Happy ReadingKim Jisoo memberi lirikan intimidasi kepada Jaehyun. Jarinya beringsut membenarkan posisi topi beret jahitan wol hitam ketika semilir angin meniup kesuraian coklat halusnya. Sepatu hak tingginya mengetuk lantai, menunggu Jaehyun segera menyadari keberadaannya. Jisoo menggertak giginya, tidak kuasa menahan rasa atmosfer senyap yang mulai berdatang dan berkerumun ke dua manusia tersebut.
"Sampai kapan aku harus menunggumu untuk seera berbicara denganku?" Gerakan mata Jisoo terpaut pada tangan Jaehyun yang sibuk membereskan kala ada setumpukan lembaran kertas tertumpuk menjadi satu, diperlukan untuk segera diberi kepada Johnny.
"Apa yang membawamu ke sini, Jisoo?" Jaehyun beranjak dari kursi sofa kesayangannya.
"Aku datang kesini karena ada kabar bahwa Keluarga Besar Zhong di Shanghai mengajakmu ke acara mereka. Apakah itu benar?" tanya Kim Jisoo, menaruh sebuah kantong yang berisi makanan untuk Presdir tersebut. "Apalagi dengan konflik antara keluarga kamu dan Keluarga Zhong, apa akan baik-baik saja?"
Guratan tipis pada dahi Jaehyun tertampang jelas, pria itu menyuruh Jisoo yang panik untuk duduk di sofa panjang dikhususkan untuk para tamu saat menemuinya. "Kamu tidak perlu takut perihal hal itu. Mereka hanya ingin saya untuk menghadiri acara yang mereka adakan sebelum seollal* tiba."
Ah, Jisoo ingat. Keluarga Zhong—terutama Nyonya Zhong Kaileen—adalah keluarga yang di mana hampir semua anggota keluarganya telah menduduki berbagai macam peringkat pada 'Top Richest Chinese Billionaires' di Forbes. Tidak heran jika akan ada acara meriah yang mereka adakan setiap tahunnya, bahkan memperbolehkan siapa pun untuk ikutserta. Jisoo terheran sejenak sebab Jaehyun biasanya tidak terlalu mau mengikuti acara-acara non-formal seperti itu kecuali memang hal tersebut adalah salah satu acara formal dari bagian jadwal resminya.
"Maafkan aku." Jisoo meneguk salivanya, menyesal menanyakan pertanyaan yang cukup sensitif baik Jaehyun dan Keluarga Zhong. "Lalu, apakah aku harus ikut menemanimu saat acara itu berlangsung?"
Jaehyun mengangguk.
Mendapatkan anggukan dari Jaehyun, Jisoo membuang napas pasrah. Pasalnya, ada alasan mengapa gadis pemilik kesuraian coklat hazelnut tersebut tidak terlalu tertarik harus menemui Keluarga Besar Zhong. Mengigit bibir polesan warna merah apel, Jisoo mengandah kepalanya lalu menunjukkan secarik senyum yang tidak kentara pada paras wajahnya.
Jaehyun menggulung kemeja putihnya yang menutupi tertujunya pandangan pria itu kepada jam tangannya. Jemari Jaehyun mengelus pelan pada pinggiran polesan mengkilat emas seraya terlamat-lamat menatap jarum jam kecil itu bergerak. Kini dirinya harus bersiap untuk segera pergi ke Sokcho.
"Ada masalah apa?" Melihat pergerakan aneh Jaehyun dapat membuat Jisoo bertanya-tanya.
"Saya harus pergi ke Sokcho."
Lagi? Jisoo mengernyit tidak mengerti. Tentu, Jisoo mengetahui apa makna di balik keinginan Jaehyun sekarang. Sokcho merupakan tempat di mana pria itu akan bertemu dengan salah satu manusia terpercayanya, yang pandai mencari-cari segala informasi dari manapun asalnya. Hari ini, terlihat Jaehyun akan memanfaatkan waktu tersisa hanya untuk meminta orang itu memberi informasi tentang mantan wartawan itu, Lee Miran.
"Kumohon, berhenti membuang-buang waktumu untuk pergi ke Sokcho." Kata-kata ini terulang diucapkan Jisoo berkali-kali dari beberapa tahun silam. Jisoo benar-benar ingin Jaehyun berhenti mencari Lee Miran. "Perempuan itu sepertinya sudah mati. Buktinya, sekarang tidak ada yang ditemukan meninggal di halte bus lagi.."
KAMU SEDANG MEMBACA
PRE-DESTINED ✓
FanfictionKetika dua insan dipertemukan melalui takdir meskipun berasal dari dunia yang berbeda. Mereka tetap berasal dari planet seperti Bumi, namun kedua Bumi yang mereka tinggali itu berbeda semesta. Tentu saja, ini yang dinamakan sebagai dunia paralel. Ki...