15. The Unknown Revengers

379 84 0
                                        








Happy Reading
[ this chapter is quiet long somehow, but it's my favorite one <3 hope you enjoy it! ]





Bayang-bayangan mengenai perkataan tadi terus berdatangan ke benak Miran. Perempuan itu tidak habis pikir dengan peringatan yang cukup berhasil membuat bulu kuduk Miran meremang terus-menerus. Pasalnya, ketika Jaehyun menjejak kakinya di atas lantai kamar hotel Miran, wanita bersurai panjang itu tidak berhenti memikirkan hal serupa selama beberapa menit silam.

"Apa ada yang salah dengan saya, Miran?" Jaehyun menggerakan tangannya untuk menangkup wajah Miran dalam sekali gerak. "Apakah ada masalah yang kamu ingin ceritakan?"

Miran memberi satu gelengan kepala pelan sebagai jawaban. Kembali menyimpulkan secarik senyuman yang terkenal menjadi ciri khasnya sendiri kepada Jaehyun. Jika Miran ingin berkata jujur, sesungguhnya dia tidak takut dengan Jaehyun, hanya saja terlalu sering memikirkan perkataan tdi sehingga melamun terus. Lagi pula, itu bukanlah hal yang harus Miran pikirkan karena hanyalah kebohongan belaka.

Jaehyun menghela napas, lega. Sesungguhnya, pria itu terlalu panik hingga bisa-bisanya membatalkan janji antara pertemuannya dengan seseorang penting di Guangzhou. Entah kenapa, Jaehyun selalu seperti ini saat pertama kali bertemu dengan Miran.

Jaehyun membenarkan posisi duduknya di atas ranjang milik Miran, sekarang berhadapan dengan perempuan itu. "Perampok itu sudah ditemukan lagi. Kamu tidak perlu khawatir, sekarang sudah aman."

"Apa itu benar? Aku takut jika dia akan kabur lagi dan menyelakai orang-orang ..." Air muka Miran berubah dalam satu jentikan jari, terlihat seberkas sinar yang selalu menghiasi maniknya memudar tatkala menanyakan hal itu. Kepalanya terangkat dan menukar tatapan itu kepada Jaehyun, Miran tampak berusaha mengambil secercah jawaban yang dia harapkan dari raut muka Jaehyun.

"Kamu takut dia dapat kabur?" Jaehyun memberi kekehan kecil namun beralih dengan senyuman matanya hingga membentuk bulan sabit. "Tenang saja. Saya dapat memastikan bahwa dia sudah diasingkan sejauh mungkin oleh kepolisian."

"Baiklah." Miran berhenti menatap Jaehyun, mengedipkan matanya seraya melihat kondisi ruang tamu yang serupa dengan kapal pecah dari celah besar pintu kamar. Bukan itu saja, cuaca di luar terlihat baik-baik saja. Benar. Sepertinya Miran takkan berani meninggalkan Jaehyun begitu saja, tanpa memberi balasan budi kepada pria itu.

"Apa kamu ingin sesuatu dariku? Aku ingin memberimu sesuatu karena kebaikanmu selama ini." Kini mata mereka saling menyapa satu sama lain, beradu dalam hanyutan keheningan. Miran mengangkat tiga jemarinya kepada Jaehyun, tersenyum sehingga matanya juga ikut tak terlihat. Tampilan barisan giginya juga terpampang nyata sekarang. "Aku akan memberimu tiga permintaan. Dan aku akan melakukannya tanpa ada penolakan."

"Karena sepertinya aku takkan pulang minggu ini. Cuacanya sangat tidak mendukung untuk kepulanganku jadi," tambah Miran lagi. Tentu, perempuan itu sedang mengatakan mengenai cuaca cerah yang mungkin akan bertahan untuk seminggu ini. Ditambah sebuah pendapat mencuat dari Miran bahwa Korea Selatan semesta ini jarang sekali menurunkan hujan lebat beriringan petir yang menyambar.

Sial! Jaehyun tidak memiliki kemampuan kuat untuk menahan rasa ini. Dua sudut bibir mematri di wajah rupawan miliknya. Sorot mata Miran yang diberikan kepadanya saat ini bisa membuat pikirannya kehilangan akal. Lesung pipi Jaehyun hadir melukis wajahnya. Dalam seumur hidupnya, Jaehyun tak pernah mendapati dirinya seperti ini.

PRE-DESTINED ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang