Happy ReadingBusanjin District, BUSAN
In 2001
Lee Miran semakin mempercepat langkahnya. Seorang anak kecil berusia sama dengannya juga mengikuti Miran berlari sedari tadi. Mereka saling tertawa bersamaan, merasakan betapa senangnya saling berlari-larian di sekitar deretan rumah para tetangga. Sangat langka ini terjadi untuk Lee Miran, apalagi anak itu tidak terlalu bersosialisasi dengan anak-anak tetangga lainnya dengan baik.
"Ayo pulang! Dia adalah anak yang aneh. Mengapa kau masih bermain bersamanya?" Seorang wanita paruh baya tiba-tiba muncul, menarik ke anak kecil yang sedang bermain bersama Miran untuk menjauh.
Dalam waktu yang singkat, Miran juga tidak lupa melambaikan tangan mungilnya ke anak yang baru bermain bersamanya saat mulai menjauh darinya. Ukiran senyumannya yang tampak tidak memudar itu akhirnya juga memudar tatkala kata 'anak aneh' itu melintas benaknya tanpa diharapkan.
Setelah beberapa jam berlalu, Miran akhirnya memilih untuk duduk di ayunan yang tersedia di taman dekat lingkungan rumahnya. Samar-samar, anak itu dapat merasakan angin yang menyapu pelan permukaan kulitnya. Kedua kepangan rambutnya juga ikut tergerak seiringan embusan angin yang melanda pada dirinya.
"Papa..."
Miran rindu ayahnya. Sudah berhari-hari berlalu, sang ayah tidak kunjung menemuinya karena mencari uang untuk membiayai kehidupan mereka berdua. Alhasil, Miran sering sekali diurus oleh Bibi Yoon atau tetangga yang dekat dengan ayahnya.
Ibunya? Keberadaannya entah di mana. Miran tahu betul bahwa sang ibu kandung masih hidup. Tetapi anak itu tak tahu dimana ibunya tinggal, bahkan tidak pernah diberi tahu oleh ayahnya sendiri. Memang sejak bayi, Miran dibesarkan oleh ayahnya seorang diri.
Tiba-tiba, seorang anak laki-laki yang terlihat dua tahun lebih tua darinya tiba-tiba muncul, menawarkan diri untuk menjabat tangan. "Aku ingin berteman denganmu. Meskipun aku lebih tua darimu, kamu boleh berbicara seperti teman seumuranku."
"Jangan jadi temanku."
"Aku aneh," lanjutnya anak perempuan itu sembari mengayunkan ayunannya menggunakan kakinya secara pelan.
Anak laki-laki itu tersenyum. "Kalau kamu itu aneh, berarti kamu keren." Laki-laki berumur delapan tahun itu mengacungkan jempolnya kepada Lee Miran.
Mereka berdua saling bertatapan, yang satu masih bingung, dan yang satu terkekeh dengan alasan yang tidak jelas. Akhirnya si anak perempuan itu membalas jabatan tangan itu. "Baiklah, aku ingin berteman denganmu!"
.
.
.
In 2009
"Kumohon balikin sendoknya!" Miran sedikit memekik.
"Tidak mau," ejek remaja laki-laki itu dengan menjulurkan lidahnya, mengejek. Sendok makan itu masih dipegang erat agar tidak direbut balik oleh Miran.
"Sampai kapan kalian akan bertengkar? Apa lebih baik kalian dijodohkan saja?" Bibi Yoon menggeleng kepalanya seraya memijit pelipisnya sesaat melihat situasi kedua insan berusia belia yang bertengkar di kedainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRE-DESTINED ✓
FanfictionKetika dua insan dipertemukan melalui takdir meskipun berasal dari dunia yang berbeda. Mereka tetap berasal dari planet seperti Bumi, namun kedua Bumi yang mereka tinggali itu berbeda semesta. Tentu saja, ini yang dinamakan sebagai dunia paralel. Ki...