dan mulai menggerakan tapakan kakinya menuju dua sisi pintu kaca yang terbuka lebar. Di kala sepasang kaki panjangnya menjejak permukaan lantai toko ini. Harum dari buku-buku yang tersusun rapi di setiap barisan rak berhasil tercium di indra penciumannya. Di tengah kesibukannya yang menyisir pandangan ke sana dan kemari, Jaehyun menyadari tiada seorang pun di dalam toko ini. Bahkan bising-bising manusia tidak ditemukan sejak pertama kalinya Jaehyun menginjak di atas lantai bangunan ini.

Atensinya terhadap tiadanya eksistensi manusia itu mendadak hilang lantaran Jaehyun mendeteksi satu pintu berkarat yang tak pernah luput dari pandangannya. Letaknya berhimpitan oleh dua rak buku menjulang tinggi, tidak terlampau jauh juga dari keberadaan pria itu sekarang. Jaehyun perlahan-lahan melangkah ke depan, mendekatkan dirinya ke pintu tersebut. Ketika tubuhnya sudah sangat dekat dengan daun pintu berkarat itu, suara deritan pintu berkumandang ke penjuru setempat.

"Tuan Jung! Anda telah sampai?" Sesosok lelaki bertubuh ringkih mendadak hadir di kedua pandangan netra Jaehyun. Taeyong mematrikan dua sudut bibir yang mengembang tepat pada melihat presensi Tuannya sini.

Jaehyun mendapati beberapa figur manusia lainnya di belakang tubuh Taeyong—si dua kembar bersaudara yang tengah sibuk berbincang oleh satu sosok tidak ketahui di sana. Pria itu menyatukan alisnya, merasa setengah bingung atas situasi ini. "Apakah ini adalah tempat yang Anda namakan sebagai markas para pahlawan super?" Jaehyun bertanya seraya kerutan dahinya samar-samar tertampak oleh Taeyong sendiri.

PRE-DESTINED ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang