21. The Future Can Be Changed

295 67 1
                                    












Happy Reading!













"A-apa ini benar-benar dirimu?"

Kalimat penuh nada bergetar terlontar dari celah bibir Miran. Jaehyun beringsut semakin mengeratkan pelukannya, kemudian langsung dibalas lagi oleh Miran di kala perempuan bermanik kecokelatan itu membalikkan tubuh ringkihnya dan sedia lebih membalas eratan pelukan tersebut. Semua rindu-rindu tersebut ditumpahkan dalam pelukan yang amat perempuan itu nantikan sedari hari-hari sebelumnya. Jaehyun memang selalu memberikan pelukan lembut dan hangatnya kepada Miran, dan hal itu yang membuat Miran selalu tenang.

Miran melepaskan pelukan itu lalu langsung dan  tangannya menangkup satu sisi pipi Jaehyun, matanya menyadari keadaan Jaehyun yang basah kuyup. "Apa yang terjadi denganmu? Kamu bisa sakit jika seperti ini ... " Miran tidak berlama-lama untuk melepaskan mantel tebal kecokelatannya dari tubuhnya, lalu membungkusnya pada tubuh Jaehyun dari luar, setidaknya berupaya agar menghangatkan pria itu.

Mata Miran tanpa diketahui telah menilik ke satu tangan Jaehyun yang tengah sibuk mengenggam sebuah buku, tampak familier bagi Miran sendiri.

Miran bergeming, kepalanya menggeleng penuh tidak kepercayaan. Miran tahu betul tentang fakta bahwa dirinya pernah diselamatkan oleh siluet manusia—lebih tepatnya dialah seorang pria misterius—yang meninggalkan jas hitamnya kepada Miran. Perempuan itu tak sanggup berkata-kata lagi karena telah menerima bukti jika pria itu dialah penyelamat hidupnya juga. "Jadi, selama ini ... kamu memang adalah siluet yang menyelamatkanku saat itu?"

Mendapatkan lontaran kalimat seperti itu, Jaehyun menjatuhkan pandangan ke buku yang digenggam olehnya. "Buku ini milikmu?"

Mirang mengangguk, mengambil buku itu dalam kebungkaman mulutnya. Miran tidak dapat berkata-kata lagi, apalagi dengan kenyataan bahwa selama ini Jaehyun adalah orang yang menyelamatkannya kala malam itu. Bahkan buku ini pun tidak dapat ditemukan di dalam sungai lantaran Jaehyun sendiri membawanya ke masa kini dan memberinya kepada Miran lagi.

"Ini bukanlah sebuah kebetulan yang menguntungakan ... tetapi ini adalah bagian dari takdir," tambah Miran.






****




Miran merapikan kemeja putih kebesaran yang menghangatkan tubuhnya. Lirikan perempuan bersurai hitam tersebut terjatuh pada pantulan dirinya di kaca yang dipenuhi oleh lapisan tipis asap-asap embun. Ketika melihat pantulan dirinya itu, Miran menyadarakan bahwa dia harus mengatakan banyak hal kepada Jaehyun, terutama seluruh masalah Bibi Yoon. Tiga ketukan tidak dinantikan sama sekali samar terlabuh pada daun pintu kamar mandi, Miran cepat membalas ketukan tersebut dengan keluar dari bilik tersebut.

Kini Miran berhadap dengan Jaehyun yang menunggunya di depan kamar itu, membawa tumpukan handuk putih kepada Miran. Lantas, tanpa berkata-kata pun Jaehyun mengelap bulir-bulir air yang masih tertempel pada kesuraian Miran. "Gunakan ini." Pria itu juga memberi alat pengering rambut ke telapak tangan Miran.

"Terima kasih." Miran memundurkan langkahnya, masuk lagi ke dalam kamar mandi. Sisa celah pada pintu yang terbuka itu dirapatkan oleh Miran, penuh perasaan keraguan dan kecanggungan. Selama beberapa menit, Miran meniupkan pengering rambut itu ke surainya hingga kering sempurna dan dapat diuraikan tanpa merasakan percikan air yang berjatuhan.

Tangannya bergerak meraih pintu. Kakinya melangkah cepat menuju arah ruang tamu, Miran tampaknya telah siap memberitahukan semua yang dia tahu mengenai masalah ini. Entah tanggapan apa yang akan Jaehyun beri nantinya. Pastinya, Miran harus siap menerima apa pun yang terjadi setelah ini.

PRE-DESTINED ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang