17. The Good Guy & A Sinner

353 84 3
                                    








Happy Reading!






"Tuan Jaewon telah kembali."

Jaehyun mendapatkan kehadiran kakak laki-lakinya yang telah tinggal lama di luar negeri, tepatnya di Nepal selama belasan tahun lamanya. Kasak-kusuk manusia di depan lobi menara Louisanne Group tak diacuh oleh Jaehyun. Matanya melirik sekitar penjuru, memastikan jika kedatangan kakaknya bukanlah sekadar rumor yang tersebar di sekitar kalangan para pegawai kantor.

Sol sepatunya berdentum keras ke polesan lantai marmer putih, pria itu tampak murka akan keadaan mendesak yang terjadi hari ini. Jaehyun telah menunggu kedatangan kakaknya—yakni Jung Jaewon—dalam kurun waktu yang cukup terbilang lama menurutnya. Para karyawan atau pekerja bekerja di perusahaan ini telah siap membentuk formasi barisan di lobi setempat, akan menyambut Jaewon tatkala mobil sedan hitam telah menginjak area lobi.

Deruman mobil terdengar tiba-tiba. Setiap manusia yang menunggu tanda-tanda kehadiran seseorang berasal dari derau itu pun lantas sibuk mencari eksitensi kendaraan tersebut ke mana-mana. Jaehyun sempat memberi embusan napas sebelum menyuruh para karyawannya bersiap untuk menyambut kedatangan putra sulung Keluarga Jung.

Pintu mobil terbuka ke atas, menampakkan sosok pria berpakaian formal. Kedua kaki jenjangnya kini menapak di atas paving blok tempat ini, tanpa ragu-ragu. Dua netra gelapnya menelisik satu per satu manusia, sembari pikirannya terpenuhi oleh tebakan di balik alasan mereka yang saling berdiri berbarisan di depan gerbang utama. Selepas puas melihat para karyawan, Jung Jaewon kini mengamati adik bungsunya yang menatap penuh kesan sengit.

"Bagaimana kabarmu, Jung Jaewon?" Jaehyun bertanya namun disengajakan tidak memberi panggilan seorang kakak kepada Jaewon.

Semua orang di Korea Selatan tentu mengetahui hubungan mereka berdua yang kerap tidak dekat sama sekali, melainkan bertahun-tahun saling hidup sebagai status musuh satu sama lain. Terlebih lagi, Jaewon tak pernah memanggil Jaehyun sebagai adiknya dalam seumur hidupnya, maka keduanya saling menyapa layaknya orang asing seperti ini.

Jaehyun memiringkan tubuh tegapnya, memperlihatkan para karyawan naungannya sopan merendahkan tubuhnya dan menyambut kedatangan Jaewon. Semua itu dilakukan karena ingin memberi kesarkasan kecil kepada pria berstatus kakaknya tersebut. Benaknya kembali mengingatkan satu kejadian saat mereka berusia belia, ketika Jaewon berbicara kepada Jaehyun untuk kali pertamanya setelah berbulan-bulan saling mengabaikan keberadaan satu sama lain, mengatakan bahwa Jaehyun harus bersikap lebih sopan kepadanya.

"Aku baik-baik saja." Jaewon memberi senyuman tipis. "Sembilan belas tahun lamanya aku tidak menemuimu. Saat itu, kamu menangis sampai matamu bengkak, kakakmu ini tentu masih mengingat itu. Apalagi kejadian itu terjadi ketika ibu meninggalkan kita berdua, apakah itu benar?"

Kepalan tangan Jaehyun terbentuk begitu mendengar kalimat Jaewon yang menyulut rasa amarah, karena putra sulung bermarga Jung tersebut menamai diri sendirinya layaknya seorang kakak bagi Jaehyun.

"Baiklah. Aku tidak akan berlama-lama lagi." Tubuh jangkung Jaewon pelan-pelan beringsut masuk ke dalam mobil, meninggalkan sang Adik tanpa memberi satu lirikan singkat sebelum mobil tersebut mulai berjalan.

Bola mata Jaehyun bergerak malas, menjadikan barisan manusia itu sebagai pusat perhatiannya sekarang. Kehadiran seseorang seperti Jung Jaewon setelah bertahun-tahun lamanya tampak lebih memberatkan harinya lagi.

PRE-DESTINED ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang